2. Pierce

5.1K 379 59
                                    

Jaemin x Renjun
_
_
_
_
_

Jaemin's Side...

Aku yang selalu bersamanya di sini. Dan aku selalu merindukannya, yang dulu. Aku memang lelaki pengecut yang tidak seberani Mark hyung. Perasaanku tersimpan rapi di dalam hati, untuk kekasih Mark hyung, anak Huang yang sekarang pasti sudah larut dalam mimpi di kamarnya dengan Jeno.

Aku menatap langit yang dihiasi pernak-pernik bintang yang indah. Malam ini sejuk, aku bisa terjaga sampai pagi memandangi langit yang indah sambil membayangkan sosok mungil Renjun. Aku merindukannya.
Jika saja bisa memutar waktu ketika Renjun masih sendiri, aku akan mengumpulkan keberanian untuk mengatakan aku mencintainya, tulus. Ya, Mark hyung juga tulus aku tahu itu dari bagaimana lelaki itu memperlakukan Renjun selayaknya Ratu.

Aku selalu mengunci pandangku pada wajah Renjun setiap kami berada di ruang yang sama. Mataku terkunci lekat memandangi wajahnya yang damai. Ia selalu tersenyum. Bahkan, jika dia tidak tersenyum pun aku senang memandanginya. Dia cantik, tapi aku akan dichoke kalau mengatakannya pada Renjun. Dia manis.

Aku merasa bahagia bisa kembali ke dorm U dan Dream, tanpa ada kekasih Renjun aku bisa menempelinya tanpa diberi tatapan membunuh. Mark hyung tidak tahu tentang perasaanku pada Renjun. Mungkin dia curiga, tapi saat kecurigaan itu timbul aku akan menjauh dan seolah bermesraan dengan Jeno.

Tenggorokanku kering, aku melompat dari bibir jendela beranda hendak menuju dapur. Ruang tengah sudah gelap, ini memang sudah tengah malam. Tapi lampu dapur menyala. Sepertinya ada manusia di sana.

Bahu mungil itu yang suka kurangkul. Ia menutup pintu kulkas. Berbalik dan terkejut atas kehadiranku. Tidak ada yang menghalangi kami di sini, aku mendekat padanya, dengan senyum di wajah. Aku tidak tahu, tapi satu yang pasti, kami tidak akan pernah bisa menjadi satu. Aku tahu akhirnya, Renjun mencintai Mark hyung.

"Belum tidur?" Tanyanya kemudian meneguk air di gelas yang ia pegang.

Aku mengangguk. Ia duduk di bangku. Aku menyusul di sebelahnya.

"Aku haus!" Kataku. Ia langsung menyodorkan gelas yang isinya masih setengah padaku. Aku menerimanya. Sengaja meminumnya dari posisi terakhir bibir Renjun mencium gelas. Ini yang dibilang indirect kiss? Aku cukup bahagia.

"Insomnia?" Ia memerhatikan wajahku. Aku tidak kalah tampan dengan Mark hyung. Bisakah kau menyukaiku Renjun?

Aku menggeleng. "Langitnya cerah. Aku senang memandanginya."

"Kau darimana memang?" Ia menatapku curiga. Mungkin dia pikir aku keluar dorm tadi.

"Di kamar. Aku melihatnya dari jendela," Senyumku. "Tapi ternyata ada yang lebih indah, di sini." Gumamku pelan.

Ia mengangkat alis tidak mengerti maksudku. Di dalam dorm ini ada hal paling indah bagiku. Kau, Renjunie!

"Kau kenapa terbangun?" Aku gantian bertanya padanya. Ia memandang kosong pada gelas. Seakan berpikir untuk menjawab pertanyaanku.

"Mimpi buruk dan haus." Ia tidak memandangku.

"Mimpi apa?" Tanyaku tak mau berhenti menghilangkan momen berdua di malam sunyi ini dengannya. Jadi kupancing ia agar bicara dan kami mengobrol.

"Tentangmu..." Ia mencuri pandang sekilas. Lalu kembali melihat pada air di gelas yang kuminum tadi. Aku melihat jakun Renjun bergerak naik turun.

"Memimpikanku itu buruk ya?" Aku mencoba bergurau di sela kegundahan ekspresi Renjun. Ia tertawa ditahan.

"Bukan. Kau dan Mark hyung bertengkar..." Itu bisa terjadi Renjun kalau Mark hyung menyakitimu. Aku akan maju paling depan untuk meninju hidungnya. Aku akan marah jika dia menyakiti orang yang kusayang.

"Dalam kasus apa aku bisa bertengkar dengannya?" Tanyaku retoris. Dan mungkin mencari tahu apalagi yang dimimpikan Renjun tentangku yang bertengkar dengan Mark hyung.

Ia menolak untuk bicara. Menggeleng dan tersenyum lembut padaku. "Sudah malam. Tidurlah Jaem!" Ia melompat dari bangku. Aku menahannya. Ia menatap manik cokelat gelapku yang menatapnya penuh harap. Tak ingin kebersamaan ini menghilang begitu saja. Aku egois, untuk kali ini. Mumpung kami hanya berdua.

Aku membawanya kembali duduk di bangku. Ia menunduk. Mungkin dia tahu kemana arah pembicaraan yang akan kubawa. Dia sadar kalau selama ini aku menyukainya, mungkin. Dari caraku menatapnya yang tak bisa berhenti atau perlakuan lembutku padanya juga gelang pasangan yang kami kenakan. Itu jelas kan? Meski aku tidak memberitahunya langsung mengenai perasaanku padanya.
Kami terdiam lama. Aku memandanginya yang menunduk.

"Renjun," Kuhilangkan keheningan di antara kami. Ia mengangkat wajahnya. Menatapku nanar. Seperti hatinya tersakiti.

"Jaemin kau temanku!" Ucapnya cepat. Aku tersenyum menganggukinya. Dia mengerti kemana kami akan berbicara. "Aku tidak seharusnya berada di hatimu,"
Aku benar. Dia tahu kemana kami akan bicara. Aku kembali mengangguk masih tersenyum memandangi wajahnya. Sekedar informasi kalau kalian ingin tahu perasaanku kini, perih. Ia berbicara seperti itu padaku. Kami teman dan aku tidak seharusnya memiliki perasaan padanya.

"Dan kita seharusnya tidur!" Ia kembali akan melompat tapi kutahan. Aku berekspresi memelas memintanya tetap tinggal.

"Bagaimana kau tahu saat aku tidak pernah menyatakannya, Renjun?"
Dia tidak menjawab. Dia tidak perlu menjawab. Aku sendiri tahu jawabannya. Karena semua yang kulakukan padanya terlalu jelas.
"Ya, aku menyayangimu sebagaimana Mark hyung menyayangimu. Aku mencintaimu sebagaimana Mark hyung mencintaimu." Aku menjeda kalimatku. Mengecek ekspresinya yang tidak enak. Maafkan aku membuatmu tak nyaman.

Aku meraih kedua tangannya yang terkulai. Aku tahu setelah malam ini kami akan canggung.

"Ini menyakitkan. Aku tidak bisa mengatakan padamu lebih awal. Sekarang aku tahu jika pun aku mengatakannya kini, aku tahu akhirnya," Aku tersenyum meski ribuan jarum menghujami jantungku. Menusuk hatiku tanpa ampun. "Kau mencintai Mark hyung." Tuntasku.

Aku melepaskan tangannya. Tapi dia tidak beranjak dari tempatnya. Ia menatapku. Matanya berkaca. Ini menyakitkan, kan? Tidak, maksudku... aku sangat malang. Pasti dia merasa kasihan padaku.

"Renjun. Aku memiliki cinta untukmu di hatiku. Tapi itu tidak ada gunanya karena kau milik orang lain," Mata kami saling mentap satu sama lain. "Aku tidak akan mengambilmu dari Mark hyung. Aku bahagia jika orang yang kucintai bahagia." Perih. Hatiku perih. Tapi kenyataannya aku akan ikut tersenyum saat melihat Renjun bahagia. "Aku akan membuang perasaan ini. Tapi biarkan malam ini kita bersama."

___Pierce___

Aku terbangun pagi ini dengan Renjun yang tertidur di sebelahku. Kami di ruang tengah semalaman menonton acara malam seperti bola dan tertidur tanpa sadar. Setidaknya aku memiliki satu malam penuh yang kuhabiskan dengan orang yang mengisi hatiku kini dan akan mulai kuhapuskan rasa cintaku padanya karena dia milik orang lain. Biar rasa perih ini menjadi temanku sementara saat melihatnya dengan orang lain. Selanjutnya, aku akan membiarkan keperihan hatiku pergi, seutuhnya. Aku akan bersyukur memiliki Renjun meski hanya sebatas sahabat. Aku menyayanginya.

_____kkeut_____

Lagu ini tuh nusuk banget! Cuz we we can see how its gonna end but I got my love for you, Pierce - One Ok Rock

Dan aku kepikiran Jaemin yang suka jadi orang ketiga dalam sebuah hubungan /digampar/

Sampai jumpa di lain judul~

Salam~

■180814■

[bl] hrj.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang