Giovan 21 - Sisi kelam Gio

3.9K 234 0
                                    

"Tuh, kan. Lo cantik kalo lagi merona."

"Apaan sih, gue gak mau jadi Ratu nahkoda. Karena meski sepenting apapun gue bagi dia, yang namanya bukan jodoh tetep aja gak bisa bersatu. Dan gue masih belum sanggup untuk menerima perpisahan yang sama sekali nggak gue inginkan."

"Dan gue akan tetep berdoa sama tuhan, kalo gadis di depan gue ini akan menjadi jodoh gue suatu saat nanti," sahut Gio, mengelus pipi kanan Tara dengan lembut dan mengulas senyum manisnya.

"Lo gak tau, kan? Kehidupan kita di masa depan? Sama. gue juga gak tau. Tapi gue yakin kalo hidup kita akan lebih indah nantinya, entah kebahagiaan lo itu sama gue atau sama orang lain."

Giovan merangkul pundak Tara, mereka berdua menatap langit-langit yang mulai menggelap. Mendung, tanda akan hujan. Namun keduanya masih tetap pada posisi nyaman masing-masing, tak memiliki niatan beranjak dan mencari tempat pelindung dari guyuran hujan.

Mereka menanti hujan turun, adakalanya kita menyambut hujan, bukan?

Di bawah rintik hujan itu, Tara bergumam, "Gue gak pernah bisa ngerasain jadi hujan."

"Hujan tak pernah mau menyentuh tanah kalo lo mau tau, hujan sayang sama bumi ini itulah kenapa dia rela menyentuh tanah dan mau merasakan sakitnya jatuh berkali-kali. Bahkan pelangi sampai mengapresiasikan pengorbanan hujan." mata Tara berkaca-kaca melihat bagaimana pengorbanan hujan sampai sejauh ini, dia masih mampu untuk ada meski banyak yang menyalahkan kedatangannya.

Berbeda dengan Giovan yang hanya menyimak setiap perkataan yang keluar dari bibir mungil Tara.

Giovan bergumam lirih. "Gue baru kali ini nyambut datangnya hujan, selama ini gue selalu menghindar. Gue selalu menyalahkan hujan karena takdir gue yang terlalu menyakitkan."

Sampai sejauh ini, Tara belum menyadari jika Giovan sudah mulai sedikit terbuka dengannya.

Tara tercenung, baru menyadari akan terbukanya Giovan. "Lo pernah janji sama seseorang?"

"Pernah, sering malah. Tapi itu dulu," jawab Giovan seadanya.

"Sekarang?"

"Terakhir gue janji itu ... Empat tahun yang lalu. Waktu itu gue janji ketemuan sama seseorang, tapi gue gak dateng karena hujan lebat banget sedangkan dia udah sampai di tempat yang udah gue janjiin buat ketemuan. Pas hujan reda gue bela-belain dateng meski tengah malem gue gak peduli, pas gue sampe dia udah gak ada. Gue nyariin di rumah dia tapi gak ada orang di rumah. Gue punya inisiatif buat nelfon dia tapi yang angkat telfon gue malah orang tuanya," papar Giovan panjang lebar.

"Terus apa kata orang tuanya?"

"Katanya, dia kecelakaan pas pulangnya malam itu, dia gak selamat dan gue orang yang paling merasa bersalah atas meninggalnya dia." sesak rasanya jika harus mengingat masalalu itu.

"Sampai akhirnya gue ketemu sama Rere, dia yang ngebantu gue bangkit dari keterpurukan gue. Tapi gak gue sangka, ternyata dia cewek ular yang emang gak seharusnya dipercaya. Dia gak cuman selingkuh tapi dia juga rela dijadiin sebagai piala bergilir, lo tau kan maksud gue?!"

Tara mengangguk paham. "Jadi, itu alasan atas segala sikap dan kesadisan lo selama ini?" tebak Tara, yang di jawab dengan gelengan oleh Gio.

"Gue psikopat emang dari lahir, katanya sih hehe."

Lo itu brengsek! Tapi gak tau kenapa gue malah takut kehilangan lo, batin Tara berbicara.

"Udah yuk! Ntar lo sakit lagi." ajak Giovan dan memberikan jaket yang dikenakannya pada Tara.

GIOVAN [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang