#26

3.3K 138 0
                                    


Tiadanya Markho dalam hidup Ayuni berbuah panjang menyerang kesehatan ibunya. Ternyata cinta bisa membuat seseorang menjadi begitu kenak-kanakan. Ayuni bolos kuliah berhari-hari, dia bahkan nekat nggak ikut ospek demi mengejar Markho ke Bandung. Bapak berulang kali menelponku tapi baru kutahu malam harinya. Sebab siangnya aku juga sibuk ospek di sini dan benar-benar nggak ada izin untuk main hp.

"Ra, pasti kamu tahu kan Ayuni kenapa. Bapak nggak ngerti kenapa dia segitunya ngejar Markho." keluh bapak di telepon. Aku baru selesai mandi. Shilla ada di sampingku. Lagi main laptop.

"Ngejar gimana?" aku berusaha menutup telinga dari banyaknya fakta yang kuketahui mengenai penyebab mengapa Markho meninggalkan Ayuni. Tapi nggak mungkin aku katakan.

"Dari dulu kan mereka LDR. Markho kuliah di Bandung, kan?"

"Iya, Pak." aku naik ke kasurku.

"Dulu Ayuni biasa aja tuh jauh dari Markho. Tapi sekarang-sekarang ini dia bilangnya rindu terus sampai nekat gitu dateng ke Bandung langsung."

"Rindu sama pacar wajar kan, Pak?"

"Wajar apanya Ra? Kalau sampai nekat datang ke tempat lelakinya begitu kan nggak pantas. Bapak juga nggak tahu Markho dan keluarganya itu gimana. Kalau Ayuni dibawa kemana mana sama si Markho itu gimana?" bapak marah-marah di telepon. Sibuk menyalahkan dirinya yang katanya nggak becus jadi ayah, terlalu memfasilitasi segalanya untuk Ayuni.

Sampai akhirnya aku mendengar bapak menangis.

"Harusnya bapak adil sama kalian."

"Pak?"

"Maafin bapak ya Ra."

"Apaan, sih, Pak."

"Hp nya Ayuni nggak aktif, Ra. Kalau dia hubungi kamu tolong bilangin suruh dia pulang ya. Bapak khawatir sekali. Mamahnya sampai sakit ini. Kamu juga tahu kan ibunya Ayuni itu gampang banget pingsan. Bantu bapak ya, Ra."

Setelah selesai bicara dengan bapak. Aku menelfon Ayuni menggunakan nomor dia yang satu lagi. Nomor khusus aku dan Markho juga dia yang tahu.

"Kamu dimana sih?"

"Gue pengen ke Semarang, Ra ... "

"Gila! Ngapain?"

"Ketemu elo!"

"Ga! Ga bisa! Aku di sini bukan liburan!"

"Atau lo pulang!"

"Kenapa sih?"

"Ra ... "

"Kamu dimana?"

Kemudian setelah itu cuma air mata yang mewakili suara Ayuni.

"Gue mau ke Semarang!"

"Terserah! Aku udah nggak mau ngurus! Mamahmu sakit Yu! Pulang, deh!"

Tut!

"Perlu gue pesenin makan, nggak?" Shilla duduk di sampingku setelah telepon terputus.

"Nggak usah!"

"Kecut banget muka lo."

"Mumpung gerbang kos masih buka nih. Gue mau keluar."

Aku diam sejenak.

"Nggak laper!"

"Nggak laper atau nggak mood? Malem malem laper rasain ya! Kita nggak punya bahan apapun loh di kulkas."

"Gue minta Mbak Vivi aja."

"Yakin dikasih? Emang lo berani?"

"Yaudalah beli sana. Apa aja. Yang enak dimakan."

Bukan Wanita Kedua [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang