Mark x Renjun
_
_
_
_
_
Bibirnya melengkung ke atas memberi senyum terbaiknya pada kamera ponsel yang ia pegang. Tangan lainnya menunjukkan dengan bangga medali yang ia peroleh dari salah satu acara musiman di Korea.
"Hasilnya bagus." Ucap seorang dari belakang punggungnya yang berhasil mengintip hasil jepretan kamera ponsel lelaki yang lebih tua itu. Sontak membuat yang memegang ponsel menoleh dan mengembangkan lengkungan senyumnya hingga jajaran putih giginya terlihat. Tersenyum lebar pada sosok yang sekarang mensejajarinya.
"Boleh ku posting?"
"Kenapa minta izinku?" Tanya yang lebih muda terheran. Untuk apa lelaki di sebelahnya ini meminta izin padanya untuk mengupload foto wajahnya ke internet.
"Barangkali fotoku yang satu ini terlalu indah dan hanya kau yang bisa memiliki."
Mendadak, sungguh kalimat barusan sama sekali tak terbayang oleh Renjun akan keluar dari mulut mantan ketua di grupnya ini. Hanya cibiran lewat senyum yang Renjun berikan sebagai tanggapan untuk ucapan Mark tadi.
Mark malah semakin melebarkan senyumnya dan menyenggol bahu kecil Renjun dengan bahunya.
"Hyung!" tegur Renjun.
"Maaf." Kilahnya cepat dan menutup mulutnya rapat.
"Kubilang hentikan." Renjun berubah serius. Ia tidak ingin masuk ke dalam obrolan serius dengan orang di dekatnya ini. Terlalu menyakitkan.
Lelaki yang lebih muda pun berjalan ke arah sofa yang ada di ruangan ini. Melempar tubuhnya kasar dengan kemudian memposisikan dirinya sesantai mungkin. Dirinya menyibukkan diri dengan mengambil ponsel lalu memainkannya, seakan hanya sendirian di ruangan ini.
Mark tidak hanya diam, ia membuntut untuk duduk di sebelah Renjun.
"Aku kelewatan?" Tanya lelaki yang lebih tua, merasa tidak enak.
Renjun menoleh. Ia tidak bisa menjaga ekspresi wajahnya untuk tetap tegas dan kesal pada sosok di sebelahnya. Lamat, ekspresi yang semula tegas pun melunak. Ia menghela napasnya kasar. "Bukan, aku saja terlalu sensitif. Maaf."
Mata Renjun menangkap gelagat tidak enak dari Mark. Yang lebih tua itu hanya diam memainkan jarinya. Renjun merasa tidak enak kepadanya. Malah dia yang merasa kalau dia keterlaluan perihal Mark yang sedikit menggodanya, tadi.
"Mungkin aku terlalu perasa. Maaf." Kali ini Renjun mengutarakan maafnya. Ia cukup sadar kalau ia terlalu membatasi diri dengan Mark dan selalu saja berpikir negatif tentang lelaki itu. Semua ini bermula sejak Mark mengungkapkan isi hatinya pada Renjun. Hubungan di antara mereka merenggang mulai saat itu. Renjun menjauh.
"Aku bilang anggap saja kau tidak pernah mengatakan itu dankita bersikap biasa saja tapi aku malah sebaliknya. Maaf,"
Mark menggeleng. "Jangan meminta maaf, bukan salahmu."
"Maaf membuatmu tidak nyaman."
"Bukan begitu."
"Tapi kenyataannya begitu." Mark tidak membiarkan Renjun meneruskan kalimatnya. "Tuhan menjanjikan surga. Kau tahu itu, tapi aku sendiri tidak bisa menolak diriku yang seperti ini. Aku menginginkan surga, tapi aku sadar akan diriku."
Renjun mengerti kemana arah pembicaraan mereka. "Aku mengerti. Hentikan."
"Kalau untuk ke surga aku harus mengubah diriku, aku tidak menginginkannya." Di akhir kalimatnya, Mark menertawakan dirinya sendiri. Dia terlalu bar-bar sekarang. Bahkan dulu dia membaca Injil dengan baik dan menginginkan masuk ke surga bertemu domba-domba gembala anak Bapak. Tapi sekarang? Mark seperti orang lain yang berbeda.
"Dimana akal sehatmu, hyung?"
"Tuhan Maha Pemberi Ampunan." Jawab Mark singkat.
"Sinting."
"I want you."
Renjun berdecak. Ia ingin kabur dari pembahasan ini.
###OWARI###
ini kutulis pada September tahun lalu, pokoknya ada foto MarkRen selca nunjukin medali gitu tapi aku cari fotonya gak nemu :(
okay sampai jumpa di tulisan berikutnya, kali...
dadah<3

KAMU SEDANG MEMBACA
[bl] hrj.
Short Storykumpulan one shot hrj x boy dari tiap lagu yang kudengar. enjoy! august, 2018.