16. Jet Lag

1.3K 80 5
                                    

Mark x Renjun

_

_

_

_

_

Baru tiga hari dan rasanya ia sudah amat tersiksa dengan rasa yang bernama rindu yang menggerogoti hatinya. Selesai menghabiskan sarapan bersama keluarganya ia segera naik ke kamarnya di lantai dua. Ibunya menyarankan ia untuk pergi keluar karena udara pagi masih segar pun ia tolak karena tidak mood berjalan-jalan, toh dia sudah melakukannya kemarin.

Ini liburan semester genap di kampus, ia memiliki banyak waktu luang sehingga ibunya meminta ia datang ke Vancouver karena nenek merindukannya. Sudah tiga hari ia meninggalkan Jakarta dan menyisakan tujuh hari sampai ia pulang kembali ke sana. Dan rasa rindu di hatinya sudah menguar hebat. Ia merindukan Renjun.

Ini pukul 9 pagi di Vancouver, perbedaan waktu dengan Jakarta itu 14 jam. Jakarta lebih cepat 14 jam, jika dihitung saat ini pukul 11 malam di Jakarta. Mungkin Renjun sudah tidur. Pesan terakhir yang dibalas oleh Renjun pada pukul 3 dini hari tadi yang artinya saat di Jakarta pukul 5 sore.

Mark menghela napas, sepertinya dia harus terjaga nanti malam supaya dapat bicara dengan Renjun via telpon.




_





Renjun terbangun lebih awal dari biasanya, bahkan sebelum matahari naik menerangi bumi subuh ini. Ia meraih ponselnya dan melihat waktu menunjukkan pukul 4 pagi. Dengan jarinya ia menghitung pukul berapa saat ini di Vancouver. Sudah empat hari, ia juga merindukan Mark. Bagaimana tidak? Mereka sudah jarang bertemu karena deadline tugas yang menumpuk di akhir semester kemudian diikuti UAS yang mengharuskan mereka fokus belajar sehingga jarang bertemu. Lalu, saat liburan tiba Mark diminta datang ke Vancouver karena neneknya merindukan cucunya yang tampan itu. Renjun tidak bisa melakukan apa-apa, pasrah dengan keadaan. Setelah 10 hari berlalu, ia memiliki banyak waktu dengan pacarnya itu. Tapi tetap, sekarang dia merindu.

Kalau di Jakarta pukul 4 pagi maka di Vancouver pukul 2 siang. Maka Renjun memutuskan untuk menelpon lelaki yang ia rindu itu tanpa membuka dulu pesan bertubi yang ia terima dari Mark.

Tak sampai deringan ketiga, telpon mereka tersambung.

"Ren, kangen!" Tanpa salam, suara di seberang sana menyapa Renjun. Lelaki dengan wajah beler bangun tidur itu tersenyum, masih manis, karena manisnya permanen.

"Pulang." Balas Renjun, bercanda.

"Seminggu lagi."Jawab Mark. Renjun membayangkan lelaki itu memanyunkan bibirnya sekarang.

"Iya. Ditahan dulu kangennya." Renjun bicara santai.

"Face time dong?" Pinta Mark. Renjun menggeleng.

"Nggak ah. Baru bangun."

"Jam berapa di situ?" tanya Mark penasaran, dia malas menghitung.

"4 subuh."

"Yaampun Ren." Terdengar suara Mark lirih. "Nanti tidur lagi abis telponan."

Renjun mengangguk,, meski dia tidak tahu akan melakukannya atau tidak. "Lagi ngapain Kak?"

"Tadi lagi mikirin kamu eh seneng banget ditelpon." Bisa Renjun bayangkan Mark menampilkan giginya tersenyum lebar.

"Susah banget sih ketemu jam yang pas." Gerutu Renjun.

"Niatnya nanti malam mau begadang buat telponan." Mark menyuarakan inisiatifnya tadi pagi karena ingin bicara banyak pada Renjun, melakukan face time meski saling diam dan hanya menatap layar ponsel yang menampilkan wajah Renjun di sana. Mark akan sangat senang.

"Gak usah. Ni kan udah telpon." Tolak Renjun.

"Pengen lihat muka kamu, sayang."

Renjun memanyunkan bibirnya. Ia juga mengingkan itu sih. "Nanti aku pap. Kamu juga, Kak!"

"Siap bos!"

"Gimana Vancouver?" tanya Renjun membuat bahasan lain.

"Still good. Better if you also here." Jawab Mark.

"Nanti kapan bawa aku ke sana, Kak."

"Jelas. Nenek pasti seneng ketemu kamu."

"Hah?"

"Kan aku cerita."

"Cerita apa?"

"Pacar cucunya cakep banget, baik, jago gambar, manisnya bukan main lagi."

"IH."

"Video call yuk? Pengen lihat muka kamu memerah."

"Ogah!"

Dan tak terasa matahari di kota Jakarta sudah menyapa dunia dengan sempurna.

"Kak, udahan ya? Mau siap-siap aktifitas."

"Hari ini mau ngapain, Ren?"

"Bantuin Mas Kun di kafenyalah, lumayan dikasih duit lebih." Renjun terkekeh di akhir kalimatnya.

"Ya semangat deh pacar Kak Mark."

Renjun menertawainya. "Ho-oh. Thanks Kak."

"Ren bentar." Renjun yang hendak menyentuh tanda merah mengahkiri panggilan di layar ponselnya pun berhenti.

"Iya?"

"Jangan skip sarapan."

Renjun tertawa sekali lagi. "Nggaklah. Nanti sarapan kok."

"Okay, I love you?"

"Kak?"

"Bales?"

"Cringe..."

"Nanti aku telpon lagi."

"Aku angkat kalo gak sibuk."

"Ehm!"

"I love you too! Aku matiin ya telponnya?"

"Iya Ren."

~ O W A R I ~

AOWKWKWKW AKU JUGA CRINGE SENDIRI NULISNYA HAHAHAHA MMF YA GUYS

HAPPY WEEKEND TEMEN-TEMEN! <3<3<3


[bl] hrj.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang