last chapter yang super panjaaaaang!
Hari demi hari berlalu. Orang diluar akan melihat tidak adanya perubahan dari diri Seokmin dan Yuna. Karena memang begitu adanya.
Kini Yuna tinggal bersama ibu dan tuan Kim—ayah barunya. Itu pun setelah ayahnya memaksanya untuk pergi. Tidak, Yuna bukan diusir. Ayahnya menepati janjinya untuk tidak menyakiti Yuna dengan menjauh darinya. Yang Yuna tau ayahnya kembali ke kampung halamannya. Untuk menenangkan diri katanya. Ditambah, ia menjalankan terapi untuk mengendalikan emosinya disana.
Mereka masih berhubungan baik. Ayahnya beberapa kali pulang untuk menemuinya serta menemui ibunya. Yuna bahagia. Meski telah berpisah, hubungan kedua orang tuanya tetap baik-baik saja. Ayahnya bahkan sudah mulai akrab dengan ayah barunya.
Kalau Seokmin... Tidak banyak yang berubah darinya. Ia masih disisi ibunya. Masih menyayangi ibundanya.
Yuna melangkahnya kakinya riang. Padahal seharusnya ia berlari mengingat sekolah akan mulai beberapa menit lagi.
Gadis itu tersenyum menemukan wanita paruh baya tengah menyiram tanaman. Dengan dua kotak bekal ditangannya, Yuna menghampiri ibu Seokmin cepat.
Siapa sangka rumah barunya ternyata hanya berjarak enam rumah dari rumah Seokmin?
Ah, baiklah. Orang-orang akan melihat yang berbeda dari mereka. Keduanya semakin tidak terpisahkan sekarang.
"Selamat pagi, Bibi!"
Nyonya Lee balas tersenyum ramah, "Selamat pagi, Yuna!"
"Apa Seokmin sudah berangkat?"
Melihat Ibu Seokmin menggeleng, Yuna menarik sudut bibirnya lebar. Benar dugaannya, Seokmin juga pasti terlambat bangun. Seperti biasa.
"Ah, bibi, Yuna membuat terlalu banyak kimbap tadi, jadi ini untuk bibi!" Yuna menyerahkan satu kotak bekal ditangannya.
"Jangan lupa baca doa sebelum memakannya, bu..." ujar Seokmin, keluar dari garasi dengan sepeda motornya.
Mendengar komentar Seokmin, Yuna mendelik, "Apa maksudmu?!" sungutnya.
Seokmin mengendikkan bahunya, "Tidak ada. Sebelum makan memang harus baca doa, kan?" pemuda itu terkekeh, "Lagipula aku takut kau memberi sesuatu ke dalam makanan itu," lanjut Seokmin yang diikuti Yuna yang bersiap memukulnya dengan tangan kosongnya.
Seokmin sampai bersembunyi dibalik punggung ibunya yang hanya tertawa melihatnya, "Seokmin, kau sudah sarapan?" tanya Ibu Seokmin. Mendapati Seokmin menggeleng, kini pemuda itu malah dapat pukulan dari ibunya.