Bagian empat - Hati-hati dengan hati

40 8 0
                                    

Semua hari bagiku sama saja, lurus dan ya tidak ada bedanya dengan hari sebelumnya.

Sebagai anak laki-laki dan satu-satunya, aku berharap semua baik-baik saja. Meski nyatanya tidak baik-baik saja.

Pagi ini aku harap sebelum keluar dari kamar, tempat teryaman dan ter-aman ini pagi ku tidak kacau seperti pagi kemarin atau kemarin kemarin kemarinnya lagi.

Dibanding rumah aku lebih memilih dunia luar yang bisa membuatku lebih tenang.

Tok...tok...tok

Bunyi suara ketukan pintu sudah kudengar dipukul 06:35 pagi.

"Den, ayo sarapan. Bibi udah bikinin nasi goreng, mamah sama papah juga udah berangkat kok den" sahut bi tuti dibalik pintuku.

Ya setiap pagi berangkat sekolah maupun sekolah, sebisa mungkin aku akan mengindari kedua orang tuaku.

Karena jika mereka sedang bertengkar, pasti salah satu mereka yang akan memancingku bertengkar dengan mereka. Daripada aku ikut campur urusan tak penting seperti itu lebih baik aku hindari.

"Iya bi, samudra bentar lagi keluar" jawabku.

Dengan cepatpun aku memakai tas dan sedikit menyisir rambutku dengan tangan. Tak lupa kunci motor pun aku bawa.

Setelah keluar dari kamar, memang terdengar damai rumahku ini.

"Bi samudra langsung berangkat aja ya, ga selera sarapan" ucapku dengan santai.

"Yeh kebiasaan, mubazir atuh ini den" protes bi tuti padaku.

Akupun mendekati bi tuti, lalu mengenggam tangannya. "Bibi sayang, bibi makan aja kalau engga makan berdua mang jaja di belakang yah. Samudra berangkat, assalamualaikum" tuturku lalu pergi.

Aku bisa bi tuti sedikit berteriak padaku. "Wa'alaikum sallam, ya Allah untung bibi sayang kalau engga udah bibi pasung"

Ya begitulah interaksi antara aku dan asisten rumah tangga, berbeda dengan interaksi ku dengan kedua orang tuaku. Jauh, sangat jauh.

Motor ninja hitam sudah terparkir manis di depan garasi rumahku.

Grung...grung...grung

Dengan cepat aku melesat menuju sekolah, Jakarta ternyata masih memiliki sedikit udara yang cukup menyejukkan di pagi hari ini.

Aku senang dengan suasana yang damai dan tenang seperti ini, karena menurutku dunia yang seperti ini lebih melindungiku dari segala amarah.

🌹

Tidak butuh waktu lama, aku hanya perlu waktu sepuluh menit agar sampai sekolah. Ah ya, hari ini pentas seni sekolah akan diadakan. Pantas saja tempat parkir khusus siswa-siswi sudah cukup terisi penuh. Tidak seperti biasanya.

Saat hendak melepas helm, ada yang memukul kepalaku. Akupun berbalik.

"Pagi samudra si cowo cakep se sma negeri di Jakarta ini" ucap aria padaku.

Akupun hanya menatap sinis aria, teryata dia tidak sendiri. Dia bersama haidar teman kelas ku, dan seno.

"Kemana lo kemarin? Tumben ga ikut main basket?" tanyaku pada haidar yang notabene nya adalah calon ketua tim basket sekolahku.

Kami berempat pun berjalan bersama menuju kelas.

"Gue ada urusan kemarin jadi ga sempet nemuin lo pada, emang kemarin siapa aja yang maen?" tanya haidar.

HEIMLICHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang