Mengapa?

4.8K 256 0
                                    

      Aku mengerjapkan mata beberapa kali, orang yang pertama ku lihat adalah bi Inem. "Alhamdulillah neng sudah sadar," ku lihat wajah bi Inem yang sembab.

     "Salsa... dia...dia dimana?" aku menggoyah-goyahkan tubuh bi Inem.

      "Dia ada di ruang tengah."

       Aku langsung berlari ke arah ruang tamu, di sana ku lihat tubuh Salsa yang sudah terbungkus kain kafan. Sunggu engkau begitu tega mengambil adik ku.

      "Nadh?" ku lihat ibu yang memanggil, di pipinya terdapat air mata. Aku berjalan menuju abah.

     "Nadh, kamu harus sabar ya!" lirih abah saat aku jatuh di pelukannya.

     "Bagaimana abah bisa bilang aku harus sabar? Sedangkan hati abah belum tentu tegar menerima ini? Kenapa aku harus sabar menerima kepahitan mengenai adik ku abah?" kata ku setengah berbisik.

       "Karna ini adalah rencana Allah, bukankah Nadhira tau jodo, pati, bagja, cilaka, maot eta gusti nu ngatur?" memang benar kata abah, tapi aku belum siap ya Rabb.

      "Assalamualaikum."

       Ku lihat Kevin, Reza, wanita seumuran ibu, laki-laki seumuran abah, dan wanita memakai kursi roda seumuran nenek ku.

       "Waalaikumsalam," jawab orang-orang yang ada di ruang tamu.

       Aku melepaskan pelukan ku kepada abah. Dan abah menyalami tamu yang baru saja datang. "Kakak cantik, jangan nangis ya," Reza menghampiri ku lalu memeluk.

        "Iya Reza, kakak gak nangis" aku mengelus punggung anak yang memeluk ku.

       "Kak, aku tau mungkin ini berat, tapi kakak harus lewatin ini semua."

       Aku mengangguk, ya Rabb betapa sakitnya hati ini. Melihat adik ku terbaring tak bernyawa, kakak mana yang tega melihat adiknya terbungkus kain putih? kakak mana yang bahagia adiknya akan di kubur oleh tanah?

        Sesunguhnya para kakak sangat menyayangi adiknya, walaupun kita memiliki iri kepada adik karna ia mendapat perhatian yang lebih, tapi apa kamu pernah berpikir bagaimana dulu kamu di perlakukan waktu kecil? Kamu gak tau gimana dulu di perlakukan ibu dan ayah mu, mungkin saja perhatian dulu ke kamu sangat besar dari pada perhatian sekarang kepada adik mu.

         "Kak Rovin mana?" aku bertanya pada Reza.

       "Tadi, kak Rovin yang memberitahukan kami ada kabar duka di rumah kakak cantik, dan kakak pergi ke rumah sakit, soalnya ada pasien yang kritis dan harus langsung di oprasi." Jelas anak itu.

         Reza berpindah kepangkuan Kevin, entah kenapa guru itu ada di sini. Aku langsung membacakan surah yasin untuk adik ku.

         "Kamu tidur gih nak" ibu menghampiri ku.

       "Gak bu," jawab ku. Mata ku terpaku dan terus terpaku pada Salsa.

       "Yaudah kamu ganti baju gih."

       Aku nurut saja, aku ke kamar dengan menaiki anak tangga yang terasa amat panjang. Begitu masuk aku segera mengganti pakaian dan shalat isya, aku baru sadar ini sudah pukul dua puluh satu malam.

       "Ya Rabb kau begitu teganya memisahkan aku dan adik ku dengan begitu jauhnya, ya... hiks... Allah kenapa harus Salsa? Kenapa harus dia yang dulu pergi? Ke... hiks kenapa kami harus di pisahkan?."

        Selesai menenangkan hati ku, aku membuka buku catatan, sebelum aku kembali ke bawah.

Salsa...
Sa kenapa kamu harus pergi?
Apa kamu tak sayang kakak lagi?
Apa kamu tak ingin kakak melihat senyummu lagi?

Nadhira [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang