Bab 6

29 2 1
                                    

"Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik ."(QS. Ali Imran :14).

~~~~~

Seorang wanita cantik berkacamata, berkerudung lebar berdiri di depan para pelajar yang mengikuti kajian akbar keputrian sie kerohanian Islam di aula masjid sekolah.

Nayla duduk di deretan paling depan dengan alat rekam dan note ditangannya. Perhatiannya fokus mengikuti materi yang disampaikan dengan menarik oleh Ustazah Anna Syahidah.

Materinya lumayan menarik sih. Cara menyampaikannya pun mengasyikkan. Dari dua pembicara, ustazah Anna inilah yang paling banyak menyedot perhatian.

"Tau nggak, saya sebenarnya salut lho sama kalian. Masih muda-muda banget tapi semangatnya untuk mencari ilmu luar biasa seperti ini. Padahal kajian ini tidak wajib kan ya?"

Ustazah cantik itu berbicara sambil sesekali berjalan mendekati pelajar-pelajar putri yang masih antusias mendengar tausiahnya.

"Kita sedang bahas apa ini? Pacaran ya? Siapa yang sudah pacaran?"
Tanyanya yang ditanggapi dengan riuh rendah gumaman siswa yang ada. Ustazah cantik itu tersenyum.

"Kenapa sih pacaran kok dilarang? Padahal kan kita pacarannya sehat. Tidak berbuat apa-apa. Cuma pegangan tangan doang kok. Cuma pandang-pandangan doang. Cuma say I love you aja. Cuma... Cuma... Cuma...
Banyak banget ya cuma-nya. Berarti banyak juga dong yang dilakukan. Hehehe..."

"Kalau sudah ada komitmen pacaran dari cowok cewek, ada rasa saling memiliki kan? Kalau sudah ada rasa itu. Si cewek becanda ama cowok lain, cowoknya marah, cemburu katanya, tanda sayang katanya. Si cewek mau pergi kemana tanpa bilang, si cowok marah, ga dihargai katanya. Lha? Kan situ belum nikahin tuh cewek bro. Cuma pacaran aja ngalah-ngalahin kaya suami-istri..."

Suara tawa menggema di ruangan itu. Apalagi dengan gaya lucu ustazah Anna, suasana jadi semakin seru.

"Itulah kenapa dari sisi ini saja sudah salah. Apalagi dari sisi agama. Islam sangat menjaga dan mengagungkan kaum wanita."

Beliau mulai menjelaskan beberapa ayat Al Qur'an dan hadis tentang bagaimana Islam memperlakukan wanita. Hingga apa saja alasan Islam melarang pacaran. Hingga tanpa sadar sesi tanya jawab pun dimulai.

"Oke. Supaya lebih enjoy, kita bikin diskusi saja ya. Yang mau tanya atau curhat boleh lah..." Katanya sambil beranjak menuju tempat duduk yang disediakan.

Tak lama, terlihat beberapa tangan mengacung keatas. Moderator segera mendekati siswi itu.

"Sebutkan nama dan kelas, baru ajukan pertanyaan." Sela Ustazah Anna sebelum microphone pindah ke tangan penanya.

"Assalamualaikum...,"

"Waalaikumsalam," sahut ustazah Anna.

"...Nama saya Jenny kelas 10 IPA 2. Yang ingin saya tanyakan,  ketertarikan terhadap lawan jenis kan wajar, itu juga sudah menjadi salah satu naluri manusia kan? Sedangkan manusia itu kan tidak hanya orang dewasa saja. Kita yang masih remaja juga kan manusia." Para siswa bertepuk tangan dengan riuh mendengar pertanyaan yang diajukan Jenny. Ustazah Anna tersenyum bijak.

"Baik, dijawab langsung saja ustazah, untuk pertanyaan berikutnya setelah penjelasan yang ini ya." Jawab moderator.

Ustazah Anna mengangguk setuju.

"Baik, melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berhenti pada sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemu langsung.

Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung-jawab antara mereka. Bahkan tidak ada ketentuan tentang kesetiaan dan seterusnya.

Padahal cinta itu memiliki, tanggung-jawab, ikatan sah dan sebuah harga kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu tidak terdapat, sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta."

Jelas ustazah panjang lebar.

"Tapi ust, bukankah pacaran itu cara untuk menjajaki bakal calon pasangan hidup kita." Potong seorang pelajar tanpa menunggu moderator.

"Penjajakan yaa...?" Sahut ustazah Anna, "kalau pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, itu anggapan yang tidak benar. Sebab penjajakan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya dari data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan.

Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,"Wanita itu dinikahi karena 4 hal : [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa' fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha' Bab Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)

Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting.

Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebaga ta'aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya.

Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan juga lebih sering bertemua dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum. Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran.

Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penjajakan yang jujur, sebaliknya sebuah penyesatan dan pengelabuhan.

Dan tidak heran kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja."

Penjelasan yang panjang dari ustazah Anna mampu membuat para pelajar itu mengangguk-anggukan kepala tanda setuju. Meski sebagian ada yang masih belum bisa menerimanya.

~~~~~~~~~~

https://www.google.co.id/amp/s/surgaku86.wordpress.com/2008/04/24/pacaran-no-nikah-yes/amp/

Understanding NayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang