"Menangislah, ketika kau sadar itu perbuatan salah, tapi kau tetap melakukannya tanpa merasa dosa."
(Cinta Dalam Hijrah)
Kenara menatap nanar rumput di depannya. Air mata yang kembali menggumpal membuat padangannya kini kembali kabur. Lagi, air mata kembali jatuh di pipinya.
"Apa Kenara? lo PHP? Atau lo nyatanya emang suka nyakitin cowok atau mungkin ini udah kebiasaan lo?"
"Lo juga busuk Kenara As-Syifa .
"Senang gue liat lo nangis Kenara."
Bolehkan Kenara membenci saat-saat ini?
Kata-kata Ardi seolah selalu terngiang di telinganya.
Sesak kembali Kenara rasakan. Sungguh Kenara sangat benci mengingat kalimat terakhir Ardi yang disertai tawa bahagia.
Lo nggak pernah mengerti alasan sebenarnya!
"Arghh ..."
Salahkan saja dirinya. Yang karena kebodohannya sendiri tidak bisa menutupi hati.
Jika tau akan seperti ini lebih baik dari awal gue nggak pernah dekat sama cowok setelah sakit karena Alvin.
"Sampai kapan lo nangis kayak gitu?"
Mendengar suara yang berasal dari belakangnya, membuat Kenara kini buru-buru menghapus air mata di pipinya.
"Lo ganggu ketenangan gue." Kenara hanya mendongak dan sedetik kemudian kembali menunduk, ternyata seorang yang tadi di belakangnya kini sudah dihadapannya.
"Maaf." Hanya itu yang dapat Kenara katakan. Walaupun dalam hati Kenara tidak mengerti ia menganggu dari sisi mana.
Sebuah sapu tangan yang kini di di telatakan di sisi kanannya membuat Kenara mendongak. "Hapus air mata lo!!" Kenara hanya menurut lalu mengambil sapu tangan, tidak lupa ia mengucapkan terimakasih. Lalu mulai menghapus sisa air mata yang ada di pipinya.
Kenara tidak tau apa cowok itu mengangguk atau tidak yang jelas kini cowok itu telah berlalu meninggalkan sebuah kalimat yang berhasil membuat Kenara sadar.
"Lo punya Allah, nggak usah sedih!"
***
Malam ini Kenara duduk di balkon kamarnya, menatap gemerlap bintang yang kini menghiasinya langit. Ah begitu indah, tidk seindah hati dan dirinya yang bertolak belakang.
Cairan bening kembali jatuh di pipinya, seolah menyampaikan kepada bintang-bintang bahwa hatinya sedang tidak baik. Bukan, bukan karena masalah Ardi saja, tapi masalah yang selalu bertubi-tubi datang. Kepada diri yang kecewa, kepada kelupaan akan nikmatnya, kepada diri yang telah menyia-nyiakan karunia-Nya dan kepada diri yang berpura-pura tidak tau akan dosa.
Hina, Kenara merasa sangat hina. Keji sekali dirinya. Kenara begitu malu kepada Allah. Ia berada di atas nikmat-Nya tapi ia malah tidak bersyukur dan tidak mengikuti perintahnya. Kenapa Kenara tidak sadar saat itu, saat ia diberikan ujian dan ia dibuat sadar akan dosanya. Kenara yang mengatakan telah berhijrah dan mulai memperbaiki diri, tapi saat keadaan sudah baik-baik saja, ia malah lupa dengan Allah.
Ini kah diri yang bersyukur? Tidak kah selama ini sama saja Kenara telah menyombongkan diri kepada Allah? Padahal sampai kapan pun manusia pasti membutuhkan pertolongan Allah, tapi ini yang dilakukannya setelah Allah memberinya nikmat yang begitu banyak.
Setetes air mata kembali jatuh ke pipinya. Seolah setiap tetesannya seperti setiap dosa yang dilakukannya.
Allah, akan kah Engkau masih mengampuni diri yang begitu hina ini?
Kenara terisak, bahunya bergetar. Wajah yang ditenggelamkan pada kedua telapak tangannya membuat ia semakin larut akan kesalahannya.
Allah, aku begitu malu ... pantaskah aku menerima ampunan Mu atas kelalaian yang aku lakukan selama ini?
Walaupun sudah melaksanakan sholat isya, dan terisak sejadi-jadinya saat berdoa dan bertaubat kepada Allah, Kenara masih merasa belum cukup. Seakan itu semua belum cukup menembus rasa bersalah dan dosanya kepada Allah.
"Ya Rabb, aku bertaubat kepada Mu. Maafkan aku. Izinkan aku benar-benar kembali menjadi pribadi taat dan selalu mematuhi perintah Mu. Aamiin..."
Dan langit indah dihiasi gemerlap bintang seakan menjadi saksi, bagaimana malam ini seorang Kenara Assyifa berjanji akan berubah dan bertekad menjadi baik kepada Rabb Nya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Hijrah || SELESAI
Teen FictionFollow dulu sebelum baca! Kenara Asyifa, di masa lalunya mencintai dalam diam berakhir kekecewaan. Membuatnya memutuskan untuk menutup hati karena takut dikecewakan. Di masa SMAnya, Kenara berteman dengan laki-laki. Seiring berjalannya waktu Ardi da...