• Mengkhitbah(2) •

6.5K 563 51
                                    

" Untukmu, Maaf.  

Aku telah melepasmu. 

Mungkin memang cinta pertama yang telah Allah tetapkan untukku."

(Cinta Dalam Hijrah)
Karya Sarifatulhusni

Silakan tag @sarifatulhusni_ jika share apapun dari CDH!

Senja telah berlalu, begitu pun dengan keindahannya sore ini. Selesai sholat, berdzikir dan berdoa, Kenara memilih membuka mushaf, menghabiskan waktu dengan Al-Qur'an sembari mencoba menghilangkan gelisah yang tidak menentu. Perlahan suaranya pun mulai menggema di segala penjuru kamar.

Dua lembar selesai seiring ketukan pintu yang terdengar. Setelah menutup mushaf, Kenara beranjak membuka pintu. Kenara tersenyum, malaikat tak bersayapnya tengah berdiri dihadapannya dengan senyum yang sejak dulu begitu menghangatkan.

"Nak, Alvin sudah datang beserta keluarganya," ucap Zira.

Perlahan tapi pasti lengkungan itu mulai pudar. Kenara menggigit bibir bawahnya seiring rasa sesak yang kian memenuhi rongga dadanya.

"Apapun nanti jawaban kamu, itu hak kamu menerima ataupun menolak, sayang. Mama akan menerima keputusanmu," ucap Zira mengusap lembut kepala Kenara.

"Sekarang buka mukena kamu dulu ya, pake hijab. Habis itu kita turun ke bawah. Mereka sudah menunggu."

Kenara mengangguk, menurut membuka mukena lalu berganti menggunakan khimar.

"Dengarkan kata hatimu dan serahkan semuanya sama Allah," pesan Zira mengecup lembut dahi putrinya.

Kenara kembali mengangguk. Tanpa sadar setetes cairan bening jatuh begitu saja ke pipinya. "Semoga ini keputusan yang terbaik untuk Ra, Ma."

Zira mengangguk, tersenyum. Setelahnya Kenara pun mulai mengikuti langkah Zira menuju lantai satu.

Pelan namun pasti kaki Kenara melangkah menuju lantai dasar. Kegugupan sekaligus kegundahan yang tadi sempat hilang kini kembali datang. Kenara menggigit bibir bagian dalamnya. Apakah itni sudah keputusan hatinya?

Begitu dekat, Kenara mencengkram kuat gamisnya. Setelah duduk dan perkenalan dari orang tuanya, kini sampailah pada Alvin yang mengatakan tujuannya.

"Kenara Assyifa, dengan ini izinkan aku menjadi kekasih halalmu, menjadi imam yang bisa membimbingmu menuju syurga Allah. Menjadikanmu sebagai makmumku."

Kenara memejamkan mata. Menahan gejolak sasak yang kembali datang.

Rizki di mana? Kenapa tidak dia saja yang di sini? Seandainya dia yang datang, aku pasti bahagia.

"Karena itu Kenara Assyifa, maukah kamu menjadi pelengkap hidupku? Menyempurnakan ibadah bersamaku?"

Setetes air mata jatuh begitu saja membasahi gamis Kenara. Nyatanya ini adalah Alvin, bukan Rizki.

Allah ... dapatkah aku mengikhlaskannya? Melepas sosoknya yang telah lama aku perbincangkan dengan Mu disetiap doaku?

"Ra."

Panggilan kecil dari Zira, membuat Kenara sadar harus memberikan jawaban segera. Kenara memejamkan mata, menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Setelah sedikit tenang, Kenara perlahan mengangkat wajahnya.

Ya Allah ... kuserahkan semuanya kepada Mu. Jika ini yang terbaik, kuatkan aku untuk meyakinkan hati ini.

Seiring cengkraman kuat di gamisnya, Kenara melantunkan bismillah dalam hati, lalu mengangguk. "Menerima Alvin sebagai pelengkap hidup, Ra."

Berat, sungguh ini bukanlah suatu yang mudah bagi Kenara. Nyatanya ada rasa pilu yang kini tersimpan di lubuk hatinya. Apa keputusannya salah?

Aku yang memutuskan, tapi kenapa aku yang begitu tidak rela?

"Alhamdulillah." Ucapan syukur terdengar dari dua keluarga. Alvin yang tadi sudah menanti jawaban tersenyum sumringah seraya memanjatkan pujian kepada Allah.

"Syukron, Ra," ucap Alvin sangat senang.

Kenara hanya mengangguk. Tersenyum seadanya. Kepalanya kian menunduk, nyatanya di dalam sana ada hati yang kian berteriak nangis.

Untukmu yang selama ini kukagumi, maaf kini aku telah melepasmu.

Maaf jika aku pernah lancang mencuri namamu di setiap do'aku.

Mungkin memang ini lah jalanku, tidak bisa bersamamu.

**

Mau tau dong pembaca CDH dari daerah mana aja?😊

#Salam hangat💕

Cinta Dalam Hijrah || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang