Lahirnya bayi

6.5K 229 1
                                    

Nadhira

          Aku keluar dari kamar mandi, akan melaksanakan shalat istiqoroh.

       "Ya rabb, hadirkanlah dia, jodohku. Pertemukan kami di atas ridhomu, satukanlah kami atas izinmu, aamiin" do'aku selepas shalat istiqoroh.

        Aku bangkit, mengaji dan berwirid, setelah itu aku mengambil chatatanku.

Oh Allah...
Aku sangat bersukur atas apa yang kau berikan kepadaku.

Oh Allah...
Mungkin aku tlah membuka hati untuk orang lain, aku sudah menerima orang lain masuk kedalam kehidupanku.
Walaupun aku tidak yakin, aku bisa mencintai masa depanku, sebesar aku mencintai masalaluku.
Karna aku pernah jatuh cinta sejatuh-jatuhnya, kemudian aku di paksa pergi jauh sejauh-jauhnya.

Oh Allah...
Tak yakin ku bisa melupakan Rovin seutuhnya, dan memberikan rasa pada orang yang baru hadir di hidupku. Karna perasaan itu hadir pertama kalinya, dan menurutku tak mungkin terhapus begitu saja.

        Aku menutup catatanku, menyimpannya di nakas. Dan berbaring, memejamkan mata.

        "Allahu akbar... allahu akbar..."

        "Nadh, bangun udah subuh, ayo shalat."

            Terasa ada tangan yang menyentuh pipiku, saat aku membuka mata ada sosok laki-laki yang sedang duduk membelakangiku.

         "Kamu si-" ucapanku terpotong olehnya.

        "Nadh, wudhu gih, bentar lagi waktu subuh habis."

        Lidahku rasanya kelu, aku tak bisa berkata apapu selain mengangguk dan pergi ke kamar mandi. Setelah wudhu, aku keluar laki-laki itu masih membelakangiku. Aku mengenakan mukena. Dia dan aku melaksanakan shalat subuh berjama'ah. Dia sebagai imam, dan aku sebagai ma'mum.

        "Assalamualaikum warahmatullah..."

         Rasanya kepalaku pusing, aku terus memandangin punggung laki-laki itu.

         "Mas?" panggilku. "Kenapa aku memanggilnya dengan sebutan mas?" tanyaku dalam hati.

         "Ya?" laki-laki itu menengok ke arahku.

         Deg!

       Astagfirullah Rovin, aku mengucek mata beberapa kali, kenapa dia ada di kamarku?

      "Nadh, Nadh bangun!"

         Aku membuka mata, oh ibu. "Mimpi," lirihku.

        "Nadh, bangun shalat subuh," ibu menyibakan selimutku.

       "Iya bu," aku bangkit, dan pergi ke kamar mandi.

      Mimpi apa aku tadi? batinku. Aku keluar dari kamar mandi, dengan jantung belum beraturan. "Nadh, ayo kita shalat berjama'ah?" ajak ibu, wanita cantik itu menuntunku keluar dari kamar.

***

       "Nadhiraaaa?"

         Aku menoleh, Laras. Sekarang aku lagi di ruang keluarga mengerjakan tugas. "Ih gak usah teriak-teriak."

       "Hehe iya iya maaf," dia duduk di sampingku.

         "Nadh, anter aku yuk?" ajak Laras.

         "Kemana?"

         "Ke toko buku, ke mall, ke restoran," ujarnya.

          "Harusnya, pengantin itu ada di rumah," aku menoyor kepala Laras.

Nadhira [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang