17 : Masa Lalu & Kejujuran

3.5K 188 51
                                    

“Mengerti?” Lelaki itu menanyakannya sekali lagi.

Anisya menghela napas dan memutar bola matanya malas “Tapi saya di sini ngapain?”

“Temani saya.”

Beberapa saat kemudian, Mr. Kim bertanya kembali “Bagaimana perasaan kamu sekarang?”

Anisya hanya menatap lelaki itu dengan malas, entah mengapa tubuhnya kembali terasa lemah. Mungkin saja karena kondisi Anisya belum benar-benar pulih. Gadis itu tidak merasa bebas bergerak karena mata bos tampannya itu terus menyorotinya.

“Tidak takut dengan saya?” Ucapan Mr. Kim membuat Anisya tersentak dan menaikkan kedua alisnya. “Kita hanya berdua di sini.” Ujar lelaki itu.

“Enggak.” Anisya bersikap acuh tak acuh, dengan beraninya gadis itu menaikkan kedua kakinya untuk berselonjor di atas sofa tanpa izin kepada Mr. Kim terlebih dahulu.

Mr. Kim berusaha untuk santai dan mengabaikan sikap Anisya saat ini. Lelaki itu masih ingin bertanya sesuatu kepada Anisya. “Berapa lama hubungan kamu dengan Ergan?”

Mendengar pertanyaan sialan itu, Anisya spontan mengembalikan posisinya seperti semula tidak berselonjor lagi. “Coba ceritakan sedikit kisah kamu, saya ingin mendengarnya.” Permintaan apa lagi ini, tentu saja Anisya menjadi shock seketika karena pertanyaan-pertanyaan bosnya itu.

Tatapan Anisya berubah menjadi tajam, tubuhnya kaku, matanya sedikit memerah, kepalanya mulai pusing dan seolah-olah dia kembali mengalami peristiwa menyakitkan itu bersama Ergan. Tidak Anisya! Lo harus bisa kontrol emosi. Anisya merasakan sesak dan napasnya berubah menjadi sedikit lebih berat. Mr. Kim yang memperhatikan Anisya seperti tahu bagaimana perasaan gadis itu saat ini.

Dalam batinnya, lelaki itu mengutuk diri sendiri. Apakah dirinya salah karena sudah bertanya sejauh ini kepada Anisya, yang baru saja mengalami peristiwa menyakitkan. Apakah Mr. Kim terlalu cepat untuk ingin tahu lebih jauh tentang sekretarisnya itu?

“Anisya?” Mr. Kim tidak tahu ingin mengucapkan kalimat apa selanjutnya. Tetapi dia memanggil nama gadis itu, hanya untuk memecah keheningan saja. Untuk membuyarkan pikiran Anisya yang sudah merasuk ke dalam peristiwa masa lalunya itu. Di sisi lainnya, Anisya masih belum bergeming. Sorot matanya masih tetap tajam, gadis itu terhanyut dalam lamunannya tentang lelaki yang pernah membuatnya merasa sakit, Ergan.

“Anisya, saya juga pernah mengalami hal yang sangat menyakitkan.”

Lelaki itu menarik napasnya dalam-dalam “Itu sudah lama sekali, sampai saya lupa bagaimana kejadiannya.” Kemudian Mr. Kim berdiri dan berjalan mendekati jendela ruangan pribadinya itu. Mungkin, kali ini Mr. Kim yang termenung. Anisya dapat mendengar bosnya itu menghela napasnya beberapa kali, sebelum akhirnya lelaki itu melanjutkan ucapannya. “Saya pernah gagal menikah.” Mendengar hal itu, Anisya membulatkan matanya dan tampak shock lagi untuk kedua kalinya.

“Peristiwa itu, membuat saya tidak ingin lagi mendengar bahkan mengenal apa yang orang-orang sebut cinta itu.”

“Tapi kamu.” Mr. Kim menjedakan ucapannya.

“Saya kenapa?”

“Saya kenapa, Master?”

Lelaki itu menghela napasnya dengan cukup keras “Kamu sulit menyebutkan nama saya?”

“Saya kenapa, KIM?” Lelaki itu membalikkan badan, menatap Anisya kembali, kemudian dia berjalan mendekati Anisya. Mr. Kim, mendekatkan wajahnya dengan wajah Anisya. “Kamu menggelitik hati saya.”

“Maksud kamu apa?”

“Kamu hampir menggoyahkan iman saya, Anisya.”

“Maksud Master apa sih?”

Mr. Kim semakin menatap lekat bola mata Anisya, wajah mereka benar-benar dekat. “Apa yang harus saya lakukan agar kamu memanggil saya, KIM?”

Anisya mendengus kasar, “Iya, KIM.”

Kemudian Mr. Kim membenarkan posisi tubuhnya, dia memilih duduk di atas meja. Posisinya tepat di depan Anisya duduk, lelaki itu menyilangkan kembali kakinya dan menumpukan tangan kanannya di atas lutut. Matanya kembali menatap Anisya dengan tajam sebelum akhirnya dia mengucapkan sesuatu. “Saya suka kamu, Anisya.”

“Hah?”

“Saya-suka-kamu, Anisya.” Mr. Kim mengeja ucapannya satu-persatu untuk memperjelaskan lagi kepada Anisya.

Tentu saja Anisya tidak semudah itu mempercayai ucapan konyol Mr. Kim. Ada angin apa, tiba-tiba dia mengatakan suka kepada Anisya. Apakah definisi suka semudah itu?

Anisya bengong, gadis itu benar-benar bingung dengan bosnya. Sebenarnya lelaki itu sedang ingin mempermainkan perasaannya atau tidak. Itulah yang ada dalam pikiran Anisya sekarang.

Mata Anisya yang tadinya sudah normal, kini kembali memerah. Dalam dadanya terasa sesak sekali, perasaannya menjadi tidak karuan. Ingin menangis ada, ingin teriak juga ada, ingin melepas amarahnya, ingin melakukan apa saja untuk bisa menunjukkan emosinya itu. Tetapi Anisya tidak sanggup melakukan semua itu.

Lelaki tampan yang berada di hadapannya saat ini, berhasil membuat perasannya kacau. Anisya bukannya senang, tetapi gadis itu merasa hatinya seperti di cambuk.

Anisya ingin mengeluarkan kata-kata untuk membalas ucapan Mr. Kim. Tetapi dia seperti kehilangan tenaganya untuk sanggup berbicara. Matanya kini sudah berkaca-kaca dan benar, akhirnya Anisya meneteskan air matanya untuk pertama kali di depan Mr. Kim. Gadis itu bukan menangis karena terharu dengan ucapan bosnya yang mengatakan suka kepadanya. Melainkan, dia menangis karena kalimat itu tidak didengarnya pada waktu yang tepat.

“Saya tahu kamu akan menangis Anisya.” Lelaki itu beralih menjadi duduk disebelah Anisya. Ia ingin berusaha membuat gadis itu tenang.

“Anisya?” Ketika tangan itu ingin mengusap wajah Anisya. Dengan cepat gadis itu menepisnya.

“Jangan sentuh saya, Master.”

“Maaf.” Ujar lelaki itu dengan cukup lirih.

“Saya tidak bermaksud untuk membuat kamu menangis, Anisya.”

“Jadi ini tujuan kamu meminta saya untuk tetap di sini?” Anisya tidak bisa menahan emosinya. Dia tidak peduli lagi dengan sosok yang ada disampingnya saat ini. Yang ingin Anisya lakukan adalah melampiaskan amarahnya.

“Kamu cuma mau nanya tentang Ergan? Hah?”

“Maksud kamu apa, Kim?”

“Jangan mempermainkan perasaan saya.”

“Jangan karena kam-” Ucapan Anisya terhenti, gadis itu tidak bisa berkata apa-apa ketika bibir Mr. Kim mendarat tepat di bibirnya. Lelaki itu mengecup bibir Anisya dan tangannya memeluk pinggang ramping Anisya.

Anisya mencoba mendorong tubuh Mr. Kim. Tetapi lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya dan mengunci bibir Anisya dengan bibirnya. Sehingga gadis itu tidak bisa memberontak lagi.

Setelah Anisya terlihat tenang, Mr. Kim membebaskan bibir Anisya. Melonggarkan pelukannya dan menatap Anisya yang terlihat semakin menegang dan kaku.

“Maafkan saya, Anisya.” Lelaki itu memberikan senyuman tulusnya untuk Anisya, kemudian dia memeluk gadis itu sekali lagi.

“Maaf, jika ucapan saya tadi terkesan tidak serius. Saya hanya mengutarakan apa yang saya rasa saja. Bukan ingin membuat kamu menangis, Anisya.” Mr. Kim mengusap sisa-sisa air mata yang membasahi pipi Anisya.

“Nanti, kamu akan tahu kenapa saya seperti ini. Sekarang, kamu istirahat saja di kamar saya. Tenangkan diri kamu, saya menjaga kamu di sini.”

Kemudian, Anisya dituntun untuk masuk ke kamar Mr. Kim. Gadis itu hanya menuruti saja apa permintaan bosnya. Pikirannya untuk pulang tadi sudah hilang, sekarang dia benar-benar dilanda kebingungan dan terkurung dalam jebakan maut big bossnya itu.

Halo :)

Mr. Kim dan Anisya titip salam kepada teman-teman yang sudah mengikuti kelanjutan dari cerita ini.

Terimakasih ❤

To be continue

***

Mr. Kim [Completed] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang