• Admiration •

4.6K 562 3
                                    

Rizki memutar bola mata jengah begitu mendengar celotehan panjang yang keluar dari mulut Ilham walau terkesan berbisik. Jika saja buk Yuni tidak di dalam, Rizki pasti memilih memakai earphone dari pada mendengar Ilham yang masih mengoceh.

"Kesel gue, kenapa juga pindah tempat duduk," omel Ilham lagi. Padahal mulutnya baru saja terdiam, tapi sekarang bersuara lagi.

Rizki menghela nafas. Memutar kepala menatap Ilham yang masih saja betah mengomel. "Lo kalau mau komentar, ngomong sama buk Yuni. Nggak usah bacot dekat gue."

Ilham berdecak. "Ya nggak mungkinlah, bisa-bisa image gue sebagai ketua kelas jadi turun di mata buk Yuni," jawab Ilham beribisik, membuat Rizki memutar malas untuk kesekian kalinya.

"Terserah lo." Rizki menatap kelas yang terdengar ribut, pertukaran tempat duduk masih berlanjut. Mereka yang tidak suka dengan tempat duduk baru, terlihat mengomel di belakang guru.

Rizki kembali memutar matanya, pandangannya jatuh pada Kenara yang baru masuk, berlalu ke Buk Yuni dan memberikan kotak pensil. Lalu gadis itu berbalik menuju bangku. Wajah kaget terlihat di sana saat Kenara tidak sengaja menatap dirinya. Dengan wajah bingung, Kenara menunduk. Lalu cepat-cepat duduk di bangkunya. Tepatnya di depan bangkunya.

Rizki yang juga tersadar, ikut menunduk, mengalihkan pandangan.

"Tukar tempat duduk?" bisik Kenara kepada Putri. Bagaimanapun Rizki bisa mendengarnya.

"Terus kita kenapa masih di sini?" tanya Kenara memasang wajah bingung.

"Sederetan ini udah oke, Ra. Duduknya selang seling. Cowok cewek. Kata Buk Yuni biar nggak ribut gitu," jelas Putri dan Kenara manggut-manggut. Lalu ikut memperhatikan murid-murid yang sebagian terlihat kesal dan sebagian lagi senang dengan pemindahan tempat duduk.

"Oh ya, Ra, lo udah selesai pr Matematika belum?" tanya Putri.

Kenara menoleh dan mengangguk. "Udah, kenapa, Put "

"Gue minjam ya, Ra. Gue lupa ngerjain," pinta Putri yang dibalas Kenara lagi dengan anggukan, ia tersenyum. Kenara yang hendak balik badan untuk mengambil buku di dalam tas, membuat Rizki yang tadi memang sengaja mendengar percakapan mereka merebahkan kepalanya di atas meja.

"Thanks ya, Ra," ucap Putri dengan mata berbinar. Putri menerimanya, lalu dengan cepat penanya mulai menari-nari di atas kertas.

"Ngerjain sekarang, Put?" tanya Kenara melihat Putri langsung membuka buku dan mengambil balpoin.

Putri mengangguk.

"Nggak takut kena marah? Ini kan masih jam pelajaran Buk Yuni."

Putri menggeleng, tangannya masih sibuk menulis. "Nggak usah khawati, Ra. Aman."

Kenara hanya mengangguk, tidak berkomentar lagi. Kini matanya beralih memperhatikan Buk Yuni yang terlihat sibuk memikirkan tempat duduk yang cocok untuk siswanya.

"Ra, lo tahu nggak?" Kenara tersentak, lalu menoleh.

"Tahu apa?"

"Kemaren Vino chat gue. Tuh Vino mau minta maaf karna kesalahannya. Katanya ingin balikan. Terus ya gue minta pendapat sama kakak gue, kakak gue balas nggak usah aja, kata kakak gue. Vino itu nggak serius sama gue. Gue juga fikir gitu. Asal lo tau aja, Vino itu saat kami pacaran dia selalu nggak ngertiin perasaan gue banget. Selain itu ya, Ra, banyak yang bilang dia itu ..."

Kenara beristighfar. Ini sudah termasuk ghibah. "Put," panggil Kenara.

Putri yang belum selesai bicara berdecak kesal karena ceritanya dipotong Kenara. "Gue belum selesai ngomong juga kali, Ra."

"Mending cerita yang ada faedahnya deh. Ini udah masuk ghibah," ucap Kenara terang-terangan dan Rizki yang tidak sengaja mendengarnya membenarkan dalam hati.

"Nggak papa, sekali-kali juga."

Mendengar jawaban Putri membuat Kenara rasanya ingin mengusap dada.

"Tapi, kalau jelekin orang itu dosa, Put," bantah Kenara dengan suara lembut.

"Tapi itu kan fakta. Lagian elo aneh banget, biasanya kan lo biasa aja kalau gue cerita kayak tadi," gerutu Putri mulai emosi.

"Gue baru tahu itu dosa. Dan gue nggak mau lo dan gue dosa hanya karna ngomongin kejelekan orang lain." Rizki yang mendengar jawaban Kenara tertegun. To the poin dan sangat menjunjung akhlak. Samar, Rizki tersenyum.

"Tapi kan-"

"Itu cuma godaan syaitan aja, Put."

Putri mendengus kasar. "Serah lo deh. Gue cerita sama yang lain aja. Nggak asyik sama lo tau nggak!" Putri melanjutkan nyalin pr yang terhenti. "Nanti gue balikin," lanjutnya ketus.

Kenara menghela nafas pelan. Begitupun dengan Rizki yang tapa sadar geleng-geleng kepala mendengar jawaban Putri

***

Cinta Dalam Hijrah || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang