05: perfect life

1K 200 14
                                    

Yuna menghentakkan kakinya keras sambil melangkah menuju rumah Seokmin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuna menghentakkan kakinya keras sambil melangkah menuju rumah Seokmin. Pemuda itu seharusnya mengerjakan bagian tugasnya, tapi ia malah meninggalkan buku referensinya dikelas.

Teman-temannya jadi memerintahkan Yuna untuk memberikan bukunya kepada Seokmin karena hanya ia lah yang paling dekat dengan rumah Seokmin.

Tepat saat ia sampai dirumah Seokmin, seorang wanita paruh baya keluar dari sana. Pasti ibunya Seokmin kan?

Dan tebakan Yuna benar. Ibu Seokmin langsung memanjakan Yuna ketika ia bilang bahwa ia adalah teman Seokmin.

Sebenarnya Yuna hanya perlu memberikan bukunya saja, tapi ibu Seokmin memaksanya masuk ke dalam rumah sekaligus menunggu Seokmin yang ternyata belum sampai rumah.

Padahal Seokmin lah yang tercepat meninggalkan sekolah ketika bel pulang berbunyi tadi.

"Aduh bibi ini banyak sekali makanannya hehe..." ujar Yuna ketika ibu Seokmin menyuguhinya dengan makanan ringan yang cukup banyak.

Ibu Seokmin mengulum senyum. "Tidak apa, kau mau mencobanya kan? Aku membuatnya sendiri..." tawarnya sambil membukakan toples kue coklat kepada Yuna. Yuna tersenyum lalu menerima kuenya.

"Bagaimana?"

"Ini enak!" ujar Yuna lalu menatap wajah ibu Seokmin. Dulu, Yuna dan ibunya sering sekali membuat kue kering bersama. Ah, Yuna jadi merindukan ibunya.

"Seokmin tidak pernah membawa temannya kerumah. Makannya aku senang saat kau datang..." ujar ibu Seokmin tiba-tiba. "Sering-sering kemari ya!"

Yuna mengangguk mengiyakan. Meski ia sempat terheran sebelumnya karena bagaimana bisa Seokmin tidak pernah membawa teman-temannya kerumah? Padahal melihat Ibunya yang sangat ramah seperti ini, teman-teman Seokmin pasti betah berada disini.

"Bagaimana Seokmin disekolah? Dia punya banyak teman kah? Apa dia bermasalah?" ujar ibu Seokmin memberi Yuna banyak pertanyaan.

Yuna tertawa pelan. "Aku rasa satu sekolah tidak ada yang tidak mengenal siapa Seokmin..." kata Yuna. Seantero sekolah pasti kenal pada Lee Seokmin si pembuat berisik. "Dia baik, hanya bermasalah pada suaranya, dia sedikit berisik haha..." lanjutnya.

Mata Yuna bisa melihat ibu Seokmin tersenyum lepas setelah ia selesai bicara.

"Haha bibi tidak terkejut. Mendiang ayahnya Seokmin juga terkenal berisik. Dino juga sama—eh! Kapan-kapan kau harus bertemu adiknya Seokmin. Sayang dia sedang keluar sekarang."

"Eh? Iya..."

Yuna mengangguk. Ia baru tahu Seokmin punya seorang adik. Selama ini ia pikir, Seokmin adalah anak tunggal.

Disisi lain, Seokmin yang baru membuka gerbang rumahnya dikejutkan dengan suara tawa ibunya dengan orang lain dari dalam rumahnya. Ia cepat-cepat memarkirkan motornya lalu masuk kedalam rumah.

"Yuna? Sedang apa kau disini?" tanya Seokmin diambang pintu ketika melihat ibunya sedang mengobrol dengan Yuna.

"Kamu darimana, Seok?" tanya Ibunya. Seokmin hanya tersenyum kaku sambil menggaruk tengkuknya tanpa menjawab.

Yuna tertawa pelan lalu memberikan buku tugasnya pada Seokmin. Tujuan awal Yuna datang kerumahnya. "Ini, bagaimana bisa kau mengerjakannya jika kau meninggalkan bukunya?!"

"Aku lupa..." Seokmin menerima bukunya lalu meletakkannya diatas meja. "Ayo kuantar pulang," ajak Seokmin pada Yuna.

"Loh kenapa buru-buru sekali? Kamu kan juga baru sampai, Seok..."

Baru saja Seokmin ingin menjawab, Yuna sudah berucap, "tidak apa bibi, sudah sore juga, Yuna harus pulang..."

"Seokmin pergi dulu..." pamit Seokmin pada ibunya.

"Ah, tidak perlu diantar, aku bisa naik bus..."

Dan Seokmin menulikan telinganya. Yuna mau tak mau menurut diantar pulang oleh Seokmin, apalagi ketika ibu Seokmin juga memaksanya.

"Bicara apa saja dengan ibuku?" tanya Seokmin dalam perjalanan mengantar Yuna pulang.

"Dia bertanya tentangmu kalau disekolah..."

"Lalu?"

"Aku bilang kalau kau anak berisik, susah diatur, membuat pusing para guru, lalu—"

Seokmin mendengus, "Ayolah..."

Yuna tertawa lepas dibelakang Seokmin. "Memang benar kan..."

Seokmin mendecak pelan. Ia memberhentikan motornya ketika lampu lalu lintas berubah menjadi merah. "Hanya itu?"

Yuna melirik Seokmin yang menatapnya dari spion, ia mengangguk pelan. "Ibumu baik sekali, ia memberiku banyak makanan tadi. Ah dia mengacaukan dietku!!"

Seokmin tertawa mendengarnya. Sementara dibelakangnya, Yuna tiba-tiba merenung. Bohong kalau Yuna bilang ia tidak iri. Nyatanya ketika melihat ibu Seokmin tadi, Yuna jadi lebih merindukan ibunya. Meskipun ibu Seokmin tadi menyinggung bahwa Seokmin sudah tidak memiliki ayah, entah kenapa Yuna merasa hidup Seokmin lebih sempurna darinya. Padahal Yuna masih memiliki kedua orang tuanya meski mereka hidup terpisah. Sementara Seokmin hanya hidup bersama ibu dan adiknya.

Entah sejak kapan lampu lalu lintas kembali berubah menjadi hijau, Seokmin kembali melajukan motornya.

"Aku baru tahu kau punya seorang adik."

Tiba-tiba Yuna merasa Seokmin mengerem motornya mendadak. Helm Yuna sampai membentur punggung lebar Seokmin didepannya. Sontak tangan Yuna memukul Seokmin. "Ada apa sih?"

"Maaf, ada kucing, hehe..."

"Ah yaampun lucunya! Berhenti dulu!"

Seokmin memarkirkan motornya disisi jalan ketika Yuna memaksanya untuk berhenti. Seokmin tertawa ketika Yuna buru-buru turun dari motor untuk menghampiri kucing kecil itu. Sepertinya gadis itu sangat menyukai kucing.

"Kau bertemu adikku?" tanya Seokmin ketika Yuna masih sibuk mengusap bulu dari kucing yang kini berada digendongannya.

"Tidak. Dia sedang diluar tadi..." jawab Yuna.

"Dia memang lebih sering main diluar sih..."

"Sama sepertimu kan? Haha..."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
eccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang