10: through the dark

1K 206 21
                                    

!!!adegan kekerasan tidak untuk ditiru!!!

Sepulang sekolah, Yuna terkejut bukan main ketika ia membuka pintu rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulang sekolah, Yuna terkejut bukan main ketika ia membuka pintu rumahnya. Barang-barang berserakan dimana-mana. Beberapa vas bunga pecah. Bingkai foto yang dipajang di dinding pun rusak bergeletakkan di lantai rumahnya.

Ketika ia masuk lebih dalam ke rumahnya, Yuna menemukan ayahnya yang sepertinya sedang meraih sebuah vas bunga dengan kasar. Pria paruh baya itu pada akhirnya melempar asal vas ditangannya. Menyebabkan benda itu hancur tak berbentuk.

Yuna tercekat ketika ayahnya menghampirinya dengan tatapan berapi. Tangan ayahnya langsung mencengkram lengan putrinya itu kemudian menyeretnya—membawa Yuna keruang tengah lalu membanting tubuh kecilnya ke lantai.

"Ibu mu kesini tadi. Ia bilang ia akan menikah dengan pria itu lalu mereka ingin membawa mu pergi," ujar ayah Yuna tenang. Meski begitu Yuna tahu ayahnya sedang naik pitam. Nafas Yuna beradu. Belum apa-apa tapi air mata Yuna sudah turun.

"Apa kau akan ikut dengannya?"

Yuna menggigit bibir bawahnya. Ia tidak tahu bagaimana harus bersikap. Ia tidak tahu harus apa.

"Apa kau akan ikut dengan perempuan jalang itu?!"

Yuna mendongak. Dengan segala ketakutannya, ia menatap lurus mata ayahnya. Untuk pertama kalinya, Yuna menatap ayahnya dengan tatapan kebencian.

"Ibu bukan perempuan jalang!"

Untuk pertama kalinya juga bagi Yuna, ia meninggikan nada suaranya kepada ayahnya.

"Yuna lelah bertahan hidup bersama ayah. Yuna akan ikut ibu..."

"Kau tidak takut dibuang lagi olehnya?"

"Ibu tidak pernah dan tidak akan membuangku. Ibu menyayangiku. Tidak seperti ayah..."

Tidak. Bukan itu yang ingin Yuna katakan. Yuna sadar ucapannya akan membuat keadaan semakin memburuk. Yuna menggigit bibir bawahnya melihat kilatan amarah dimata itu terlihat jelas. Ayahnya kini terlihat lebih tenang, tapi percayalah, kini emosinya tengah memuncak.

"Dengarkan Ayah," tangan besar itu mengusap pelan kepala Yuna, "Hanya Ayah yang menyayangi Yuna. Jika wanita itu menyayangimu, dia tidak mungkin meninggalkan Yuna," Ayahnya mengusap lembut surainya tapi Yuna merasa ketakutan karenanya.

"Dia tidak akan meninggalkan kita," tambahnya sembari menarik keras rambut hitam Yuna.

"Ayah, sakit..."

Sudut bibir ayahnya terangkat, "Masih mau pergi bersama ibumu?"

Yuna bungkam. Tangannya menahan tangan ayahnya yang masih menggengam kuat rambutnya. Merasa tak mendapat jawaban, tubuh Yuna kini terhempas dari tangan ayahnya, menabrak dinding dibelakangnya.

Terlepas dari tangan ayahnya, Yuna menggunakan kesempatannya untuk kabur. Melupakan segala sakit ditubuhnya setelah ayahnya membanting tubuhnya dengan kasar tadi, ia mencoba bangkit. Berlari cepat melewati ayahnya lalu menuju pintu rumah.

eccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang