13. Mistletoe

1.8K 143 42
                                    

Mark x Renjun
_
_
_
_
_

Orang bilang malam Natal merupakan salah satu yang terindah di antara malam-malam yang lain. Banyak lampu warna-warni yang berkelap-kelip di sepanjang jalan. Pita yang terjurai jua di emperan toko. Dan jangan lupakan butiran lembut putih yang menambah suka cita sejuknya malam yang indah ini.

Seorang laki-laki keluar dari rumahnya. Rapi menggunakan kemeja putih serta bawahan bahan berwarna hitam. Tubuhnya dibalut mantel tebal yang siap menghangatkannya di bawah turunnya salju. Senyum cerah terpancar di rupawannya wajah lelaki yang membawa bungkusan berwarna hijau dengan pita merah yang mengikatnya.

Kaki yang terbalut sepatu pentofel mengkilat itu mulai melangkan menjauhi hangatnya kediaman dengan nama keluarga Lee di depan pintu yang berhias mistletoe bulat. Mark pergi untuk menemui kekasihnya.

Mistletoe

Berbanding terbalik dengan betapa rapinya seorang Mark Lee di malam Natal ini. Lelaki manis yang menjadi pusat atenis mata bulat Mark saat ini hanya memakai pakaian santai. Sweeter merah, meski di dalamnya ia memakai kemeja putih juga.

"Kau tidak kedinginan hanya dengan sweeter itu?" Mark menelisik Tubuh Renjun lalu kembali memandang wajah manis Renjun.

Lelaki yang ditanya tersebut tersenyum sembari menggeleng. "Bagaimana aku kedinginan kalau kau saja yang berbalut mantel ini menghimpitku."

Mark sadar, dia sama sekali tak memberikan ruang kosong di antara mereka. Dengan kata lain Mark duduk menempel dengan Renjun di bangku kafe ini.

Alunan musik khas Natal sudah menjadi BGM mereka sejak tadi. Cokelat panas di depan mereka pun sudah menghangat. Renjun juga sudah membuka bingkisan kotak yang dibawa kekasihnya. Isinya rajutan syal yang Mark akui adalah buatannya, terserah, apapun yang datangnya dari Mark, Renjun akan suka.

Sebelum malam Natal tahun ini, Renjun akan menghabiskan waktu dengan sepupu-sepupunya di rumah Nenek. Meminum cokelat hangat dan kue kering khas Natal yang dibuat Nenek serta Auntinya. Berbagi cerita menarik selama setahun perjalanan hidupnya pada Lucas dan Chenle. Tapi malam ini berbeda, ini malam Natal pertama yang ia lalui dengan Mark. Orang yang mengambil atensinya lebih jauh ketimbang kebisingan Chenle dan Lucas, dan yang lebih penting, Renjun sudah jatuh cinta pada lelaki yang tak mau mengenyahkan pandang dari wajahnya.

"Apa Lucas baik-baik saja kau tinggalkan?"

Renjun membenarkan posisi duduknya. Mark itu khawatir kalau keberadaannya mengubah kebiasaan yang menjadi tradisi keluarga Renjun. Mark takut itu mengganggu Renjun. Tapi Renjun tersenyum, "Hidup itu dinamis. Terus berputar dan berjalan. Tidak mungkin akan statis seperti itu terus. Aku memang suka menghabiskan waktu dengan mereka tiap malam Natal. Tapi kali ini berubah. Kau tahu, Nenek sudah meninggal beberapa bulan yang lalu. Aunti Wong menghabiskan Natalnya di Hongkong. Chenle pun di Beijing dengan keluarganya. Dan aku..."

Mark terbelak karena Renjun mengecup pipinya. Penghangat ruangan di kafe ini sepertinya bersuhu tinggi, tubuhnya jadi kian menghangat. "...bersamamu yang aku sayang."

Mark tersenyum lebar dan menatap Renjun.

"Kau tahu Jeno?"

Renjun mengangguk tegas. "Kami satu tempat les-lesan."

"I should be with him to open our christmas gifts at home. But I can't stop staring at your face, I always miss you for that I'm here."

Mata dengan mata itu bertemu. Malam ini sangat ramai. Semua orang sibuk menyambut hari penuh suka cita esok. Di kafe ini juga. Banyak orang-orang bercengkerama dengan teman maupun kolega. Berbincang berbagi cerita bahagia malam ini. Lalu, senyum terukir di wajah Mark pun Renjun.

