07: no control

1.1K 203 5
                                    

Paginya dihiasi dengan penampakkan anak perempuan yang dipukuli ayahnya tanpa ampun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paginya dihiasi dengan penampakkan anak perempuan yang dipukuli ayahnya tanpa ampun. Sampai detik ini dirinya bahkan masih belum mempercayai apa yang telah terekam oleh matanya. Tapi lihatlah sekarang keadaan si korban. Lihatlah bagaimana Yuna kini tengah bercanda hingga tertawa terbahak dengan teman-temannya seolah kejadian tadi pagi itu tidak pernah terjadi. Yuna adalah gadis yang luar biasa pikir Seokmin.

Bahkan hingga jam terakhir sekolah, Yuna berhasil menutupi kesedihannya. Tak satupun temannya terlihat curiga. Dan ya, Seokmin mengakui ia memiliki kemampuan akting yang sangat baik.

Guru di jam terakhir hari ini berhalangan hadir. Beberapa murid sudah merapikan mejanya dan bersiap untuk melesat keluar kelas ketika bel pulang berbunyi nanti. Sama halnya dengan Seokmin. Ia tengah merapikan buku-buku di mejanya ketika Yuna tiba-tiba menghampiri mejanya.

"Boleh pinjam ponselmu?" pinta Yuna pada Seokmin. Gadis itu duduk dikursi Mingyu sementara si pemilik kursi sudah menghilang entah kemana.

"Kemana milikmu?"

"Ayahku menghancurkannya..."

"Kenapa harus pinjam punyaku?"

Yuna memutar bola matanya. "Kalau tidak mau meminjamkan bilang saja..." ia beranjak bangkit untuk kembali ke kursinya namun Seokmin menariknya untuk kembali duduk lalu meminjamkan ponselnya.

Yuna mengetikkan beberapa nomor disana. Tepat saat itu Seokmin berjengit ketika mengingat sesuatu. Ia baru saja ingin merebut kembali ponselnya, namun Yuna terlanjur mengetahuinya.

"Kau menyimpan nomor ibuku?" tanya Yuna.

Seokmin tersenyum kikuk sambil menggaruk belakang lehernya. "Saat bertemu denganku tempo hari, ibumu memintaku untuk mengawasimu..."

Sedetik Yuna terkesiap dibuatnya. "Apa dia membayarmu?!" terka Yuna penuh selidik pada Seokmin.

Seokmin menahan nafasnya sebentar. "Tentu saja tidak!" ia kemudian tertawa lepas. "Entahlah, tanpa sadar aku langsung mengiyakannya..." jelas Seokmin. Matanya menerka tatapan Yuna terhadapnya. "Kau marah?"

Beberapa kali Yuna mengerjapkan matanya. Kemudian menggeleng pelan. "Tidak..." ia hanya tak pernah berfikir ibunya sampai melakukan ini pada dirinya.

"Tadi pagi ia menghubungiku. Ia memintaku untuk pergi sekolah bersamamu karena kau menolak tawarannya," jelas Seokmin bahkan sebeum Yuna bertanya lebih lanjut.

"Ibumu tidak tahu sikap ayahmu seperti itu?" tanya Seokmin lagi. Mempertanyakan apa yang ia simpulkan dari kejadian yang Yuna lalui.

Melihat Yuna yang terdiam, Seokmin merasa salah bicara. "Maaf, aku terlalu lancang, kau tidak perlu menjawabnya."

Yuna melirik Seokmin. "Dia tidak tahu..." ujarnya. Ketika Seokmin balik menatapnya Yuna tersenyum kecil.

eccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang