Giovan 26 - Lo marah?

3.7K 205 2
                                    

"Memikirkan sang kekasih, heuh?" tanya Rendi yang memperhatikan sahabatnya dari tadi. Kini Rendi dan Tara sedang berada di toko buku memenuhi janji-nya kepada sang sahabat.

Tara meniup anak rambut yang menutupi wajah ayu-nya kesal. "Dia bukan cowo gue, apaan dah lo."

"Naif lo, gue tau lo suka sama dia dan gue tau lo gabisa bohongin perasaan lo." Rendi menggenggam tangan Tara. "Ayo pulang!"

Tara mengikuti Langkah Rendi, mencoba mensejajarkan langkahnya dan melihat muka sahabat-nya yang terlihat sedang menahan emosi, rahangnya mengetat membuat Tara bergidik ngeri. Tidak biasanya sahabat pria-nya seperti ini.

Sahabat pria? Ewhh, menyedihkan.

Keheningan menyelimuti keduanya di dalam mobil dalam perjalanan pulang, Rendi tidak memiliki niatan untuk memecahkan keheningan tersebut. Hingga Tara menyerah, ia tidak suka dengan kondisi seperti ini.

"Lo marah sama gue? Kenapa? Dan atas dasar apa?" pertanyaan Tara mampu membuat Rendi menegang seketika tapi hal itu langsung ditepis, banyak sekali bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk mendapatkan Tara sutuhnya. Hanya saja, ia takut. Rendi takut jika Tara akan meninggalkannya.

Rendi berdehem tanpa menoleh ke arah Tara, kemudian bekata, "Diem, gak usah banyak tanya."

Bad girl itu lagi-lagi mendesah, percuma jika mengajak Rendi yang sedang marah ditambah lagi gadis itu tidak tahu apa yang membuat Rendi marah kepadanya.

Sebelum pulang, Rendi menyempatkan untuk mampir di rumah makan padang, pria itu tau bahwa sahabat-nya sangat menyukai masakan padang. "Cepet turun! Lo laper, kan?"

Tara tersenyum hangat, sahabatnya itu selalu tahu apa yang diinginkan oleh Tara, bahkan dalam keadaan marah pun Rendi masih memikirkan Tara.

"Tau aja lo kalo gue belum makan," ucap Tara sumringah.

Rendi mengikuti Tara yang sudah ngacir duluan dengan senyum devil yang tercetak miring di sudut bibirnya.

Tara menyenggol tangan Rendi, berharap mendapat penjelasan. Merasa tidak digubris sama sekali Tara berdecak kesal. "Jelasin, kenapa lo tiba-tiba marah sama gue?"

"Gue gak marah sama lu kampret!"

Tara memicingkan matanya. "Tadi itu apa?" celetuk Tara.

Rendi meletakkan sendok dan juga garpu yang tadi nangkring di kedua tangan-nya, kemudian mulai menatap Tara serius.

"Gue gak marah, gue cuma gak mau aja ngeliat lo yang dengan bodohnya ngebuka luka lo sendiri. Gue tau Tar, gue tau kalo lo sakit. Dan lo tersiksa karena dia. Sumpah gue gak rela sahabat gue disakitin," papar Rendi dengan wajah ditekuk, Tara seharusnya bersyukur memiliki sahabat pria yang perduli dan perhatian kepada-nya.

Seandainya lo gak dateng ke dalam hidup gue, gue gak mungkin ngerasain perasaan ini lagi.
Perasaan yang bahkan gak gue kenali sama sekali.
Perasaan yang udah mati sejak lama, tapi kenapa harus kembali?

Cowok berengsek kaya gue emang gak pantes buat dapetin cewek cantik kaya Tara.
Seandainya dia baik-baik aja, gue pasti bisa ninggalin dia.
Sayang-nya, Dia sedang dikelilingi oleh orang-orang jahat saat ini.
Mereka gak akan ngebiarin cewe gue bahagia.

Maafin gue, Tar. Gue nunggu waktu yang tepat, dimana tuhan mengijinkan kepada takdir dan memberi amanah kepadanya untuk menyampaikan kabar baik ini.
Kabar dimana lo bisa jadi milik gue seutuhnya, karena gue berharap banyak sama tuhan dan berdoa; semoga tuhan gak ngecewain harapan gue.

Giovan berdiri di balkon rumah-nya, di rumah sebesar itu ia hanya sendiri. Ditemani dengan keindahan kota jakarta di malam hari.

GIOVAN [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang