16: begin

909 192 47
                                    

Dari awal Seokmin memang tidak ingin berharap banyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari awal Seokmin memang tidak ingin berharap banyak. Kalau memang ibunya sudah sadar, ia akan sangat bersyukur karenanya, tapi jika ibunya masih bersikeras menganggap adiknya masih hidup, Seokmin tidak mau memaksa lagi.

Tekadnya sudah bulat. Ia akan terus bersama ibunya. Mau bersandiwara seumur hidupnya pun ia akan jalani. Demi ibunya.

Dan sepertinya Seokmin memang benar-benar harus melakukannya. Lihatlah bagaimana ibunya menyambut kepulangannya dengan hangat. Seolah hari kemarin itu tidak pernah terjadi.

Ingat janjimu, Seokmin.

Seokmin menarik sudut bibirnya perlahan. Jika ibunya bisa bersikap acuh akan masa lalu, ia juga harus bisa.

Makan malam ini juga terlihat biasa. Dengan meja makan yang disuguhi banyak makanan favorit Seokmin buatan ibunya.

"Kenapa ibu masak banyak sekali?" Seokmin membuka suara. Memecah keheningan yang menyesakkan, "Pasti Dino yang minta ya?" tambahnya. Memulai sandiwaranya.

Gerakan sendok itu terhenti. Ibu Seokmin mendongak lalu tersenyum manis, "Ibu merasa kalau hari ini kau pulang, jadi ibu masak banyak."

Seokmin mengangguk paham. Menyelesaikan makan malamnya tanpa menyadari tatapan lurus dari ibunya.

"Soal kemarin, Seokmin minta maaf, bu..." kata Seokmin pelan. Namun Seokmin yakin ibunya yang kini tengah mencuci piring dapat mendengar suaranya dengan jelas.

Mata Seokmin menatap punggung ibunya. Tanpa menoleh, tanpa suara, ibunya mengangguk. Selanjutnya kecanggungan luar biasa menyelimuti keduanya.

"Aku ke kamar dulu, bu..." Seokmin mendorong kursinya, lalu bangkit beranjak dari dapur. Disaat yang sama sebuah tangan menahannya. Tangan ibunya menahannya.

"Ibu minta maaf."

Mendengar kata maaf dari ibunya, dengan cepat Seokmin menoleh. Menatap ibundanya yang menundukkan kepalanya dalam-dalam. Lidah Seokmin mendadak kelu. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Lagipula apa alasan ibunya meminta maaf?

"Ibu tidak membuat kesalahan. Kenapa ibu minta maaf..."

Wanita itu mendongak. Mata Seokmin sukses membulat mengetahui ibunya menangis tertahan. Lagi-lagi kedua mata itu basah karena dirinya.

Seokmin merasa pegangan tangan ibunya pada lengannya mengerat, "Ibu pasti menyulitkanmu selama ini..."

"T-tidak sama sekali bu..."

Tubuh wanita itu hampir jatuh tersungkur di lantai jika Seokmin tidak menahan kedua lengannya.

"Ibu janji akan melupakan Dino. Ibu tidak akan mengungkitnya lagi..."

eccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang