11 : Tatapan Kosong Anisya

3.8K 195 51
                                    

“Merine, sudah siap?”

“Meluncur kakak!” dengan begitu semangat gadis itu berlari kecil untuk menunjukkan diri di depan kakaknya.

“Cantik kan?” Merine memutar pelan tubuh semampainya. Tanpa menjawab, Mr. Kim hanya mengusap puncak kepala gadis itu sambil tersenyum.

“Mari kita pamit dengan Om.” Merine pun menganggukkan ucapan kakaknya.

“Om, kami ke kantor dulu.” Ujar Mr. Kim sambil memeluk Om Ihsan, begitu pun dengan Merine.

“Jaga Merine dengan baik, kalau ada waktu main ke tempat Om.” Ujar lelaki setengah baya itu kepada kedua ponakan kesayangannya.

“Tentu saja Om.”

“Om, Merine pergi dada...” Lambaian tangan gadis kecil itu membuat Om Ihsan terharu. Tak di sangka kedua ponakannya sudah tumbuh menjadi dewasa dan tentu saja mereka akan mempunyai kehidupan yang baru.
Lelaki setengah baya itu masih berdiri di depan rumah megahnya ketika Mr. Kim dan Merine sudah terlihat jauh. Merine, Kim... Papa dan Mama pasti bangga jika melihat kesuksesan yang kalian raih saat ini.

Ini adalah hari pertama Merine datang ke Leocy Office. Tentu saja hal ini akan menimbulkan tanda tanya karyawan-karyawan kantor terhadap gadis itu. Apalagi dia datang bersama seorang big boss. Ketika kakak beradik itu masuk melalui pintu utama kantor, semua karyawan-karyawan berdiri untuk memberi sambutan hangat seperti biasanya. Terdengar suara bisik-bisik dari mereka yang sedang menatap kedatangan Mr. Kim bersama Merine.  Namun, tidak ada yang berani menanyakan siapa sosok gadis yang bersamanya saat ini.

“Pagiii, Master.” Itu adalah kalimat yang sudah menjadi menu sarapan pagi bagi seorang big boss seperti Mr. Kim.

Lihat, Master bawa siapa?”

“Itu calon Master?”

“Manis, apa dia boss baru?”

“Master diam-diam akhirnya...”

“Ini sebentar lagi bakalan makan enak.”

“Pestanya pasti seminggu nanti.”

“Tapi, Pak Franhan calonnya belum kelihatan.”

“Master melangkahi Pak Franhan ini.”

“Ideal banget sih mereka.”

Begitulah yang mereka bicarakan secara bisik-bisik ketika Mr. Kim bersama Merine berjalan menelusuri koridor kantor. Lelaki dingin itu dapat mendengarkan suara desas-desus karyawan-karyawannya. Tetapi Ia tidak menghiraukan karena sebentar lagi juga mereka akan tau siapa gadis yang bersamanya saat ini.

“Master!” Terdengar panggilan seseorang ingin menghampiri kakak beradik itu.

“Ini Merine kah?”

“Keadaan Merine bagaimana?” Franhan ingin memulai modusnya kepada Merine, namun Merine masih menatapnya bingung.

“Ma—af, siapa?”

“Lupa sama aku?”

“Franhan!” Sergahan dari Mr. Kim mendapat respon cengar-cengir saja dari Franhan.

“Bagaimana kondisi?”

“Tenang, semuanya berjalan sesuai rencana. Anisya profesional sekali dan Tuan Dino sukses membantu menjalankan agenda ini.”

“Anisya di mana?”

“Masih di ruangan media.”

“Saya ingin melihatnya.”

Mr. Kim [Completed] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang