Giovan 22 - Lancang!

3.7K 248 0
                                    

Tara sedang duduk di bangku paling pojok dengan kakinya yang diangkat ke atas meja. Gadis itu menyesap nikmatnya batang rokok yang digemarinya sejak lama.

Tentu saja, kakaknya sendiri yang mengenalkan Tara pada hal-hal yang berbau gila.

"Sampe kapan lo bakal berenti ngerokok sih? Jengah gue liat lo," dumel Aquinsha kepada Tara yang tidak mengindahkan perkataan sahabatnya sama sekali.

"Sampe rokok menghilang dari muka bumi ini, yang artinya gue juga bakal nyusul dia ke alam baka."

Aquinsha berdecak, "ck! Sampe segitunya lo kecanduan, bahkan lo gak peduli kalo ini masih di dalam lingkungan sekolah. Nanti kalo lo ketahuan sama guru Bk, bisa abis lo."

"Oh bagus dong! Jadi gue bisa numpang ngadem di dalam sana." Tara mematikan putung rokoknya yang tersisa sedikit, lalu membuangnya ke sembarang tempat.

"Settdah lo. Ini pelajaran bu astrid dahal, anak setan emang."

Tara terkekeh, "Udah dibilang. Gue kepanasan di sini, pingin ngadem di dalem ruang BK. Gerah liat tuh benalu ngikutin Gio terus."

Tara celingak celinguk, sesekali ke luar kelas memastikan ada Bu Astrid atau tidak. Gadis itu menghembuskan nafasnya kasar. "Hufttt! Lama bener tuh guru, gue nyusul aja dah ke ruangannya."

Anggi tersedak, "Ngapain lo nyusul? Kek gak ada kerjaan aja dah, udah syukur tuh guru gak masuk kelas juga."

"Eh kampret, lo oon apa bego sih sebenernya?"

Tidak mau mendengar ceramahan Anggi lebih lama. "Sssttt sabodo teuing, gue mau nyerahin diri masuk ke surga," ucap Tara yang berlalu pergi menuju ruang BK.

Sesampainya di ruang Bk, Tara mempertimbangkan keputusannya. "Bosen juga gue di ruang BK kalo gak ada Bu Astrid, kemana ya enaknya, eummm?"

Tara mengamati setiap sudut sekolah, hingga ia mendapati cowok yang telah merebut hatinya. "Kemana dia?"

Heran, kenapa Giovan keluar pintu gerbang di jam sekolah seperti ini?

Diam-diam Tara membuntuti Gio tanpa sepengetahuan orang yang diikutinya, sampailah Gio pada pemakaman umum yang cukup jauh dari sekolahnya tadi.

"Lo ngikutin gue?" ujar Gio yang tiba-tiba ada di belakang Tara.

"Eng ... enggak! Perasaan lo aja kali."

Gio menaikkan sebelah alisnya, lalu mencekal pergelangan tangan Tara. "Lo apa-apaan sih? Sakit, Gio."

"Sakit? Lo lancang tau gak! Gue gak suka ada orang yang berani ngikutin gue, sekalipun itu lo, Tara!" rahang Gio mengetat, ia mencoba Menetralisir emosinya.

"Maaf," sesal Tara yang menunduk tidak berani menatap Gio yang sedang marah.

"Maaf? Lo nyesel, heuh?" Giovan terus saja tidak mendengar rintihan Tara. Cekalan tangan Giovan semakin kuat sampai meninggalkan jejak kebiruan di pergelangan tangan Tara.

Isakan tangis Tara terdengar dengan sangat jelas. "Maaf, gue bener-bener nyesel. Gue gak tau kalo lo bakal semarah ini, gue ... gue minta maaf karena udah lancang ngikutin lo." Tara mengusap air matanya dengan tersenyum getir, "Iya, gue lancang! Gue emang lancang dan lo lebih lancang karena udah buat gue bingung sama perasaan gue sendiri. Lo lancang ngebuat gue gak bisa berenti mikirin lo dan lo sangat lancang karena udah bikin gue jatuh cinta dan sayang sama lo."

Giovan terpaku pada setiap kata yang keluar dari mulut Tara, pernyataan yang selalu ingin Giovan dengar.

"Lo cinta sama gue? Lo yakin? jangan sampe lo nyesel karena udah ngasih hati lo ke gue. Karena, sampai kapanpun gue gak  bisa berenti buat nyakitin lo babe, gue gak bisa berenti buat gak bikin lo nangis menderita."

GIOVAN [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang