06: tear

1K 195 16
                                    

!!!adegan kekerasan tidak untuk ditiru!!!

!!!adegan kekerasan tidak untuk ditiru!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuna hampir terlonjak. Ponselnya tiba-tiba berbunyi saat mendapatkan panggilan. Namun bukan karena bunyi ponselnya, melainkan nama yang tertera di ponselnya lah yang membuatnya terkejut bukan main.

Ibunya menelfon.

Yuna mengedarkan pandangannya. Setelah ia yakin bahwa ayahnya masih di dalam kamar mandi, Yuna mengangkat panggilan ibunya.

"Yunaaa, ibu antar ke sekolah ya?"

"Tidak usah bu, aku berangkat sendiri saja..."

"Ehh? Kenapa? Ibu ingin bertemu. Apa Yuna tidak merindukan ibu?"

"Bukan begitu..." Yuna meneguk ludahnya. Memang setelah pertemuan haru keduanya saat itu, Yuna dan ibunya tetap jarang bertemu. Keduanya hanya rajin bertukar kabar lewat pesan atau menelfon saja. Bukan apa-apa, Yuna takut ketahuan ayahnya jika ia bertemu diam-diam dengan ibunya.

"Ibu tidak perlu mengantarku, Ibu bisa menjemputku saat pulang sekolah nanti, ya?" pinta Yuna pelan.

"Hmm, baiklah, nanti ibu akan menjemputmu..."

"Terima kasih bu, Yuna sayang ibu..."

"Ibu juga sayang Yuna!"

Dan sambungan keduanya terputus. Yuna tersenyum tipis sambil memandangi ponselnya.

"Yuna..."

Yuna bergidik mendengar panggilan ayahnya. Ia berbalik pelan sambil menyembunyikan ponselnya dibalik badannya. Ayahnya tiba-tiba menjulurkan tangannya. "Berikan ponselmu..."

Yuna terdiam cukup lama sehingga ayahnya merebut paksa ponselnya. Ayahnya menatap ponselnya kemudian menatap Yuna. "Sejak kapan?"

"A-apanya?"

Ayah Yuna menunjukkan riwayat panggilan pada ponselnya. Dimana kontak ibunya terlihat disana.

"Sejak kapan kau berhubungan dengannya?"

"..."

"Bukankah sudah ku bilang agar tidak berhubungan lagi dengannya?!"

"Bagaimana kau bisa bertemu dengannya?!"

Mendengar serbuan pertanyaan ayahnya, Yuna tak berkutik. Ia hanya menatap lurus ujung sepatunya sambil menunduk dalam-dalam.

brak!!

"Jangan hanya diam saja! Katakan sesuatu!"

Yuna bisa melihat dengan jelas kepingan ponselnya yang baru saja dibanting dengan keras ke lantai oleh ayahnya. Ia menggigit bibir bawahnya. Takut-takut, Yuna mendongak menatap sang ayah.

"Ibu ke sekolah dua minggu yang lalu, sejak saat itu Yuna sering menelfonnya..."

"Kau benar-benar harus dihukum rupanya..."

eccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang