Chapter 27 - Closer

81 16 0
                                    

Sejak saat itu, Nuansa mengunjungi Lazuardi di rumah sakit secara rutin. Mereka tertawa bersama, berbagi cerita dan terkadang Nuansa menyenandungkan sebuah lagu. Keadaan Lazuardi nggak ada perubahan sama sekali, malah menunjukkan kemunduran. Dia sering kali lelah atau tertidur selama berjam-jam. Di saat keadaan itu terjadi, Nuansa hanya bisa menyanyi dan terkadang ditemani petikan gitar dari Banyu.

Sedangkan kondisi Dimas. Cowok bertubuh bongsor itu baru boleh pulang setelah dua minggu menginap di rumah sakit. Masa pemulihan yang membutuhkan waktu berbulan-bulan membuatnya seperti anak kecil. Setiap hari merengek karena nggak bisa melakukan segala sesuatu dengan leluasa. Dia juga terpaksa nggak masuk sekolah selama satu bulan untuk masa pemulihan. Keluarga Nuansa bersyukur karena Dimas bisa pulih dengan cepat.

Jam pulang sekolah. Nuansa lebih memilih pergi ke rumah sakit ketimbang berlama-lama di sekolah. Dia juga sudah meminta izin kepada orangtuanya untuk menemani teman dekatnya yang sakit parah. Seperti biasa, orangtua Nuansa nggak pernah melarang apa pun selama itu positif. Lagi pula, mereka nggak mempersalahkan nilai sekolah asal anaknya bisa lulus dengan mudah. Ini adalah tahun ketiga Nuansa duduk di bangku SMA. Di awal Desember akan diadakan ulangan akhir semester setelah itu libur panjag menanti.

Nuansa membuka pintu ruang rawat inap Lazuardi dengan napas yang terengah. Senyumnya mengembang lebar saat melihat Lazuardi duduk di atas kursi roda.

"Kok udah pulang?" tanya Lazuardi keheranan.

Nuansa mengedikkan bahu kemudian meletakkan tas di sofa.

"Kamu nggak ikut bimbel?"

"Ikut dong."

"Terus?"

"Kan, bimbelnya sama kamu."

Lazuardi terbahak mendengarnya. "Lagi ngerayu?"

Nuansa menggeleng. Dia mengeluarkan beberapa buku dari tas kemudian duduk di sofa dengan meletakkan buku-buku itu di pangkuan. "Ini buktinya." Dia menepuk tumpukan buku.

Lazuardi menghela napas panjang. "Di saat aku nggak sekolah tetep aja ada yang ngerusuh."

"Siapa yang ngerusuh?" Suara Tante Mira menyeruak masuk. Mereka berdua menatap wanita itu. "Eh, ada Nuansa." Dia mencium pipi kanan dan kiri Nuansa. "Tante dong, yang ngerusuh?"

"Enggak kok, Tante," ujar Nuansa dengan tawa menderai.

Wanita itu membawa beberapa baju bersih di tangan. "Lanjutin aja. Tante cuma mau rapiin baju-baju Ardi. Nanti Tante beliin kue, ya. Kamu mau kue apa?"

"Nggak usah Tante. Nuansa tadi udah makan di kantin sebelum cabut dari bimbel."

Lazuardi berdecih. "Cabut bimbel bangga." Mulut Nuans mencebik

"Lho, kenapa? Nggak rugi? Itu udah program sekolah, 'kan?"

Nuansa tersenyum lima jari. "Kan, udah ada mentor pribadinya, Tante." Mata Nuansa melirik ke arah Lazuardi.

"Oh ... begitu. Jadi dobel-dobel sekalian, ya. Pacaran sama belajar?"

"Mama.... "

Tante Mira terkekeh mendengar rengekan anaknya. "Iya-iya. Mama cuman bentar kok. Nggak ganggu orang pacaran."

"Mama.... "

Tante Mira terkekeh lagi kemudian melanjutkan tujuannya semula. Lazuardi mendorong kursi roda mendekati Nuansa. Cewek itu sedang membuka-buka buku untuk mencari materi yang akan ditanyakan. Mereka mulai hanyut dalam pembicaraan serius. Lazuardi menunjukkan poin-poin penting yang harus dihafal, sedangkan Nuansa hanya menggut-manggut. Nggak jarang juga Lazuardi kesal karena otak Nuansa yang berputar begitu lambat. Dia harus menerangkan berkali-kali supaya cewek itu paham.

Nuansa Biru (SMA Trimurti Series) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang