"Ada yang berbeda. Suatu getaran aneh telah menyelusup di dada. Menggetarkan hati yang sempat tertutup oleh rasa. Tidak, ini bukan rasa biasa, tapi rasa berbeda."
(Cinta Dalam Hijrah)
Karya SarifatulhusniSilakan tag @sarifatulhusni jika share apapun dari CDH!
Tepat jam tujuh pagi Rizki sudah berada di sekolah. Selesai memarkirkan motor, kakinya melangkah ringan menuju lorong yang cukup sepi. Helaan nafas lega terdengar keluar dari bibirnya, setidaknya Rizki merasa tidak terganggu saat ini dengan cewek-cewek sekolah yang sering berisik ataupun sekedar berpura-pura minta tolong untuk mencari perhatiannya.
Kelas pagi ini benar-benar kosong, Rizki berjalan menuju bangkunya, melewati meja yang tidak dihuni pemiliknya beberapa hari terakhir. Rizki menghela nafas, jadi teringat dengan Kenara.
Beberapa hari Kenara telah dirawat dan belum ada yang tahu gadis itu sakit apa. Ingin rasanya Rizki menghampiri Velin dan Fika, sekedar bertanya keadaan Kenara, tapi ia terlalu gengsi dan memang tidak mungkin rasanya.
Rizki melirik arlojinya, tinggal sepuluh menit lagi bel akan berbunyi. Sembari menunggu, Rizki memilih mendengar earphone dengan mata terpejam. Menikmati dan menghayati lantunan surat Ar-Rahman yang mulai menggema di sana. Namun baru beberapa menit, kesenangannya terganggu dengan kedatangan Ilham yang minta ditabok.
"Woyy, Ki!"
Rizki mendengus, membuka mata, menatap sinis Ilham yang kini tersenyum lebar seakan tidak merasa bersalah. "Nggak usah teriak," kesal Rizki.
"Kantin kuy, laper gue," ajaknya tanpa mengacuhkan wajah kesal Rizki.
"Males. Bentar lagi masuk," balas Rizki kembali berniat memasang earphone.
"Ets ...," Ilham dengan cepat menahannya. Ribet jikaRizki sudah memasang earphone. Manggil saja harus keras-keras kaya mau demo. Entah berapa volume yang dipasang cowok itu.
Rizki manatap tajam. "Guru rapat kali," jawab Ilham cepat. Berhasil membuat tatapan tajam berganti dengan tatapan datar. Rizki hanya beroh membuat Ilham berdecak.
"Yok lah!"
Di kantin, Rizki terlihat sibuk memainkan ponsel, berbeda dengan Ilham yang kini makan dengan lahapnya, terlihat seperti orang yang kelaparan tidak diberi makan sejak semalam.
"Biasa aja kalo makan."
"Laper," jawab Ilham singkat, masih saja dengan makanannya. "Lo beneran puasa?" tanyanya dan dibalas Rizki dengan gumaman.
"Mantap," puji Ilham dan Rizki hanya balas memutar bola matanya. Rizki tidak terlalu suka pujian.
"Oh iya Ki, lo mau ikutan nggak?" tanya Ilham, membuat Rizki kembali beralih menatap Ilham. Alisnya kini tertaut.
"Ke mana?"
"Rumah Sakit. Perangkat kelas yang wakilin buat besuk Kenara. Jadi nanti pulang sekolah langsung ke sana," jelas Ilham danRizki mengangguk.
***
"Ma, Gimana? Ra boleh pulang?" tanya Kenara dengan wajah berbinar. Mama yang baru masuk berjalan mendekat. Mengangguk dan tersenyum kecil.
"Boleh. Tapi seharian besok kamu harus istirahat di rumah dulu, nggak boleh langsung sekolah," jelas Mama yang membuat Kenara menghela nafas pelan. Padahal Kenara rindu sekolah, walaupun ia tahu yang akan didapatnya hanya cemoohan.
"Tiga jam kita lagi kita pulang ya, Ra. Nanti dokter akan datang buka infus kamu. Oh ya, nanti Alena ke sini katanya. Mama keluar dulu ya, selesaiin administrasi."
Kenara hanya mengangguk. Sembari menunggu waktu dua jam, ia memilih muroja'ah hafalannya sejenak. Surat 'Abasa di ayat-ayat terakhir mampu membuat air mata Kenara turun begitu saja.
Kenara menghapus sisa air mata di pipinya begitu mendengar suara ketukan pintu. Kenara mendongak, lalu mendapati pintu yang terbuka. Ilham masuk menentang keranjang buah dan kresek diikuti Reno, Zaki, Bella dan ...Rizki yang di belakang.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam," balas Kenara mengulum senyum.
"Gimana kabar lo, Ra?" tanya Bella- sang sekretaris kelas- berdiri di sisi kanannya, sekedar basa-basi membuka pembicaraan yang sempat hening beberapa saat.
"Alhamdulillah, udah membaik, Bel. Juga udah bisa pulang hari ini," jawab Kenara tersenyum kecil.
"Oh ya?" Mata Bella berbinar, ikut senang mendengarnya. "Alhamudulilah kalau gitu." Kenara mengangguk.
"Ra, ini buat lo," Kenara menoleh dan menerima sebuah keranjang buah dan kresek berisi jus dari Ilham.
"Makasih, Ham." Ilham mengangguk.
"Cepat sembuh, Ra. Biar bisa sekolah lagi. Sepi soalnya nggak ada bendahara yang suka marah-marah minta uang kas lagi," canda Reno yang membuat Kenara tersenyum saja walaupun bingung. Entah sejak kapan Kenara pernah marah-marah meminta uang kas di kelas.
"Lo sakit apa?" tanya Rizki. Kenara mengalihkan perhatiannya kepada Rizki yang kini menatapnya, begitu pun juga dengan Bella yang tahu betul selama ini Rizki tidak pernah bertanya seperti ini kepada cewek di Sekolah.
Kenara sejujurnya sedikit tidak percaya, Rizki yang biasanya cuek dan jarang ngomong, kini bertanya ia sakit apa? Kenara dibuat seperti mimpi.
Padahal Kenara ingat terakhir kali ia berbicara dengan Rizki setelah meminta maaf. Selebihnya tidak ada lagi. Hanya sebatas uang kas. Di samping Kenara ingin menjaga padangan mata, ia juga menjaga hati agar tidak mudah menaruh hati pada seorang cowok untuk saat ini.
"Demam sama magh, Ki," jawab Kenara dengan pandangan yang tidak tertuju lagi pada mata Rizki.
Rizki mengangguk, menatap Kenara sekilas, lalu mengalihkan pandangannya kembali ke arah lain. Rizki tentu masih ingat sedang puasa.
"Demi apa, Ki, lo tadi nanya?"Rizki mengalihkan tatapannya pada Bella yang memasang wajah tidak percaya. Rizki hanya memutar mata malas.
"Ekhm ... ternyata sosok Rizki yang terkenal cuek sama perempuan bisa peduli juga. Gue seperti nyium-niyum bau ...," Ilham menaik turunkan alisnya. Membuat Rizki memutar mata jengah.
"B aja."
Ilham berdecak kesal, membuat Bella, Reno dan Zaki ngakak. Sementara Kenara ikut tertawa melihatnya. Mereka benar-benar lucu, lebih-lebih Rizki yang kini dengan wajah datarnya.
Samar, Kenara tersenyum kecil.
***
Yuk Vote dulu sebelum lanjut :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Hijrah || SELESAI
Teen FictionFollow dulu sebelum baca! Kenara Asyifa, di masa lalunya mencintai dalam diam berakhir kekecewaan. Membuatnya memutuskan untuk menutup hati karena takut dikecewakan. Di masa SMAnya, Kenara berteman dengan laki-laki. Seiring berjalannya waktu Ardi da...