13 : Permintaan

3.6K 191 76
                                    

Anisya berdiri di depan rumahnya, gadis itu menunggu kedatangan Ergan. “Lama banget.” Ujar Anisya sambil melihat arloji di tangan kanannya.

Akhirnya sebuah mobil berwarna abu-abu menghampiri Anisya. Lelaki dengan jas dongker itu keluar dan menyapa Anisya.

“Maaf telat, aku ada urusan tadi.”

“Mau bahas apa?”

“Sya, kita berangkat dulu.”

“Lalu?”

“Kita akan ngobrol di sana.”

“Penting?” Ujar Anisya ketus.

“Jangan gitu dong, Sya. Please! Minta waktu kamu setengah jam aja.”

“Lebih sebentar dari itu bisa?”

Ergan hanya dapat menatap Anisya. Lelaki itu membatin perih, sebegitu bencikah gadis itu pada dirinya? Bahkan untuk menatap mata Ergan saja, Anisya enggan sekali.

“Iya, Sya.” Kemudian Ergan memberanikan diri untuk meraih tangan Anisya. Ia menuntun gadis itu masuk ke dalam mobil.

Begitu sampai di sebuah cafe, Ergan tidak langsung memulai pembicaraan. Lelaki itu mengamati wajah cantik Anisya yang tidak berminat untuk menatapnya balik. Ergan sebenarnya sangat merindukan Anisya, hanya saja Ia tak berani mengutarakannya lagi seperti dulu.

“Mau bahas apa?” Ini entah ke berapa kalinya Anisya bertanya.

“Ma-af.” Hanya kalimat itu yang terucap oleh Ergan. Anisya hening dan tak ingin berkata apa pun itu.

“Maaf, aku nggak berniat khianati kamu.” Ergan melanjutkan ucapannya.

“Ini cuma salah paham.”

“Kasih waktu aku buat jelasin semuanya, Anisya?”

“Meskipun aku tau, kalau sekarang udah terlambat banget buat aku ngomong. Tapi, setidaknya dengarin aku Sya.”

“Lama banget aku cari kamu ke mana-mana, sampai akhirnya aku nemu Lala di pinggir jalan, di kota ini. Lala mencoba kabur dan aku kejar dia cuma buat nanyain kamu Sya.”

“Jadi, aku mohon dengarin dulu.”

Anisya pun menatap tajam mata Ergan, hatinya terasa sakit sekali ketika melihat lelaki di hadapannya saat ini. Dengan berat hati Ia terpaksa mengatakan “Baik.”

“Perempuan waktu itu namanya, Liedya.” Deg, Anisya kaget sekali mendengar nama Liedya. Apakah yang di maksud Ergan adalah Liedya teman SMA nya dulu atau hanya kesamaan nama saja.

“Liedya, awalnya dia cuma minta bantu untuk bisnis desaigner. Jadi, aku temani dia ke mana-mana karena-”

“Suka?” Anisya menyela ucapan Ergan. Sehingga lelaki itu hanya dapat melotot dengan mulut sedikit menganga.

“Kamu nyaman sama Liedya?” Pertanyaan Anisya membuat Ergan bingung ingin berkata apa.

“Lalu, kamu lupa berapa lama aku nunggu? Lupa?” Gadis itu sedikit membentak Ergan.

“Begitu aku dapat gelar S1, hari yang seharusnya bahagia dan bersejarah. Jadi hancur karena kamu, Ergan!” Anisya benar-benar sakit hati, matanya mulai berkaca-kaca. Tapi, gadis itu tetap berusaha menahan agar air matanya tidak jatuh di hadapan Ergan. Bodoh sekali rasanya jika Anisya harus menangisi lelaki seperti Ergan.

“Tapi, aku datang untuk kamu.”

“Iya, kamu memang datang.”

“Tapi kamu datang sama Liedya, mesra. Itu yang kamu bilang kejutan buat aku?” Anisya mulai gemetaran, sakit yang Ia rasakan waktu itu kembali terasa sangat lekat sekarang.

Mr. Kim [Completed] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang