Pagi hari ini langit nampak mendung, tak ada sinar matahari yang masuk jendela kelas. Pak Firman yang sibuk menilai kertas ulangan harian pun tak berkutik atau terusik dengan angin yang berlalu lalang menubruk kulit putihnya.
Berbeda dengan grace yang sejak bel masuk berbunyi sudah mengeluhkan dengan suhu ruangan kelas yang cukup membuatnya dingin. Berulang kali ia merengek meminta azela untuk mengantarnya ke kantin hanya untuk membeli susu hangat. Namun, ya sayang di sayang. Azela tak menghiraukan rengekan teman satu bangku nya itu.
Azela tetap fokus pada buku nya yang penuh dengan coretan bahasa korea yang sedang azela geluti.
"Yaela zel, lo mau ke korea?" Tanya grace geram.
Tak dapat sahutan dari azela, ia tetap sibuk dengan pulpen yang terus azela gunakan. Grace gemas pada azela, rasanya ingin sekali ia seret azela dan tendang azela jauh-jauh. Tapi, itu tidak mungkin karena grace amat sangat menyayangi azela.
"Azela!" Lagi panggil grace yang mulai menyikut lengan azela.
"Zel ya Ampun ini ada bidadari manggil lo!"
Azela menoleh, ia menyimpan pulpennya. "Mana? Daritadi gue cuma denger suara malaikat pencabut nyawa." Jawabnya santai kemudian melanjutkan kembali kegiatan tulis menulis.
Grace menjambak rambutnya frustasi, bisa-bisanya ia menyayangi manusia macam azela.
"Andai bunuh orang ga dosa, udah gue cekek lo zel." Timpal grace dengan mengelus dada berusaha menguatkan batin nya.
Azela sedari tadi berusaha untuk menahan tawanya melihat tingkah temannya itu, ia paham betul bagaimana grace jika sudah kesal.
Tak menunggu waktu lama, bel istirahat pun berbunyi. Grace pun dengan sigap menarik lengan azela untuk ikut bangkit.
"Awh! Grace! Gila! Sakit, pelan pelan bisa ga sih lo jalannya kaya kesetanan tau gak!" Rintih azela yang kini sudah di seret grace menuju kantin.
Bahkan grace lupa dengan lidya,namira dan gaiska yang sejak tadi mematung dengan aksi grace menyeret azela.
Mereka tak ambil pusing, karena mereka tahu pasti azela dan grace pergi ke kantin.
"Grace! Minta gue tampol pake selempak kali ya." Kesal azela.
"Gue mati kedinginan! Lo gak kasian apa sama gue." Sahut grace yang terus menyeret azela.
Mendengar jawaban dari grace, azela hanya memutar jengah bola matanya. Jika saja bukan teman nya sendiri sudah azela gorok saat ini juga.
Dengan kekuatan penuh grace berhasil menyeret azela tepat di depan kedai bi ina, dengan cepat pun grace memesan susu coklat hangat. Azela bisa bernafas lega karena lengannya tak putus, ia pun mengedarkan pandangannya kesekitar untuk mencari bangku yang bisa ia dan teman-temannya tempati.
Tak butuh waktu lama, ia bisa menemukan dengan cepat tempat yang menurutnya nyaman dan strategis untuk melihat sekitar. Tidak, yang bener tempat strategis untuk melihat sekumpulan anak laki-laki yang cukup berisik dan mendominasi di kantin sekolah mereka ini.
Lain tidak lain samudra dan gang geng gong nya.
Azela pun mendaratkan bokongnya tepat di bangku yang sudah ia pilih, saking sibuknya mencari tempat ia hampir lupa tak memesan minuman atau cemilan yang biasa ia pesan disini.
"Liatin apaan?" Tanya seseorang berhasil membuat atensi azela berpindah.
"Waalaikumsalam kak haidar." Jawab azela sinis.
Kak haidar hanya tertawa dan duduk tepat di hadapan azela, lebih tepatnya ia menghalangi pandangan azela yang tertuju pada samudra.
Penganggu, pengusik memang kak haidar ini. Tapi, apa boleh buat dia tidak mungkin menujukkan rasa kesalnya hanya karena pandangannya terhadap samudra terhalang oleh kakak kelasnya ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
HEIMLICH
Teen FictionDiam-diam mengagumi seseorang ternyata cukup sulit, banyak sekali tantangannya. di masa sekolah menengah atasku ini, bunda bilang itu adalah bumbu pemanis di masa sekolah. manis sih memang, manis jika ia tahu bahwa aku mengagumi seorang Samudra Raf...