• Kebohongan•

11.9K 1.1K 40
                                    

Vote dan Komen yah,
biar aku semangat nulisnya😊

"Tidakkah dia menyadari bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?"
(Q.S Al-Alaq: 14)

Kenara menghentikan langkah begitu beberapa meter lagi  tiba di tempat Majelis. Ia memutar matanya, menyapu pandangan di depan lalu beralih menatap pakaiannya.

Dengusan kecil keluar dari bibir Kenara. Benar kata Alena, semua yang di sini tidak adamemakai baju sepertinya.  Lebih banyak memakai gamis dan jilab lebar. Berbeda seratus persen sekali dengannya.

"Masuk atau enggak?" Kenara bertanya kepada dirinya sendiri.

Suatu bisikan yang entah datang dari mana, membuat ia tiba-tiba terdorong untuk masuk, namun baru sedetik kemudian bisikan lain membujuknya untuk tidak masuk karena alasan yang kalau dipikir beribu kali memang benar menurut seorang Kenara.

Kenara mengangguk-anggukan kepalanya.

Benar juga, kalau Ra masuk yang ada nanti malu. Secara baju Ra beda sendiri dan sangat jauh dari kata lebar atau panjang. Kedua, dari dulu Ra paling nggak suka yang namanya pergi ke sebuah Majelis atau pengajian. Pasti membosankan dan ngantuk.

"Ra?" panggil Alena menyadari Kenara yang jauh tertinggal dibelakangnya. Alena kembali mundur menghampiri Kenara.

Kenara memutar otaknya untuk mencari alasan yang tepat untuk pergi dari sini. Sepertinya ia memang harus pergi dan mencari alasan yang membuat Alena percaya. Ide cemerlang hadir di otaknya. Kenara meringis seraya memegang perut.

 "Duh perut Ra kok tiba-tiba sakit ya? Aduh!" Dengan akting yang sungguh luar biasa Kenara memegang perutnya. 

"Ya Allah ... Ra kamu nggak papa?"  Alena yang notabenenya mudah iba melihat siapa saja yang sakit berhasil tertipu karenanya.

 Masih dalam keadaan meringis dan akting luar biasa Kenara menjawab, "Nggak tau Kak, kayaknya karena tadi pagi habis makan cabe satu sendok deh," jawabnya asal yang tentu saja dusta.

"Kalau gitu kamu pulang aja ya. Biar Kakak antar," ucap Alena membuka tas hendak mengambil kunci motor.

"Eng-nggak usah, Kak. Ra pesan taxi online aja." cengir Kenara sambil meringis "Kalau Kakak ngantar Ra, yang ada Kakak nanti nggak jadi ke Majelis."

"Nggak apa-apa emangnya?" tanya Alena ragu. Kenara mengangguk yakin.

"Nggak apa-apa, Kak."

"Ya udah deh Kakak mesan taxi online dulu buat kamu." Kenara mengangguk, hatinya menjerit senang. Rencananya berhasil untuk tidak jadi ke Majelis.

Kenara menyandarkan badannya di kursi taxi. Benar-benar lega. Akting selesai dan ia bebas. Kenara meregangkan tangannya lalu memejamkan mata sejenak, menghirup nafas dan menghembuskannya perlahan. Kalau dipikir jikapulang ke rumah pasti akan ditanya Zira. Kenara memutar otaknya. Lalu ia harus kemana?

Seukir senyum tipis terbit di bibir Kenara.

"Pak, disini aja."

"Tempatnya bukannya masih jauh ya, Neng?"

"Nggak papa Pak, di sini aja." Sopir taxi online hanya menurut, kemudian menepikan mobilnya. Setelah membayar sesuai dengan yang tertata Kenara langsung keluar dari mobilnya sambil mengetik sebuah pesan kepada sahabatnya.

Yap, Kenara akan ke tempat temannya sampai jam sebelas pagi, baru setelah itu ia pulang.

***

"Ra ... Kenara ...." Kenara yang sedang membaca novel dengan keduahandset yang tersumbal di telinganya masih asyik sendiri dengan dunianya. Tidak menghiraukan Zira yang sedari memanggilnya dari lantai dasar.

Cinta Dalam Hijrah || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang