Part 14

149 4 0
                                    

"Kamu..."

Seulbi menundukkan kepalanya, ia berusaha untuk menutup wajahnya terutama matanya yang ia yakin membengkak karena menangis barusan tadi.

"Kamu mau kemana?" Tanya orang yang mencekal tersebut.

Seulbi berusaha melepaskan lengannya yang dipegang kuat, saat ini ia sedang tidak ingin berhadapan dengan orang ini. Ya dia adalah baro.

Seulbi ingin rasanya lari saat ini juga namun genggaman baro dilengannya terasa sangat kuat. Saat ini pun baro masih setia dihadapannya tanpa niat beranjak sedikitpun menunggu jawaban seulbi.

"Lepaskan, aku ingin kembali ke kelas. Sebentar lagi aku akan masuk mata kuliah selanjutnya"

"Jawab dulu pertanyaanku, kenapa kamu terburu-buru dan terkesan menghindar dariku?"

"Tidak, aku hanya ingin cepat kembali ke kelas takut akan telat"

"Lalu kenapa kamu sedari tadi menunduk? Tatap mataku saat berbicara seulbi"

Seulbi hanya menggeleng sebagai jawaban, ia berusaha melepaskan cengkraman baro ditangannya. Sungguh ia tidak mau berdebat dengan baro saat ini jika baro melihat matanya yang sembab maka ia akan berceramah seharian penuh.

Tiba-tiba baro mendorong seulbi ke dinding dan mendonggakkan kepala seulbi untuk menatap wajahnya.

Terkejut. Itu satu kata yang saat ini mencerminkan ekspresi yang ada di wajah baro. Ia melihat mata seulbi yang bengkak seperti habis menangis dan wajah seulbi yang memerah. Lalu ia semakin intens menatap seulbi.

"Ada apa? Siapa yang menyakitimu? Kenapa kamu menangis?"

Seulbi diam, ia bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin kan ia berkata jika ia menangis karena sikap baro yang tiba-tiba berubah? Itu sama saja mempermalukan dirinya sendiri.

Baro semakin gregetan melihat seulbi yang tak kunjung menjawab pertanyaannya lalu ia kembali mendekatkan dirinya yang membuat jarak mereka hanya tinggal beberapa centi lagi.

"Jawab atau aku akan mencium saat ini juga, aku hitung sampai 3"

"Satu..."
.
.
.
"Dua..."
.
.
.
"Jangan membuat aku menunggu seulbi, aku serius dengan perkataanku"

Seulbi diam, dia masih berkutat dengan pemikirannya. Ia masih ragu untuk mengatakannya, apa kah harus jujur atau bohong? Sungguh ia bingung saat ini.

"Tiga... selesai seulbi"

CUP

Ciuman itu terjadi begitu saja, seulbi melotot dibuatnya. Ia terdiam untuk beberapa saat sampai suara segerombolan wanita terdengar dari arah lorong kamar mandi.

Seulbi mendorong baro sekuat tenaga dan ciuman itupun terlepas. Mereka berdua tergagap mengambil nafas akibat ciuman tadi.

"Kenapa kamu..."

"Aku sudah bilang bukan kalau aku tidak main-main dengan perkataan ku"

"Tapi..." belum selesai perkataannya, segerombolan wanita yang ada dilorong kamar mandi tadi datang. Mereka seperti terkejut namun berpura-pura acuh. Mereka menatap seulbi dan baro bergantian.

Sedangkan yang ditatap hanya memasang wajah tanpa berdosa dan seperti tidak terjadi apa-apa. Segerombolan wanita tadipun berlalu dan masuk kedalam kamar mandi.

Seulbi mencoba berlari keluar namun tangannya kembali ditarik, itu semua adalah perbuatan baro. Baro menarik tangan seulbi keluar kamar mandi menuju ke suatu tempat.

Dan saat ini mereka tepat berada di dalam gudang belakang sekolah yang sudah tidak terpakai lagi, didalam gudang tersebut terdapat banyak putung rokok sisa yang tentunya milik mahasiswa kampus ini.

Devil HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang