“Anisya?”
“Lo kenapa sih?”
“Sya?” Lala masih belum mendengar sepatah kata pun dari Anisya.
“Masalah di kantor?”
“Atau apa?”
“Jawab dong, Sya!” Lala diam beberapa saat dan mengamati wajah Anisya yang tampak seperti seseorang yang sedang patah hati.
“Ergan?” Ucapan Lala kali ini mendapat tatapan menghunus dari Anisya.
“Anisya? Lo baru aja sampai udah kayak gini bentuknya.” Anisya masih bertahan dengan tatapan tajam, sehingga Lala memutar bola matanya malas.
“Jadi kita kemana?”
“Lala, diem!” Mendengar ucapan Anisya, Lala sedikit tersentak kaget. Sebenarnya ada apa dengan dia? Tingkahnya benar-benar membuat Lala bingung.
“Fine, kayaknya Anisya sedang galau.”
“La, siapa yang nggak cemburu?”
“Apa?” Lala mengernyitkan dahi ketika Anisya mengatakan sesuatu yang asing, cemburu.
“Tunggu! Lo bilang cemburu?” Ujar Lala yang semakin bingung.
“Lo cemburu sama siapa?” Lala sedikit menyeringai, ternyata temannya yang aneh itu bisa cemburu juga. Tapi, entah cemburu dengan siapa. Menurut kalian?
“E—nggak.”
“Apanya yang enggak, Sya?”
“Lo salah denger.”
“Mau ngeles aja.”
“Kita pergi sekarang.” Anisya berusaha mengalihkan perhatian Lala yang sedang kepo. Bisa gawat kalau temannya itu mengorek informasi dan Anisya bisa-bisa kebablasan.
“Anisya cemburu, cieeee.” Lala menyenggol-nyengol bahu Anisya sambil memberikan senyuman recehnya.
“Nah, biar gue tebak. Anisya cuma punya Ergan doang, kalau bukan cemburu sama dia. Yaaa, berarti... Lo cemburu sama si cowok Ice itu kan?”
“Bukan.” Meskipun hampir ketahuan, tetapi Anisya masih berhasil menutupi rahasianya.
“Jadi?” Lala berpikir sejenak.
“Lala, udah diem!”
“Iya, gue diem. Tapi, gue akan cari tau.” Anisya diam saja mendengar ucapan temannya yang bawel itu.
30 menit kemudian..
Mereka sampai di sebuah tempat yang cukup asing bagi Lala. Sedangkan bagi Anisya, tempat itu cukup bersejarah.
“Taman?”
“Lo bawel banget.”
“Lah, gue kan nanya.”
“Berisik.”
Tak lama kemudian, terdengar langkah kaki menuju posisi Anisya berdiri. “Kenapa di sini?” Suara yang tidak asing lagi ditelinga Anisya. Ya, itu adalah suara bosnya.
Anisya membalikkan badan, “Lo?” Ujar gadis itu dengan wajah datarnya. Kali ini, wajah Anisya yang benar-benar tanpa ekspresi.
“Katanya ada urusan?” Anisya menanyakan hal itu, seperti sudah ada hubungan serius dengan Mr. Kim saja ya.
“Kenapa di sini?” Lelaki itu mengulangi pertanyaannya. Mereka beradu tatapan dan tidak menghiraukan keberadaan Lala di sana.
Me-reka? Lala hanya dapat mengamati kedua mahkluk aneh di hadapannya saat ini. Mereka sedekat ini? Segala macam pertanyaan terlintas di benak Lala. Tapi, Anisya kan sama Ergan? Apa, si Ergan udah di eliminasi? Pikir Lala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Kim [Completed] √
Romance"Anisya, dulu saya tidak sempat mengurusi perasaan aneh seperti ini. Tapi, kamu membuat saya jadi peduli dengan perasaan yang bahkan tidak saya inginkan untuk ada dalam diri saya." "Master, saya tidak pernah membuat kamu terperangkap dalam keadaan s...