20 : Lengah

3.1K 155 14
                                    

"Bagaimana Anisya?"

"Lengkap." Anisya bergumam pelan, sorot matanya masih tidak menentu. Ada perasaan tidak enak dalam hatinya.

"Pastikan semua barang-barang dan dokumen yang akan kamu bawa sudah di kemas, saya tidak ingin kita berputar balik nantinya."

"Iya, saya akan cek lagi."

Kemudian lelaki itu membuka ponselnya yang baru saja berdering. "Halo?"

"Master, semuanya sudah beres."

"Merine bagaimana?"

"Ibu Merine sudah di tempat."

"Mungkin saya sedikit lama, sepertinya akan menyusul saja. Bagaimana kalau kalian berangkat dulu?"

"Saya akan kirimkan team untuk mengawal Master."

"Tidak perlu, saya baik-baik saja. Jangan menunda waktu, berangkat. Titip Merine, adik saya."

"Tapi bagaimanapun Master harus bersama pengawal. Perjalanan kita sangat jauh."

"Jangan membantah saya. Laksanakan.."

"Baik Master." Sambungan telepon mereka terputus.

"Kenapa nggak sekalian?" Tanya Anisya yang sibuk mengecek barang-barangnya.

"Takut?" Ucapan Mr. Kim kali ini membuat Anisya menghentikan aktivitasnya sejenak. "Enggak, saya hanya bertanya." Lagi, Anisya bergumam pelan.

"Mari kita gerak sekarang."

***

Mereka sudah dalam perjalananan menuju ke kota. Mobil mewah dengan warna abu-abu elegan itu dipandu oleh Mr. Kim sendiri. Lelaki itu memang cukup egois, bahkan beberapa tahun lalu ketika perusahaannya jatuh ke tangan orang lain. Itu karena kelengahannya sendiri.

Mereka belum menyadari, saat ini ada seseorang yang menguntit mereka. Tidak tahu itu siapa, tetapi dari percakapannya di telepon kemarin memberi gambaran bahwa dia memiliki niat buruk.

"Posisi di mana?"

"Anda santai saja, saya tidak akan kehilangan jejak mereka."

"Tapi, ingat satu hal yang kamu janjikan. Anisya harus sampai dalam keadaan baik dan tidak terluka sedikit pun. Saya tidak mau berurusan dengan polisi. Cukup kita kacaukan program usahanya saja."

"Sesuai perkataan, saya tidak akan ingkar jika anda juga menepatinya."

"Ck! Licik sekali kamu."

"Konsekuensinya kita tanggung bersama." Lelaki misterius itu pun terkekeh dan memutuskan sambungan telepon mereka.

"Anda pikir saya bodoh?" gumamnya pelan.

***

"Anisya, saya mengantuk."

"Jadi bagaimana?"

"Kita singgah ke Masjid sebentar, saya ingin cuci muka." gadis itu pun menyetujui rencana Mr. Kim.

Setelah sampai di sebuah bangunan Masjid yang megah. Mr. Kim meninggalkan Anisya sendirian di dalam mobil. Tetapi, karena bosnya itu cukup lama sehingga membuat Anisya merasa bosan. Ia pun berniat untuk melihat pemadangan sekitar Masjid yang megah itu.

Mr. Kim [Completed] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang