Take (1)

138K 3.8K 172
                                    

Holla...

Ini story saya selanjutnya yaa.. saya harap kalian suka seperti biasa diawal cerita saya akan meminta vote + comment.
×
×
×
@NiaChoiSiwon
Minta di tag dia bilang wkwk.
×××××××××××××××××××××××××××××××××××

"Apaan sih aturan begitu? Males banget deh aku. Iiihhh!!!" Seorang gadis melempar kertas undangan dengan kesal. Padahal, kertas undangan itu kelihatan mewah lho. 

"Eeh.. kamu pikir gajihmu bisa bikin undangan ultah begini?" Gadis lain menggambil undangan yang udah dibuang dan mendekat kearah gadis yang masih kesal itu. Bibir manyun dan mata malas memancar dari wajah gadis yang lagi kesal. "Udahlah Alina, kamu tuh harusnya sadar. Udah waktunya cari pacar."

Gadis bernama Alina melihat kearah temannya tambah kesal. "Ya Tuhan Anggun! Kamukan tahu aku lagi nggak mau punya pacar. Enggak."

"Ya terus gi mana dong kalau dah begini? Kamu mau bepasangan sama hantu?" Anggun meledek.

"Ya enggak juga kalik. Mana ada hantu pergi ultah."

"Ya itu kamu ngerti." Anggun meminum sodanya lalu menyerahkan undangan kepada Alina. "Ini tiket kita masuk pesta ultah bos tauk! Kamu maen buang aja."

"Syaratnya itu yang buat aku gak kuat... Aku cari dimana nih?" Alina bingung. "Kamukan ada sepupu tuh ngun, pinjem bentar dong.."

"Dimana - mana malam minggu itu orang yg bepasangan jalan lin, jelas dia nggak maulah." Anggun menggeleng.

Alina menunduk lesu. Benar juga sih, acara ultah bos mereka diadakan malam hari. Jelasnya malam minggu. Alina mengacak rambut panjangnya stres. Mau gila rasanya, tidak pergi tak mungkin. Ini acara boss besar, orang gila saja yang tak hadir. Jika hadir harus membawa pasangan. Harus!

Alina adalah gadis single but happy. Belum pernah dekat sekali dengan lelaki. Hanya berteman sih biasa tapi dispesialkan Alina belum pernah sama sekali. Sekarang, ia dituntut harus menghadiri pesta bersama pasangan. Bukan bersama teman perempuan tapi bersama pasangan kekasih. Kenapa terlalu ngenes sih?

"Sekarang kau mikirin apa he? Pasti aneh - aneh nih." Anggun menimpali memperhatikan Alina yang sedang menyusuri taman tempat mereka beristirahat. Ya sedang istirahat kantor, Alina membawa Anggun ketaman dekat perkantoran.

"Aku lagi mikir Anggun. Pestanyakan dua hari lagi nggak mungkinkan sempat ikut segala kencan buta. Aduh..." Alina kembali meremas rambutnya kesal. Makin lama rambut Alina semakin hancur. Persis seperti gadis yang baru saja bercinta dengan panas dan liar dengan pria asing.

"Makanya jadi susahkan, udah dari dulu aku ngomong. Alina, kamu tuh harus punya pacar biar enak kesana dan kesini gak sendirian lagi. Ada juga yang gandengin, melukin, apa lagi kelonin."

"Nahkan! Aku paling malas dah pembicaraan begitu." Alina memalingkan wajah. "Aku nih lagi perhatikan pria - pria disekitar taman ini. Siapa tau aja ada yang mau nemanin aku."

"Begitu aja? Enggak ada yang gratisan kali Alina." Anggun memukul sedikit bahu Alina.

"Jadi maksudmu aku harus ngasih sesuatu gitu?" Alina menyelidik sambil berpikir. "Ah kalau begitu aku biar saja sendirian. Lebih baik aku enggak usah datang aja."

"Heh pikiranmu itu kemana? Maksudnya kamu harus ngasih tau alasan gitu. Emang ada ya tiba - tiba datangin cowok terus ngomong 'would you be my boyfriend?' tidakkan Alina?" Anggun memutar bola matanya.

"Baiklah aku paham. Kayaknya jam istirahat udah selesai nih." Alina memperhatikan jam tangannya.

"Loh tapi cowok buat kamu belum ketemu nih." Tahan Anggun. "Dari tadi aku perhatikan tidak ada yang pas dihatiku nona Anggun." Alina menimpali.

✓FROM FAKE BECOMES MY BOYFRIEND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang