“Master?” Anisya yang berjalan beriringan dengan lelaki itu menelengkan sedikit kepalanya.
“Anda sadar nggak?” Anisya benar-benar mengubah cara bicaranya setelah permintaan bosnya beberapa hari yang lalu. Seharusnya, Anisya tidak menunggu diberi arahan dulu. Melainkan, Ia harus tau jika kewajibannya adalah menggunakan bahasa yang santun kepada atasannya. Tetapi, namanya saja gadis yang bebal. Maunya mengucapkan apa kata hatinya sendiri saja. Untung saja big bossnya itu memiliki kesabaran yang cukup untuk menerima sikap Anisya di awal-awal menjadi karyawan.
“Tidak.” Lelaki itu menjawab singkat.
“Huft, sejak tadi kita diperhatikan.” Ujar Anisya sedikit mengeluh.
“Lalu?”
“Iya saya nggak nyaman.”
“Kamu itu sekretaris saya, Anisya.”
“Tapi kan kita nggak pernah jalan berdua seperti sekarang ini, Master.”
“Pernah.”
“Kapan?”
“Luar jam kantor, saya selalu menemui kamu.”
“Itu kan beda, Master.”
“Jadi kamu mau bagaimana?”
“Bagaimana apanya?”
Mr. Kim menghentikan langkahnya yang diikuti oleh Anisya. Lelaki itu sekarang mendengus kasar dan menatap Anisya. “Memberitahukan kepada seluruh karyawan jika kita sering bertemu diluar jam kerja?”
Anisya tidak dapat menjawab pertanyaan bosnya itu, karena percuma juga ingin berdebat. Lelaki itu pasti selalu punya cara untuk menyudutkan Anisya.
“Lupa ya?” Setelah hening beberapa saat, Mr. Kim menanyakan hal kecil itu.
“Lupa?”
“Iya, kamu lupa?”
“Lupa tentang apa?”
“Pertama kali saya meminta kamu ke ruangan saya. Pernah saya katakan, kamu akan selalu bersama saya, kapan pun. Terserah saya, Anisya.”
“Oh... Itu.”
“Masih ingat tidak?”
“Iya saya ingat.”
“Tapi saya mendengar desas-desus karyawan lainnya.”
“Apa yang mereka katakan?”
Anisya menarik napas dalam-dalam, “Yang saya ingat, salah satu dari mereka bilang...”
“Mereka bilang apa?”
“Huft, mereka bilang kalau saya calon Master.”
“Bukannya itu bagus?” Lelaki itu malah menyetujui apa yang diucapkan karyawan lainnya. Anisya tak tahu ingin mengatakan apa lagi.
Terkadang Mr. Kim mengucapkan kalimat sesukanya saja. Tidakkah dia menyadari jika ucapannya itu bisa membuat lawan bicaranya tidak berkutik, terutama perempuan.
“Tunggu sebentar.” Kemudian Mr. Kim mengeluarkan beberapa dokumen dari tempat penyimpanan berkas.
“Ikut saya.”
“Berkasnya itu saja?” Ucap Anisya yang fokus melihat berkas ditangan Mr. Kim, dahinya sedikit berkerut.
“Ikut saya.” Anisya mengikuti ke mana bosnya itu melangkahkan kaki. Mereka berhenti di salah satu ruangan yang memiliki label nama Merine.
“Merine?”
“Iya, dia bergabung dengan saya.” Lelaki itu menjedakan ucapannya sebentar. “Nanti, dia akan memegang penuh perusahaan ini setelah saya.” Anisya mencermati ucapan Mr. Kim, gadis itu memberi beberapa kali anggukan sebagai penghormatannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/136497537-288-k857358.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Kim [Completed] √
Romance"Anisya, dulu saya tidak sempat mengurusi perasaan aneh seperti ini. Tapi, kamu membuat saya jadi peduli dengan perasaan yang bahkan tidak saya inginkan untuk ada dalam diri saya." "Master, saya tidak pernah membuat kamu terperangkap dalam keadaan s...