Kecelakaan

5.2K 257 13
                                    

          "Calon imam?" tanya Nadhira, ia butuh penjelasan. Hening, tak ada yang menjawab. Amanda ataupun Kevin. Mereka seakan beku. "Amanda, apa maksud kamu?" tanya Nadhira lagi.

            "Iya, Kevin adalah calon imamnya Nadhira." Jawab Amanda, dia bisa melihat garis heran dari wajah Nadhira.

           "Aku makin gak paham," kata Nadhira.

          "Jangan di pahami, rumit," Amanda tersenyum. "Yaudah, aku sama temenku duluan ya," pamit wanita itu, sambil berjalan ke restoran.

          "Iya," kata Nagira, lain dengan Kevin yang tak berkata, ia hanya melihat Nadhira lembut. Lalu mengiringinya ke parkiran.

          Amanda? batin Kevin.

          "Pak, kamu punya hubungan sama Amanda?" tanya Nadhira.

          "Tuan putri siap untuk jalan-jalan?" tanya Kevin.

          "Iya siap," jawab Nadhira. Kevin membawa perempuan itu ke sebuah pantai. Pantai dimana dulu pernah di kunjunginya bersama keluarga.

           "Waaaaah…" kagum Nadhira.

            "Indahkan?" tanya Kevin.

           "Iya, aku udah lama gak ke pantai, entah kapan terakhir aku ke kesini," jujurnya.

           "Hm." Kevin membawa Nadhira mendekati air laut. Mereka sudah tidak memakai sepatu. Air laut membasahi kaki mereka. Dingin, namun menyejukan. Nadhira sangat senang, bukan karna pantainya. Tapi karna dengan siapa dia di sini, memandang laut yang begitu indah.

           "Tuan putri?" panggil Kevin.

           "Hm?"

            "Apa kamu benar-benar mencintaiku? Karna aku benar-benar mencintaimu."

            "Alhamdulillah."

            "Tuan putri, apa kau akan menerimaku. Dengan tulus?"

           "Bismillah, semua karna Allah."

           "Aamiin." Mereka, dua insan yang mungkin saja memiliki rasa yang sama. Tak ada yang tahu isi hati manusia, sejatinya hanya Allahlah yang tahu. Di pantai Nadhira sangat senang sekali main air, minum air kelapa. Dan sedikit berjalan-jalan.

            "Tuan putri, ini sudah mau maghrib kita pulang yuk?" ajak Kevin.

            "Ayo," Nadhira bangkit dari duduk. Mereka berjalan ke arah parkiran, lalu kami pulang.

           "Tuan putri seneng gak?" tanya Kevin.

           "Alhamdulillah," jawab Nadhira tanpa berpaling dari jalan. Nadhira sangat bersukur atas hari ini. Walaupun wanita itu sedikit heran dengan perkataan Amanda.

          Tiiiiiiiiin

           Nadhira melirik ke samping kemudi, ada truk yang sepertinya remnya blong.

          "Astagfirulah, Allahu akbar!"

***

Rovin POV

          Aku duduk meratapi Rafli yang di rawat di rumah sakit. Dia terus menerus menangis, hingga demam menyerangnya. Aku tak sanggup bila harus melihat Rafli seperti ini. Aku sangat kejam. Aku gagal menjadi ayah. Aku tak kuat. Aku tak sanggup.

          "Pak Rovin?" panggil seorang perawat.

          "Ya?"

          "Adik bapak mengalami kecelakaan, bersama seorang perempuan."

          "Apa? Adikku?" aku segera lari ke UGD. Melihat keadaan adikku. Kevin sedang di tangani dokter, aku melihat Nadhira di sana lukanya tak cukup parah.

            "Nak?" panggil ibunya Nadhira. Aku menengok lalu salam kepadanya.

           "Bagaiman keadaan nadhira?" tanya ibunya Nadhira.

          "Saya juga belum tahu bu," jawabku.

          "Hiks... anakku," ibunya Nadhira menangis, dia lunglai aku mendekapnya.

           "Ibu yang sabarya," kataku menenangkan.

           "Dia anakku hiks... satu satunya... hiks... ak... hiks aku tak sangup jika harus kehilangan anakku," ujarnya sedih. Aku bisa merasakan, karna sekarang akupun sudah mempunyai Rafli. Ibunya Nadhira pasti masih trauma dengan kematiannya Salsa.

          Ya Rabb, selamatkanlah adikku Kevin, dan Nadhira. Aku mendudukan ibunya Nadhira. Tak beberapa lama, keluarlah Dokter Army, temanku.

          "Bagaimana Dok?" tanyaku.

          "Untuk pasien Kevin, dia mengalami pendarahan di otaknya. Dia keritis. Untuk pasien Nadhira, dia tidak mengalami luka yang serius, tapi belum sadarkan diri. Yang sabar ya Dok," katanya sambil menepuk-nepuk lenganku.

         Kevin kamu kuat.

         "Terimakasih Dok," kataku.

         "Sama-sama. Kalau begitu saya pamit, permisi."

          Ibunya Nadhira masuk ke ruangan Nadhira. Sedangkan aku masuk ke ruangan adikku.

         "Kevin?" panggilku.

          "Jangan bercanda kamu?" kataku. Aku duduk dan memegang tangannya, "Kevin, kamu harus kuat. Kamu harus bahagikan Nadhira. Kamu harus cintai dia."

          Nadhira, maafkan saya.

         "Kevin, dulu sewaktu aku pergi bersama Elvina. Saya menitipkan dia ke kamu. Karna dia pernah menjadi seseorang yang berharga bagiku."

          "Kevin, bangunlah," pintaku.

          Ya Rabb sembuhkanlah adikku.

💎💎💎

Maaf pendek😢

Jangan lupa vote and comen, buat semangat author☺️

Maaf ya jarang updet, soalnya lagi pokus buat UAS, do'ain ya.

Insya allah kalau lagi libur nanti sering updet.

Makasih, jangan lupa vote.

Jangan lupa baca karya baruku

Nadhira [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang