• Lagi? •

4.9K 586 8
                                    

"Suatu musibah yang membuatmu
kembali kepada Allah lebih baik bagimu daripada nikmat yang membuatmu lupa dari mengingat Allah."

(Ibnu Taimiya)

Masalah atau ujian? Benar bahkan hanya sedikit masalah yang datang berhasil membuat manusia manusia kembali sadar akan dosanya. Dan kini itu yang didapatkan Kenara, lagi, ia di timpa masalah. Memang bukan malah besar, tapi bagi Kenara masalah kecil pun sangat menganggu pikirannya.

"Lo yakin?" tanya Kenara sebelum menekan play untuk mendengar rekaman yang dikatakan Velin. Ntah kenapa ia jadi ragu, karena selama ini yang ia amati, Ardi adalah orang yang baik dan bagaimana mungkin seperti yang dikatakan Velin, Ardi orang yang jahat.

"Orang tampang dia baik kek gitu kok di bilang jahat."

Velin kembali mendengus, mendadak bingung dengan Kenara yang tidak yakin akan ucapan sahabatnya sendiri.

"Tampang jangan jadiin jaminan. Bisa aja kan baik di luar busuk di dalam. Sama aja kayak jambu biji, di luar keliatan bagus dan bersih, tapi di dalam nyatanya ada ulat."

Kenara malah menatap bingung Velin. Kenapa juga disamain sama jambu biji?

Velin memutar mata malas bagitu melihat respon Kenara yang malah memperlihatkan wajah bingung. "Susah perasaan gue ngomong ama lo! Mending lo langsung dengar aja deh biar lo percaya." Suruh Velin yang kini hanya diiyakan Kenara. Malas juga lama-lama dengar ocehan panjang lebar Velin.

"Iya iya gue putar. Bawel lo ah!" Dan telunjuk Kenara pun mulai menekan tombol.

"Untung tadi otak gue cerdas, langsung rekam itu omongan. Kalau nggak, mungkin lo nggak akan percaya," gerutu Velin pelan sambil matanya menatap ke arah lain. Begitu tatapannya jatuh ke suatu tempat, ia tersenyum.

"Ra, gue ke sana bentar ya, ada doi."

Kenara hanya mengangguk, membiarkan. Entah kenapa kini hati dan otak Kenara mulai memanas begitu baru saja mendengar rekaman yang berjalan sepuluh detik.

Satu tangan yang tidak memegang ponsel kini terkepal kuat. Apa segitu sakit hatinya Ardi kepadanya hanya karena ia mengatakan tidak?

Apa kesalahannya?

Niatnya hanya baik, menghindari pacaran.

Tapi kenapa mereka tidak mengerti?

Sungguh, Kenara tidak ingin peduli akan masalah ini. Kenara tak ingin menjadikan masalah kecil malah membuatnya terpikir lebih dalam. Tapi, kenapa tidak bisa? Bahkan hal kecil pun terasa besar baginya.

Mata Kenara seketika memanas. Bahkan ia tak mengerti, sekalipun ia tidak pernah menyukai Ardi, tapi mengapa mendengar sendiri rekaman dari ponsel Velin mampu membuatnya jadi sakit hati?

Bolehkah ia membenci Ardi dan teman-temannya?

Atau ia harus membenci dirinya sendiri?

Hhh ... kini hati dan batinnya malah ikut berkonflik.

Siapa nyuruh kemakan baper! Nutupin hati ya nutupin!

Tapi kan nggak sepenuhnya juga salah gue. Niat baik, ngindarin diri dari yang namanya pacaran.

Tapi cara lo setelah itu yang salah. Kalau udah minta maaf ya gak usah buat hubungan erat kayak awal, sekedar aja. Lo pikir gelas yang mulus setelah pecah bisa mulus lagi?

Oh Allah ... tolong Kenara ...,

Kenapa harus karena laki-laki lagi? Padahal baru kemarin ia tersakiti karena Alvin, lalu ucapan Iqbal dan Nanda yang menyesakkan baginya dan sekarang? Tidak, bahkan ini lebih menyesakkan dari pada ucapan pedas Iqbal dan Nanda.

Cinta Dalam Hijrah || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang