(SURAT DARI HASAN)
Teruntuk murid kesayanganku, Irrana.
Pukul berapa kamu membaca ini? Apakah saya harus mengucapkan selamat malam, selamat pagi, selamat sore, atau selamat menjalani hari-hari tanpa saya?
Dulu kamu pernah bilang, kalau nggak boleh ada laki-laki yang meninggalkanmu lagi, setelah kepergian bapak, termasuk saya.
Kamu ingat? Waktu itu saya bilang apa?
Saya bilang iya
Saya bilang janji
Tapi Irrana, saat itu, saya sedang berpikir bagaimana cara menenangkan hatimu. Kalau sekarang wajah ini tak bisa lagi kamu temukan di ruangan saya, itu bukan berarti saya meninggalkan kamu.
Saya nggak pernah pergi.
Saya nggak pernah melarikan diri.
Saya memilih jalan ini karena saya ingin kamu hidup lebih baik lagi.
Saya masih bisa menemukan pekerjaan yang lain, sedangkan kamu? Kamu sudah di ujung tanduk kelas 3, jangan ceroboh! Saya nggak mau kamu kehilangan masa depanmu karena saya. Jadi, biar saya saja yang pergi.
Saya nggak pernah takut dengan ibumu. Saya hanya menghargainya. Jika dia membenci saya karena takut nasibmu sama seperti nasibnya, saya mengerti.
Irrana...
Cinta yang baik tidak pernah menyakiti cinta yang lain.
Ada perjanjian yang harus saya tepati, dan inilah puncaknya. Beberapa minggu ke belakang saya sudah berpikir untuk resign. Guru Honor seperti saya rasanya nggak begitu terikat dengan prosedur sehingga memakan proses yang lama untuk mengundurkan diri. Tapi saya berpikir lagi Ira. Saya berpikir lagi, apakah benar saya akan meninggalkan kamu?
Ternyata jawabannya benar.
Saya harus mengucapkan banyak terima kasih pada seseorang. Inilah cara saya berterima kasih padanya, yaitu dengan cara meninggalkanmu.
Nanti, kamu akan memahaminya sendiri tanpa harus bertanya apa maksud surat ini.
Firasat seorang ibu tak pernah meleset. Saya memang bukan lelaki yang baik.
Ra, kamu melampaui alam sadar saya. Kamu membuat saya percaya bahwa ada kenyataan yang melampaui imajinasi. Saya tidak pernah berbohong, saya benar tulus mencintaimu, tapi perihal menikahimu, itu mungkin yang bisa kau anggap omong kosong.
Ra, jangan cari saya lagi. Mudah-mudahan kamu mempunyai pikiran yang sama dengan saya, kita tidak perlu saling menghubungi satu sama lain lagi.
Ra, sekali lagi saya minta maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Wanita Kedua [SUDAH TERBIT]
Romance"Celakanya kita tidak bisa berencana kepada siapa kita harus jatuh cinta."