"And for your information, my precious, I got so many gifts from my family but in front of my eyes is the biggest gift I ever got also for that I'm so grateful. Thanks God."

Kali ini Renjun tidak hanya tersenyum. Dia mulai cekikian karena Mark selalu saja mengatakan hal manis yang membuat kupu-kupu menggelitik perutnya sampai ia terkekeh.

Jari telunjuk Mark menyentuh bibir Renjun supaya Renjun berhenti terkekeh. Dan itu terjadi. Lalu Mark mengikis jarak yang memisahkan wajah mereka. Menyatukan gumpalan merah bibirnya dengan milik Renjun. Menyesapnya lembut. Mereka berbagi kehangatan dengan itu. Di bawah karangan bunga natal yang cantik di jendela kafe. Tidak mempedulikan sekitar, mereka insan yang dimabuk cinta.

Mistletoe

Dua pasang kaki dengan sepatu pantofel itu berhenti di depan sebuah gedung megah. Gedung yang di pelatarannya terdapat beberapa patung simbol agama. Tempat ibadah mereka.

"Kita masuk?" Mark bertanya gugup. Terlihat bagaimana jakunnya bergerak naik-turun.

Mark anak yang baik. Dia dididik sedemikian hingga ia menjadi pemeluk agama yang taat. Bahkan Mark menghapal beberapa surat di Kitab Sucinya. Dia tidak pernah absen ibadah setiap waktu. Ia taat kepada Tuhan, ia tahu apa yang baik dan apa yang tidak... sampai suatu hal membuatnya ragu atas keimanannya. Ia jatuh cinta pada orang yang berjenis kelamin sama dengannya. Dan Mark tahu dengan jelas tentang Markus:6; "Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan." Itu cukup menampar Mark, tapi dia tidak bisa menolak apa yang dirasa hatinya. Semakin menolak rasanya, semakin sakit pula hatinya merasa.

Mereka berdua melangkah masuk. Berjalan lurus hingga tiba di bangku paling depan. Mereka berpisah, Mark ke sisi kanan dan Renjun ke sisi kiri. Sebelum berpisah, mereka melontar senyum. Terbesit keraguan dipancaran bola mata kedua lelaki ini.

Duduk di bangku paling depan. Memejamkan mata dengan kedua tangan menyatu di depan dada. Keduanya mengucap syukur atas segala Berkat yang Tuhan beri selama satu tahun ini. Kebahagian, kesedihan, suka, duka, semua datangnya dari Yang Berkuasa. Makhluk hanya menerima dan berusaha membuat semua berjalan sesuai keinginan.

Mark bersyukur ia bertemu Renjun dan menyayangi lelaki itu. Berterima kasih karena perasaannya buka sepihak. Matanya terbuka sedikit, melirik ke kiri di mana sosok yang mengisi sebagian ruang di hatinya itu berada. Melakukan hal yang sama dengannya, berdoa menghadap Tuhan. Kepala menunduk dengan mata terpejam serta tangan menyatu di depan dada. Mark tersenyum. Lalu ia kembali memejamkan matanya.

"God. Let us echo forever. Because in the present I can't describe with words of I love him that much. I love only him."

"God. Let us echo forever. Because in the present I can't describe with words of I love him that much. I love only him."

Mark membuka matanya. Ia merasakan kalau pelupuk matanya menahan cairan bening yang siap menghujani pipinya. Tepat saat ia menoleh dan melihat pantulan cahaya di pipi Renjun yang ternyata basah, cairan bening di pelupuk matanya mengalir ke bawah. Ia tidak bohong saat mengaku pada Tuhan kalau ia mencinta Renjun, sedalam itu.

o w a r i

Hai~ gimana kabar teman-teman sekalian? Its been a month if Im not wrong hehehe. I hope you'll fine. Many things happened lately and my heart actually hard to take it. Like Hachan is sick T.T let pray for him for recovery asap, aamin

Guys, my heart so weak when found that Mark Lee sang Mistletoe! This song is my favorite christmas' vibe song. And he sang it! Im crying huhuhu

For that I made it. And also this story mentions sensitive thing, Im sorry. Terus juga, korelasi isi dan lagu nga nyambung but I dont really care hehehe

Have a great Saturday night~

[bl] hrj.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang