7. Reset

2.2K 209 105
                                    

Mark x Renjun
_
_
_
_
_

NCT 2018 baru mengusaikan kegiatan mereka hari ini. Karena besok ada syuting pagi maka menejer hyung menyarankan untuk tidur bersama di dorm 127. Mereka semua sudah masuk kamar masing-masing untuk beristirahat tapi tidak dengan keempat lelaki yang adalah Taeyong, Kun, Mark dan Renjun.

Mereka sudah mengganti kostum mereka ke pakaian tidur dan kini duduk dengan ekspresi tegang di wajah keempatnya. Renjun selaku yang termuda menundukkan kepalanya. Dia lelah dan masalah baru datang padanya. Rasanya ingin kabur.

"Kalian selesaikan masalah kalian berdua. Mark kau seharusnya lebih dewasa!" Taeyong berkata dingin. Diangguki Kun. "Jangan sampai ada yang tahu masalah ini." Imbuhnya. Ia berkomunikasi dengan Kun lewat matanya mengajak lelaki itu meninggalkan dua remaja ini di dapur dorm.

Keduanya bungkam. Mereka sibuk berpikir masing-masing. Hanya diam duduk berhadapan begini tidak akan menyelesaikan apapun.

Lelaki yang lebih tua itu melabuhkan netranya pada sosok yang terduduk lesu di hadapannya. Tangan lelaki itu tertaut di atas meja. Agak basah berkeringat, ia juga gugup. Bingung harus bagaimana.

"Renjun," akhirnya suara Mark keluar begitu saja. Lelaki yang memiliki nama mendongak. Matanya merah, Mark tahu kalau dia lelah. Ini hampir tengah malam.

Hati Mark terluka melihat sosok Renjun yang ia sayangi menyedihkan. Ingin ia memeluknya membisikan kata penyemangat agar lelaki itu tersenyum tapi dia tahu semua tidak akan sama lagi. Mark sadar dia ini bodoh. Berani-beraninya ia menyatakan cinta pada Renjun.

Ya, Mark melakukan itu dan membuat Renjun menjaga jarak dengannya. Mark tidak menyukai itu. Ia minta maaf pada Renjun dan meminta Renjun untuk kembali seperti semula, meski mustahil. Yang sial adalah obrolan mereka didengar Kun. Lelaki itu jadi khawatir pada adik dari negara yang sama dengannya. Sikap Renjun juga jadi berbeda setelah itu, lelaki itu jadi pendiam dan jarang tertawa.

"Aku minta maaf." Tiga kata itu keluar dari mulut Mark. Netranya masih betah memandangi Renjun meski gambaran yang dia dapat lewat pupilnya membius hatinya untuk sakit.

Renjun masih bungkam. Ia sendiri tidak mengerti akan situasi ini, sepenuhnya. Dia dekat dengan Mark, lelaki itu menyambutnya dulu dan mengurusnya di masa awal debutnya. Mark sangat baik padanya, mereka bersahabat. Tapi Renjun tidak menduga kalau lelaki yang sangat baik padanya ini memiliki perasaan padanya.

Mereka tertawa bersama dan saling menguatkan, sejak lalu. Dia tidak mengerti setelah Mark menyulutkan bom dengan pernyataan cinta padanya sebulan yang lalu merubah hubungan di antara mereka. Semuanya bertanya-tanya kenapa mereka menjaga jarak belakangan. Sampai suatu malam Kun memergoki Mark dan Renjun berbicara hal ini di dorm U dan Dream.

"Make it clear, Renjun!" Mark menekankan suaranya saat menyeru nama lawan bicaranya. Ia pun gemas kalau Renjun hanya bungkam dan berpikir sendiri di kepalanya.

"Apa yang harus diperjelas? Kau hanya tinggal melupakanku..." akhirnya bibir tipis Renjun terbuka dan menyuara. Meski nada di akhir kalimatnya menurun. Ini tengah malam mereka harus lebih tenang daripada mengganggu anggota yang lain beristirahat.

Mark tersenyum miring. Ia merasa dihina atas penuturan lelaki yang mengisi hatinya ini. Dia pikir mengenyahkan perasaan itu semudah melepas sandal?

"Ini hanya aku yang merasakannya, kah? Memangnya kau tidak pernah merasakan berdebar saat kita bersentuhan?" Mark bertanya menantang. Dia pun lelah tapi tidak ingin hanya mengiyakan Renjun untuk menyudahi perasaannya yang bahkan diabaikan lelaki China ini.

Taeyong membuat mereka duduk bersama agar menuntaskan masalah ini agar fans tidak curiga karena mereka menjaga jarak dan Renjun sering melamun. Itu saja. Selebihnya mereka mau seperti apa, Taeyong tidak peduli.

"Kau sinting ya, hyung!"

Mark tidak marah dikatai seperti itu. Ia mengangguk malah. "Ini bukan sepenuhnya salahku. Jika kau tidak membalas perlakuanku padamu pun aku tidak akan jatuh cinta padamu, Renjun."

Renjun tidak habis pikir kalau lelaki di depannya ini menyalahkannya juga. Ia menyipitkan matanya yang mengantuk. "Kau benar-benar tidak waras."

"Aku waras, Renjun. Aku tahu kau terluka atas pengakuanku atau malah senang tapi aku tahu kau sedih. Aku kini menahan air mataku melihatmu berbeda, asal kau tahu!" Volume suaranya lirih, ia hanya menekan tiap katanya agar Renjun mengerti.

Renjun tidak mengerti akan dirinya. Dia jadi sering melamun sejak Mark mengutarakan rasa terhadapnya. Ia merasa aneh. Ia menjauh dari Mark. Mereka menjadi kaku. Dia waspada saat di sekitar Mark. Degup jantungnya bergerak tak teratur, sedikit lebih kencang saat berdekatan dengan lelaki asal Kanada itu. Itu membuatnya pusing.

"Bisa kita sudahi semua ini, hyung?" Renjun bertanya serius. Mark hanya menaikan alisnya. Renjun kembali bicara, "Lupakan perasaanmu padaku dan kembali seperti semula. Saat kita menjadi sahabat dekat yang tidak kaku ketika bersentuhan."

"Kau jijik saat aku menyentuhmu kini?"

Renjun melengus kasar. Dia ingin tidur. Dan Mark menyulut emosinya. "Tidak. Hanya saja... aku..."

"Kau juga menyukaiku, Renjun! Aku tahu itu."

Bibir Renjun sudah terbuka hendak bicara tapi suaranya seakan ditahan atas kalimat terkahir Mark. Kalau bisa berteriak Renjun ingin mengatakan, "PEDE GILA KAU HYUNG!"

"Tidak bisakah kau menghargaiku, Renjun?"

Manik gelap yang memantul cahaya lampu bertemu. Renjun melihat kesungguhan di mata itu. Mark memintanya dengan sangat.

"Aku mencintaimu. Hatiku remuk melihatmu murung, melihatmu diam, melihatmu tidak berselera makan. Aku tahu ini salah, tapi tidak bisakah kau memberi kesempatan?" Jedanya melihat reaksi Renjun. Masih diam dan hanya menatapnya. "Aku akan menggenggam erat tanganmu. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi selama kita selalu bersama. Percaya padaku,"

Renjun memikirkan orang-orang yang ia sayang. Mulai dari keluarganya, hyungdeul dan dongsaeng serta fans mereka. Hatinya jadi terluka. Matanya mulai berair sampai bayangan Mark memburam di retinanya.

Dia pun tidak tega pada Mark yang seperti ini. Lelaki itu menundukkan kepalanya dan menghapus kasar air yang turun ke pipinya.

Renjun menarik napas berat. "Bagaimana kalau aku meninggalkanmu saja, itu akan jauh lebih baikkan?" Tanya Renjun asal.

"Lalu kau akan membaca koran harian rapper nct meninggal karena terjun dari gedung lantai 22, Renjun."

Itu hanya gurauan yang terlontar mendadak. Renjun tersenyum, ia mulai lunak juga.

"Aku tidak memintamu membalas perasaanku, Renjun. Aku hanya ingin kau kembali seperti semula dan biasa saja kepadaku. Memperlakukanku seperti semula. Ya, mungkin suatu saat perasaanmu akan tumbuh untukku..." perbincangan yang semula serius dan penuh melibatkan emosi kedua remaja ini mulai surut. Ini lebih bersahabat sedikit. "Aku menyesal mengakui perasaanku kalau tahu membuatmu begini," tunduk Mark. Dia tidak melihat Renjun tersenyum hangat padanya.

"Kalau saja ada tombol tekan ulang di dunia ini..." Renjun bergumam membuat Mark mendongak melihat sisa senyum di wajah itu. "Aku akan bersikap seperti biasa lagi hyung. Kemarin-kemarin itu... aku shock saja karena pengakuanmu."

Mark senang mendengarnya. Sukurlah lelaki manis di depannya ini mau jujur padanya, setidaknya. Ia tidak akan membuat Renjun terganggu karena sikapnya saat lelaki itu sudah tahu perasaannya. Mark tidak akan menuntut kecuali Renjun tiba-tiba datang padanya sendiri.

____kkeut____

aneh ya? Aku juga ngerasa gitu :'(

180820

[bl] hrj.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang