Chapter 4 - Cowok Paling Sok

139 23 0
                                    

Selembar kertas berisi ketikan disodorkan di hadapan Nuansa sewaktu dia keluar dari lahan parkir sekolah. Mata Nuansa berputar ke atas untuk menatap Puguh.

"Nih, hasil rapat kemarin."

Tanpa banyak bicara, Nuansa meraih kasar lembaran kertas itu. Sebuah tulisan I Will Fly milik Ten 2 Five beserta liriknya tercetak rapi di lembaran itu. Puguh memang ketua dan teman yang paling mengerti dirinya, nggak salah kalau semua anggota memilih Puguh sebagai pemimpin. Coba bayangkan kalau Banyu sebagai ketua band mereka, ah... Nuansa pasti langsung didepak dari grup.

"Lo tahu, kan, lagu ini?"

Nuansa mengangguk dan mulai melangkah menuju koridor sekolah yang berada di sebelah kanan parkiran motor. Meskipun lagu itu launching di saat Nuansa belum jadi benih, bukan berarti dia nggak tahu lagu itu. Lagu-lagu lawas yang melegenda nggak akan terlupakan, walaupun waktu berputar jauh.

"Tumben lo jadi pendiem?"

Nuansa melirik sinis.

"Sariawan?"

"Terus kalo gue sariawan, elo mau nyipok gue biar sariawannya ilang?"

Puguh langsung menjauh beberapa meter sambil memasang wajah jijik. "Jijik banget! Najis! Sekali pun di dunia ini hanya ada satu perempuan dan itu elo, gue mending milih nyebur sumur daripada harus sama lo!"

"Sialan lo! Gue.... " Perkataan Nuansa terhenti saat mengingat kata jijik. Tiba-tiba mata Nuansa menyipit sambil memangkas jarak antara mereka.

Puguh menyilangkan tangan di depan dada, seperti melindungi tubuhnya dari serangan Nuansa. "Lo-lo mau apa?"

"Jawab jujur, ya. Elo yang ngasih nomor gue ke Lazuardi, 'kan?"

Kini dahi Puguh berkerut. "Lazuardi anak yang selalu peringkat satu, meskipun jarang masuk itu?"

Nuansa mengangguk dan masih dalam posisi yang sama.

Puguh mencebikkan mulutnya. "Kurang kerjaan tahu, nggak! Ya kali gue nawarin nomor lo ke dia, nggak penting!"

Sebelum Nuansa membuka mulut, Puguh langsung mengambil langkah seribu. "Dasar rese'! Awas lo ya ketahuan boong, gue jadiin babi guling!"

Semua anak yang ada di koridor sekolah langsung mengalihkan perhatian ke Nuansa. Untuk sesaat, mereka terdiam kemudian kembali dengan kesibukan masing-masing. Mereka sudah terbiasa mendengar Nuansa memaki dengan menggunakan nama-nama hewan. Jadi, nggak ada satu teman pun yang menegur perbuatannya karena hanya akan buang-buang tenaga.

Nuansa melanjutkan langkah melewati koridor, di antara teman-teman yang masih berada di luar kelas. Lima belas menit sebelum jam masuk sekolah, koridor terlihat ramai dengan siswa. Kelas XII IPS terletak di lantai dua. Untuk menuju tangga, para siswa harus melewati ruang terbuka di bagian tengah gedung yang membentuk persegi itu. Di bagian tengah ruang terbuka itu terdapat tanaman hias dengan air mancur kecil yang semakin memperindah tampilan jika dilihat dari atas.

Di atas balkon tepat di birai yang mengitari ruang terbuka itu, manik Lazuardi mengikuti langkah cewek berambut sebahu itu lamat-lamat. Sebuah embusan napas kasar sempat mencuat saat cewek itu berteriak kasar kepada temannya. Sungguh bukan seorang perempuan yang penuh dengan kelembutan, berbanding terbalik dengan suara merdu yang ia miliki.

Kini matanya berpindah ke ujung anak tangga untuk menunggu sosok itu muncul. Senyum samar tersungging kala melihat cewek itu sibuk dengan kertas yang berada di genggaman.

"Gue harap nilai bahasa Indonesia lo nggak begitu buruk."

Langkah Nuansa langsung terhenti kemudian mendongakkan kepala. Dia menangkap sosok Lazuardi yang sedang bersandar di birai depan kelas.

Nuansa Biru (SMA Trimurti Series) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang