02: rain

1.8K 245 15
                                    

Yuna menatap pantulan dirinya dicermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuna menatap pantulan dirinya dicermin. Tangannya dengan lihai menguncir kuda rambut panjangnya. Ia meraih foundation di meja riasnya kemudian menyapunya pelan ke pipinya guna menutupi luka lebamnya. Ia meraih cardigan hitamnya yang tergeletak di atas kasur lalu mengenakannya. Hal yang ia lakukan guna menutupi luka-luka yang tercetak jelas di tangannya.

Yuna menghela nafasnya. Luka-luka yang dibuat sejak kemarin lusa itu belum menghilang juga.

Ia mengambil tas sekolahnya kemudian beranjak pergi dari kamarnya. Dengan pelan, Yuna menuruni anak tangga. Matanya menyapu ruangan dibawahnya. Mencari sosok ayahnya.

Nihil.

Saat sampai dibawah, Yuna malah menemukan ayahnya masih tertidur disofa ruang tengah. Dia pasti habis menonton bola semalaman.

Yuna mengambil beberapa kaleng minuman kosong serta sampah kulit kacang yang ada di karpet lalu membuangnya ke tempat sampah. Ia kemudian beranjak mengambil selimut dikamar ayahnya lalu bergerak menyelimuti ayahnya yang masih tenang terlelap di sofa.

Mata Yuna melirik jam dinding. Masih ada setengah jam lebih sampai bel masuk sekolah berbunyi. Mungkin masih sempat untuknya membuatkan sarapan untuk ayahnya.

Yuna baru saja bangkit menuju dapur namun suara berat ayahnya mengejutkannya.

"Kau belum berangkat?"

Yuna berbalik pelan. Melihat ayahnya kini terduduk disofa dengan selimut yang masih membungkus badannya.

Yuna terdiam. Ia menggeleng pelan sebagai jawaban pertanyaan ayahnya. "Aku ingin membuat sarapan dulu untuk ayah..." ujarnya kemudian.

"Tidak usah, nanti kau terlambat..." ucap ayahnya pelan kemudian ia merogoh sakunya. "Ini uang saku mu..."

Yuna tersenyum lalu menerima beberapa lembar uang kertas dari ayahnya. "Terima kasih ayah..."

"Pergilah, kau tidak boleh terlambat..."

Yuna mengangguk mantap. Ia berpamitan dengan ayahnya lalu berangkat pergi ke sekolahnya.


———


"Yuna!"

Si empu nama menoleh. Yuna melihat pemuda yang sangat dikenalnya berlari tertatih menghampirinya. Hingga Seokmin sampai tepat dihadapannya, Yuna tertawa lalu menepuk punggung pemuda yang terlihat kelelahan karena mengejarnya.

"Aku memanggilmu dari tadi, apa kau tidak dengar?!" ujarnya dengan nafas yang terputus-putus. Seokmin mulai mengatur nafasnya sambil menumpukan kedua tangannya pada lututnya. Kemudian ia mendongak menatap tajam Yuna yang masih tertawa.

Baru saja ingin mencibir, Seokmin sontak mengurungkan niatnya itu ketika tangan Yuna menyodorkan sebotol air minum padanya. Tanpa pikir panjang, Seokmin menerimanya lalu meneguk isi botolnya.

eccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang