Giovan 33 - Return to Jakarta

3.3K 211 20
                                    

Jakarta, Indonesia.

Beberapa hari yang lalu, Tara kembali ke Jakarta bersama Arvel. Dengan niat ingin menyebarkan undangan pertunangan Tara dan Arvel yang diselenggarakan di Jakarta nantinya.

"Sumpah! Demi apapun, gue kangen banget sama lo, Tar."

"Gue juga kangen sama kalian," ucap Tara sembari memeluk ketiga sahabatnya. Acara temu kangen yang belum terselesaikan itu terpaksa berhenti ketika mendengar Arvel berdehem, menginterupsi kegiatan mereka. Dasar pengganggu.

Pria dengan wajah penuh intimidasi tapi hati hello kity itu menyerahkan undangan pertunangan ke tiga sahabat Tara yang saat ini berada di depannya.

"Bulan depan gue sama Arvel mau tunangan. Gue minta maaf karena gak ngabarin kalian dan tiba-tiba dateng bawa calon imam."

Arvel menyahut ucapan Tara secepat kilat. "Kita harap kalian bertiga dateng."

Aquinsha, Anggi dan Rebecca mengangguk serentak. Mana ada sih sahabat yang bakal ngelewatin hari bahagia sahabatnya sendiri? Maksudnya kan, pertunangan itu hari dimana Tara diikat oleh Arvel. Meski belum sepenuhnya, setidaknya untuk mengumumkan kepada semua makhluk hidup bahwa dalam waktu dekat mereka akan menjadi sepasang kekasih halal.

Arvel termasuk pria yang mudah mencairkan suasana dan mudah bergaul kepada orang yang baru dikenalnya. Tak ayal jika mereka terlihat begitu dekat walau baru bertemu beberapa menit yang lalu.

Menyadari jika gadisnya sadari tadi terlihat gelisah, Arvel bertanya dan hanya dijawab gelengan kepala saja oleh Tara.

Tara beranjak dari duduknya setelah memintaa izin untuk ke toilet sebentar, gadis itu menolak untuk ditemani siapapun.

Tatapan mata itu sendu, berkilatan rasa kerinduan yang mendalam.

Kata orang jika rindu ya bertemu, bukan hanya berbicara jika kau rindu. Dan kalaupun tidak bisa bertemu, cukup doakan saja dia dan doakan dirimu agar kau diberikan kesabaran, sampai saat dimana tuhan mengizinkan keduanya untuk bertemu.

Itulah yang Tara lakukan selama ini, medoakan pria yang selama empat tahun ini masih ada di dalam hatinya. Gadis itu masih berpikir bahwa Gio adalah pemilik hatinya. Ia ragu, tapi ini adalah feeling-nya. Benar, hatinya yang berbicara.

Gadis itu mematutkan dirinya di depan cermin toilet. Sebelum akhirnya ke luar dan menemui sahabat juga kekasihnya. Namun ada seorang pria yang menghalangi dirinya saat akan ke luar.

Pria itu seperti tidak asing. Batinnya.

"Kita ketemu lagi, bitch." Tara semakin memundurkan langkahnya, dan pria yang menghadangnya tadi, kini berada tepat di depannya. Menyeringai layaknya seorang vampire yang haus akan darah.

Sedetik, dua detik ... Gelap.

Pria itu membekap mulut Tara tanpa basa-basi lagi, setelah dirasanya gadis itu sudah tidak sadar. Dibawanya Tara ke dalam mobil, dan mobil itu melaju meninggalkan pekarangan caffe tersebut.

"Bangun juga lo akhirnya."

Tara mengerjapkan matanya berulang kali, efek bius itu masih terasa pusing di kepala. Dan yeah, Tara sangat mengenal suara wanita yang berbicara barusan tanpa harus melihat wajahnya.

"Arghhh!!" Tara memekik kesakitan saat belati di tangan Rere menggores kulit lehernya. Ini perih, sungguh.

"Ini belum seberapa, Tara sayang," bisik Rere di telinga Tara sepelan mungkin.

Rere meninggalkan Tara sendiri di ruangan yang diduga adalah kamar Rere melihat ada beberapa foto Rere dan keluarga yang terpajang di dinding kamar tersebut.

Tara menangis tersedu-sedu, entah kesakitan apalagi yang akan didapatnya nanti. Luka yang tergores di leher jenjangnya saja sudah sangat menyakitkan.

***

Uwuwuw❤ ini belum seberapa ya wkwk, karena nanti bakal ada kejutan dan rahasia yang akan terungkap.

Rasa sakit Tara tidak akan berhenti sampai di sini. So, tungguin terus update-an dari gue hihi :'v

Jangan lupa vote dan comment ya❤ rekomendasiin cerita Giovan ke temen-temen kalian, siapa tau tertarik😂😂

Ketjup onlen🙈😘

GIOVAN [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang