"Nay, sudah dapat tema majalah bulan depan belum?" Tanya pak Samsul saat melihat Nayla tengah berkutat dengan laptopnya.
"Belum pak, ini sedang edit foto liputan ekstra drama," sahut Nayla, matanya belum lepas dari layar laptopnya.
"Masih disitu saja sih Nay, belum kelar juga?"
"Sedikit lagi kok Pak,"
"Oke,"
"Assalamualaikum," ucap salam Yoga dan Rini berbarengan saat memasuki ruangan ekstra jurnalis itu.
"Waalaikumsalam," jawab Nayla singkat.
Tak lama kemudian, berturut-turut siswa-siswi yang tergabung di ekstra itu mulai berdatangan. Iya, saat ini akan diadakan rapat untuk menentukan tema majalah bulan depan serta pembagian tugas untuk mengisi liputan dan rubrik-rubrik yang ada.
Nayla sudah menyelesaikan tugasnya dan mengikuti jalannya rapat dengan serius. Sesekali dia memberi masukan. Hingga saat jam di dinding menunjukkan pukul 16:00. Rapat pun usai.
Sekolah masih ramai, sebagian siswa masih ada yang duduk-duduk di bangku panjang di depan kelas-kelas. Ada juga yang masih nongkrong di kantin. Dan sebagian yang lain di Masjid sekolah.
Nayla melangkah ke Masjid, hendak sholat Ashar. Sepertinya tadi yang mengumandangkan adzan adalah Armand. Dia hapal betul suaranya. Ada sedikit rasa lega di dadanya kala mendengar suara adzan Armand. Artinya, dia belum pulang, dan Nayla berharap bisa melihatnya lagi sebelum pulang.
Lagi? Iya, kan memang dia satu kelas dengan Armand, meski jarang bicara.
Selepas sholat ashar, Nayla berniat langsung pulang. Rini masih menunggunya di teras masjid, dia tidak ikut sholat karena sedang berhalangan.
Sambil memasang sepatunya, Nayla sedikit melirik ke samping masjid bagian putra, berharap melihat kelebatan sosok Armando Pratama. Dan usahanya berhasil. Yeay. Hatinya bersorak bahagia.
Armando tengah melintas bersama Amir wakil ketua Osis. Sepertinya mereka masih ada yang perlu dilakukan, karena melihat mereka justru ke ruang Osis dan bukan ke pintu keluar. Tapi Nayla tak peduli. Itu sudah cukup untuk hari ini.
*****
"Nay, ada telpon nih," teriak Aldo dari ruang tengah. Aldo Putra Rahman, Kakak Nayla yang saat ini kuliah di tehnik elektro Universitas Brawijaya Malang. Setiap weekend dia selalu pulang ke rumah, dia lebih suka menghabiskan waktunya bersama keluarga daripada dengan teman-temannya.
Nayla juga punya adik laki-laki, Bayu Ar Rahman. Saat ini dia masih kelas 7 SMPN 22 Surabaya.
"Halo, Assalamualaikum," Nayla mengangkat telpon rumahnya. Tumben sih ada yang telpon ke rumah. Teman-temannya biasanya juga langsung chat ke wa nya.
"Waalaikumsalam. Nayla?" Nayla mengernyitkan keningnya. Mencoba mengenali suara di seberang.
"Armand?" Jawab Nayla setelah kepingan ingatan itu muncul di kepalanya.
"Ketebak langsung ya, hehehe," terdengar kekehan tawa di sana.
"Kok telpon rumah sih. Nggak chat wa aja?" Tanya Nayla langsung
"Sori, aku belum tahu no mu. Dari data siswa hanya no telpon rumahmu yang aku catat tadi,"
"Oh. Ada apa?"
"Nggak pa-pa, pengen ngobrol aja," sahutnya santai.
"Heemm.. Ngobrol disini..? Chat aja yaa. Catet no ku.."
"Oke.." Nayla menyebutkan sederet angka. Lalu terdengar dia menutup telpon setelah mengucap salam.
Setelah itu dia melesat ke kamar sambil berdendang. Di ruang tengah dia berpapasan dengan Aldo, dengan riang ditowelnya hidung kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Understanding Nay
Teen FictionMasa SMA adalah masa yang paling indah. Begitu juga yang dirasakan Nayla dan Armando. Mereka sama sama jatuh cinta. Namun diantara mereka ada jarak yang tercipta. Cinta Nayla pada Armando datang di waktu yang tidak tepat. Belum lagi Rafli, Ambar, Ri...