23 : Peresmian

3.9K 165 5
                                    

"Tujuan kamu ke sini untuk apa anak muda?"

"Bapak, saya menghadap bapak sekarang untuk meminta izin. Saya memiliki niat baik, saya ingin melamar anak bapak, Mandasari."

"Lamar?"

"Iya, saya ingin melamar Mandasari."

Lelaki paruh baya itu pun memikirkan niat anak muda yang berhadapan dengannya secara matang. Sebelum akhirnya memberi keputusan.

"Tapi kamu punya jaminan apa untuk anak saya?"

"Bapak, untuk saat ini saya sedang dalam proses memulai karir dari bawah. InsyaAllah... Mandasari akan saya beri tanggung jawab penuh sebagaimana layaknya seorang suami kepada istrinya. Saya benar-benar mencintai anak bapak."

"Tidak semudah itu anak muda. Mandasari harus memiliki kehidupan yang jelas. Sementara kamu baru saja merintis karir, belum bisa menjanjikan hal apapun kepada anak saya." Sahut seorang wanita paruh baya dengan nada menolaknya atas perkataan anak muda itu.

"Maaf, kamu bisa dengar sendiri dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Mandasari? Memang, kami ingin seorang pria yang sudah jelas pekerjaan serta masa depannya. Jadi, berhentilah untuk menjadi milik anak kami."

"Pulanglah sekarang anak muda, bekerjalah dengan giat. Lupakan Mandasari, jangan kamu temui dia setelah ini."

Lihatlah... Lelaki lugu dengan segala kejujuran dan kegigihannya, pada saat itu juga diberi penolakan yang menurutnya ini tidak adil. Penolakan atas dasar bukan seseorang yang mapan, yang memiliki pekerjaan besar atau bos sebuah perusahaan.

Dia, berjalan perlahan menuju mobil sederhana miliknya. Perlahan pun lelaki itu  melajukan mobilnya tanpa tahu arah. Yang ingin dia lakukan adalah terus berjalan hingga titik lelahnya benar-benar datang.

Bahkan sekarang, saya tidak pernah mendengar kabar tentang wanita itu lagi. Mengapa rasa sakit ini masih begitu kuat? Lalu untuk apa gadis yang sedang dalam pangkuan saya ini? Dia, dia adalah pengganti segalanya bagi saya. Hanya saja, dia belum mengetahui isi hati saya yang sesungguhnya. Bertahun-tahun saya menunggu untuk bertemu dengan gadis ini, akhirnya Tuhan memberi jalan dengan sangat mudah. Batin Mr. Kim selama perjalanan berlangsung.

Lelaki itu heran, mengapa bayangan tentang masa lalunya itu tiba-tiba hadir dalam benaknya. Apakah dia memiliki niat yang sama kepada Anisya atau masih traumatik jika nanti akan terjadi hal yang sama seperti masa lalunya lagi?

***

"Mari, kita sudah sampai." Perkataan Franhan membuat Mr. Kim lepas dari lamunan masa lalunya yang kelam.

"Anisya?"

"Ayo kita sudah sampai."

Sebuah gedung mewah yang dijadikan sebagai tempat peresmian usaha tersebut sudah dipenuhi oleh pengunjung dari berbagai perusahaan yang bekerja sama untuk ikut andil.

Tepatnya disudut gedung, seorang gadis sedang berdiri dan gelisah. "Merine?" Lelaki itu pun bergegas untuk menemui adiknya. "Merine?"

"Kakak?" Merine dengan bahagianya memeluk kakak kesayangannya itu. Matanya berkaca-kaca, "Kakak baik-baik aja kan?" Ujarnya sambil memegang erat bahu Mr. Kim. Lelaki itu tersenyum melihat sikap adiknya. Lalu mencubit pipinya, "Jangan khawatir, kakak baik-baik saja."

"Merine, kita harus siap-siap untuk peresmian ini."

"Master? Semuanya sudah datang, apa kita mulai saja acaranya?"

"Lanjutkan, saya akan ke depan."

Beberapa saat kemudian...

Setelah menggunting pita sebagai tanda pembukaan, disertai dengan diterbangkannya ratusan balon dan juga letusan kembang api. Lelaki dengan penuh kehormatan itu telah menyatakan resmi membuka usaha cabang Leocy Office di kota.

Tepuk tangan yang meriah serta ucapan selamat begitu banyak diterima oleh Mr. Kim beserta staf-staf kantornya.

"Akhirnya, Master resmi untuk buka cabang ini." Ujar salah satu karyawannya.

"Iya semoga semakin sukses perusahaan kita."

"Master, hidangan telah disediakan."

"Anisya kemana?"

"Tadi saya melihat Ibu Anisya ke arah kamar mandi, Master."

"Terimakasih..." Lelaki itu bergegas untuk menemui Anisya.

"Master? Tapi anda harus menyantap hidangannya dulu."

"Jangan khawatir, dia mau menyantap hidangannya itu dengan calon istrinya." Ujar Franhan kepada karyawan tersebut.

"Mak-sud bapak? Ibu Anisya?" Franhan menganggukkan ucapannya. "Ibu Anisya calon is-tri?"

"Lihat saja nanti." Franhan terkekeh dan meninggalkan karyawan yang masih kebingungan itu.

***

"Anisya???"

"Master?"

"Kamu kemana saja?"

"Tapi bukannya acara kita sudah selesai?"

"Ikut saya sekarang."

"Tapi kita mau kemana?"

"Ikut saja, Anisya."

"Lepaskan tangan saya, Master."

"Jangan banyak bicara, Anisya." Lelaki itu membawa Anisya naik ke sebuah panggung yang posisinya berada ditengah gedung peresmian tersebut.

"Mau apa kesini? Lepasin saya.."

"Perhatian semuanya..." ketika Mr. Kim mengatakan kalimat itu. Entah kenapa darah Anisya berdesir dengan hebatnya. Dirinya merasakan hal yang tidak biasa, tubuhnya bergetar dan mengeluarkan keringat dingin.

"Saya ingin memberi kabar gembira." Anisya hanya dapat melotot dan menelan salivanya dengan susah payah. "Lepasin saya, berhenti bicara Master."

Lelaki itu mengabaikan perkataan Anisya dan meneruskan niatnya. "Wanita yang berdiri disamping saya sekarang." Semua mata ditempat itu tertuju pada Anisya, sehingga hal ini membuat Anisya menjadi semakin gerogi. "Dia, adalah calon istri saya."

Anisya kaget bukan kepalang mendengar hal yang baru saja dikatakan oleh bos besarnya itu. Sementara tepuk tangan yang sangat meriah dan ucapan selamat terdengar begitu heboh.

"Terimakasih..." Itu kalimat penutup dari Mr. Kim sebelum membawa Anisya turun dari panggung. Lelaki itu menggenggam tangan Anisya dengan sangat erat.

Ketika pasangan yang baru saja menggemparkan alam semesta ini turun dari panggung. Mereka langsung menerima uluran salam dari semua staf-staf kantor. Anisya hanya dapat tersenyum untuk menyembunyikan shocknya terhadap peristiwa yang baru saja ia alami.

To be continue

***

Mr. Kim [Completed] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang