(Dimohon kesadarannya yang belum 21+ untuk skip cerita ini)
"Maksud bapak apa? Saya tidak mengerti."
Pak Jefry memajukan tubuhnya ke meja, berusaha sedekat mungkin dengan Hanung. Dia menatap Hanung tajam. Membuat nyali Hanung menciut kembali. Intervensi yang tiba-tiba dan tidak seimbang. Dimana Pak Jefry adalah atasannya dan dia tidak dapat berlari ataupun membantah saat itu juga.
"Kamu kira saya tidak tahu hubunganmu dengan Rini?" Pak Jefry menatapku tajam. Hanung terkesiap. Badannya panas dingin dan mendadak perutnya mules tidak karuan. Hanung mencoba mengontrol mimik mukanya dengan baik, tapi jarinya yang dia turunkan secepat kilat, tidak luput dari pandangan Pak Jefry. Dia tersenyum melihat pengakuan tanpa kata itu.
"Aku sudah tahu, maukah kau jujur?" Pak Jefry menyenderkan punggungnya di kursi empuk, setelah menang telak dari Hanung. Dibawah meja, Hanung meremas tangan. Dia hanya diam, tak berani berkata-kata.
"Kau tahu, sebelum Ayu pergi, dia menemuiku. Menceritakan segala hal. Aku mencegahnya untuk pergi, namun dia berkeras." Cemoohan terlalu berat untuk dia." Hanung membelalak menatap Pak Jefry. Tidak menyangka bahwa bosnya itu mengetahui rahasia rumah tangga yang telah dia coba tutupi rapat-rapat.
Pak Jefry menatap Hanung dengan pandangan yang tidak bisa dijelaskan. Pandangannya menelisik sekaligus mengancam. Senyum sinisnya tak lepas dari bibirnya yang telah menghitam karena rokok.
"Aku tidak ingin Rini keluar dari sini. Dia sangat berpotensi. Kinerjanya bagus. Kantor ini membutuhkan dia." Pak Jefry melanjutkan.
"Maksud bapak apa?"
"Maksudku, jauhilah Rini. Aku tidak ingin dia berakhir di rumah sakit macam Ayu." Pak Jefry menghela nafas.
"Saya tidak mengetahui kemana arah pembicaraan bapak," bohong Hanung.
"Kau tidak usah mengelak. Indah sudah menceritakan semua padaku." Pak Jefry memberi tahu. Hanung terbelalak, tidak mengira bawahannya akan selancang itu melangkahinya.
"Kau tidak perlu mengintervensi Indah. Dia tidak bersalah, dia hanya tidak ingin ada yang bernasib sama dengan Ayu. Kau mau Rini dihajar habis-habisan oleh ibu mertuamu itu?" Tanpa sadar Hanung menggeleng, Pak Jefry tersenyum simpul. Suasana ruangan ini sedikit panas akibat percakapan yang terduga. Dinginnya AC tak dapat menembus keringat ngeri dari punggung Hanung. Badannya kaku, macam maling ayam tertangkap.
Hanung menundukkan kepala dan menghela nafas. Dia tidak mengatakan apa-apa. Pak Jefry menunggu sampai bawahannya ini siap untuk berbicara. Dia menangkupkan tangan diatas meja. Mencoba menjadi guru BK (Bimbingan Konseling) SMA yang sedang menghadapi murid penuh masalah dengan pacarnya. Keheningan ini menimbulkan atmosfir aneh di ruangan Pak Jefry yang dipenuhi barang-barang antik.
"Bapak tahu, saya serius dengan Rini?" Hanung berkata lirih. Pak Jefry tidak melepaskan Hanung dari pandangan, walau Hanung tertunduk lesu.
"Ceraikan Tina," jawab Pak Jefry singkat.
"Mana mau dia saya ceraikan, Pak? Pernikahan kami hanya dijadikan kedok untuk menutupi tindakan busuknya," Hanung menjelaskan.
"Lalu? Sudah ditutupi kan? Kau sudah bertanggung jawab atas anak itu," tanya Pak Jefry.
Hanung menengadahkan kepalanya dan menatap Pak Jefry. Konteks bos dan bawahan sepertinya sudah hilang saat ini. Mata Hanung memerah dalam emosi. Pak Jefry agak kaget dengan sikap Hanung. Dia mengira bahwa tadinya Hanung akan ketakutan.
"Memang sudah saya tutupi, tapi hubungan busuk itu terus berlanjut," Hanung berbicara penuh tekanan pada setiap katanya.
"Maksudmu?" Kini ganti Pak Jefry yang terkejut. Bibirnya bahkan membentuk huruf "O" sempurna.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEMU
Lãng mạnDimulailah suatu petualangan indah nan menyakitkan ketika Rini menyambut Hanung masuk dalam kehidupannya. Rini ingin memliki Hanung seutuhnya, di satu sisi Tina sebagai istri sah Hanung masih menghantui petualangan gila Hanung dan Rini. Akankah Rin...