10. Hari Bersamanya

1.9K 187 5
                                    

Jeno x Renjun
_
_
_
_
_

He said that he still innocent and doesnt really know about what is love. He is clumsy as fvck even with his seatmate, Renjun.

"Sinian kenapa No!" Jantungnya serasa ingin lepas dari kerangka, Renjun main menarik tangannya untuk membuatnya mendekat. Mereka sedang mencatat-coret-mengcopy tugas milik Jinyoung untuk dikumpulkan usai istirahat pertama tadi.

Jeno dengan hati berdebar menggeser tubuhnya agar mendekat dan kembali fokus menyalin tugas milik anak pintar di kelas mereka. Alih-alih fokus menyalin, ia juga menyempatkan diri curi-curi pandang pada lelaki manis yang jadi teman duduknya ini di kelas dua.

Jeno sedikit menarik ujung bibirnya tersenyum melihat ekspresi Renjun yang serius menyalin kilat tugas milik Jinyoung ini.

"Kelar gue! Cupu banget lo nggak kelar-kelar!" Jeno ingin tertawa tapi dia terlalu malu makanya hanya tersenyum saat Renjun menyandarkan diri ke kursinya setelah melempar pulpen di atas meja. Ia jadi mempercepat gerak tangannya menyalin tulisan Jinyoung.

Jeno menyukai Renjun? Mbuh! Jeno sendiri tidak paham atas perasaannya itu. Hanya saja setiap hari beganti dan ia tidak bisa kabur ketika waktu bertemu Renjun yang mana adalah teman duduknya selama satu semester ke depan. jantungnya berdegup cepat, tiap kali. Kaki di bawah meja pun agak bergetar. Kerja jantungnya berpacu dua kali lebih cepat saat berdekatan dengan lelaki berparas manis itu, Jeno paling bahagia saat melihat Renjun tersenyum.

Pun ia lemah di hadapan Renjun hingga membuatnya memilih kabur dari dekat Renjun dan memperhatikan lelaki manis itu dari jauh dengan kuluman senyum di wajah tampannya.

______

"Anterin pulang dong No, Jaemin udah sama temennya. Kerja kelompok." Jeno menghentikan pergerakan tangannya yang menarik zipper jerseynya. Ia tidak salah dengar kan kalau Renjun minta diantar, dengan motornya? Artinya mereka akan berboncengan dengan tanpa jarak yang memisahkan mereka? Jeno lebay, tapi memang nanti jantungnya akan berdegup liar. Itu sedikit tidak baik tapi ia menikmatinya.

Dengan anggukan kecil sebagai jawaban membuat Renjun tersenyum puas pun menarik tangan Jeno untuk bergegas. Kalo boleh Jeno ingin berteriak kegirangan atas perlakuan Renjun yang mendadak ini. Skinship. Tangannya ditarik lelaki manis yang membuatnya pusing karena bingung akan perasaannya sendiri. Habisnya Jeno pikir ia masih menyukai perempuan, padahal Renjun juga lelaki sama sepertinya.

Ia berdoa dalam hati supaya ia kuat dan tidak kabur meski Renjun sudah menggandengnya. Karena biasanya Jeno memiliki ego kuat untuk terlepas dari lelaki manis yang kini memimpin jalan mereka masih dengan tangan yang memegang tangan Jeno, dengan beralasan aneh lalu meninggalkan Renjun begitu saja. Di lain sisi ia memberi alasan pada dirinya, selamatkan jantungmu! Dasar lebay.

Mohon Tuhan untuk kali ini saja beri aku kekuatan untuk menatap matanya
Mohon Tuhan untuk kali ini saja lancarkanlah hariku, hariku bersamanya

Mereka tiba di sebelah motor sport Jeno. "Tapi helm gue cuma satu." Jeno melirik helm yang bertengger manis di spion motornya. Renjun juga melakukan hal demikian, lalu menghendikan bahunya.

Mereka saling berhadapan, dengan jarak pemisah kurang lebih satu meter di tengah-tengahnya. Jeno lebih dari bersyukur bahwa ia masih baik-baik saja meski jantungnya berdegup hebat. Kakinya sih tidak bergetar, ia mulai terbiasa dan kuat.

"Nggak masalah. Gue di belakang jugaan." Balas Renjun dengan diiringi senyum manisnya. Kalau ibarat gula ini gula murni yang manisnya kebangetan, Jeno tidak boleh terlalu lama mengambilnya, bisa sakit dia.

Tangan kanan Jeno meraih helm tersebut, tidak mau memutar pikirannya lagi, ia memasangkan helm tersebut pada Renjun. Yang bersangkutan itu melolorkan mata indahnya, tidak menyangka Jeno melakukan hal demikian. Yang lebih tinggi pun mengunci pengaitnya, lalu tersenyum.

"Lo berharga," ucapnya singkat dan naik ke atas motor. Meninggalkan Renjun yang masih membulatkan matanya serta mencerna ucapan Jeno barusan. Pun Jeno menarik tangan Renjun, agar segera naik ke motornya.

Di atas motor, Renjun masih memikirkan ucapan Jeno. Sebelum lelaki pemilik motor menyalakan mesinnya, Renjun menepuk-nepuk punggung Jeno. Akhirnya Jeno menoleh.

Jarak mereka sangat dekat, Jeno memang tampan namun dari jarak ini ketampanannya bikin mabuk.

"Gue nggak ngerti, tapi makasih!" Renjun hendak maju, entah untuk apa, namun ditahan tangan Jeno pada helm di kepala lelaki manis itu. Jeno menutupkan kaca helm tersebut.

"Nggak boleh kelilipan, nanti susah melihat ketampanan Lee Jeno!"

Renjun be like: ashdhdhkrkfmkfjdmmdjdjdjjdjdjd tapi dia sadar diri kalau lagi nebeng. Jadi ia hanya mengangguk.

Sekali lagi Renjun kaget saat Jeno menarik tangannya, melingkarkan di pinggangnya. "Pegangan! Nanti kebawa angin...aWWW!" adalah Jeno yang menjadi korban cubitan maut Renjun.

____kkeut____

efek gabut sendirian di suatu tempat yang ramai pasang headset dan ngbodo amatin sekitar wqwqwqwq aku lagi ndengerin lagu so7 terus malah ngebayangin ginian.

gajelas ya? Iya tahuuu. Bodo amat. Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk

■180912■

[bl] hrj.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang