Tidak suka

2.3K 132 2
                                    

Pak Aslin terlihat cemas ketika melihat Janet yang berbaring lemah di tempat tidur rumah sakit.

"Nak.. kenapa hal ini bisa terjadi?"

"Hmm.. ayah semua sudah terjadi. Saya tidak bisa menghidar jika ini sudah menjadi takdirku." balas Janet seraya tersenyum sendu.

Pak Aslin jadi ikutan tersenyum sendu. Kedua orang itu berbincang dengan pelan. Mereka belum mengetahui bahwa Haris sedari tadi menunggu di luar belum masuk karena menurut lelaki itu ayah Janetlah yang perlu duluan berkunjung.

Setengah jam Haris menunggu, ayahnya Janet keluar dari kamar Janet melihat Haris duluan.

"Apa yang kamu lakukan di sini nak? Kamu anak pak Prayitno?" suara pak Aslin agak tidak bersahabat pada Haris.

"Iya.. " balas Haris pelan.

Pak Aslin memang tidak terlalu suka dengan Haris karena lelaki itu seorang polisi. Seorang polisi yang terlihat mau mendekati anaknya, ia merasa profesi Haris terlalu berbahaya bagi kehidupan putrinya. Ia tidak masalah dengan pribadi Haris, hanya dengan profesi lelaki itu saja.

Pak Aslin tahu bahwa Haris mempunyai perusahaan lebih dari satu, tetapi lelaki ini tidak mau mengambil alih perusahaannya sendiri. Sungguh di sayangkan pikirnya.

"Pak, apa aku boleh melihat Janet?"

Pak Aslin berpikir sejenak lalu menganggukkan kepalanya pelan.

"Terima kasih pak, aku akan bertemu sebentar saja. Aku hanya ingin meminta sedikit informasi kenapa kecelakaan ini terjadi. Aku sudah meminta bantuan pada Satlantas untuk menyelidiki mobil Janet." tutur Haris pelan tapi tegas.

"Baiklah, silahkan menjenguk Janet." ujar pak Aslin pelan.

Haris masuk ke ruangan tempat Janet berbaring. Wanita itu memejamkan matanya. Haris mendekati Janet, hatinya berdenyut nyeri.

"Princess..?"

Mata Janet terbuka. Ia menatap wajah yang terakhir kalinya ia pikirkan ketika akan terbuai dalam pingsan setelah mobil truk besar menabrak mobilnya dari belakang.

"Akang Haris.. ?" desah Janet dengan sedih.

Haris seolah mau terjatuh mendengar suara sedih Janet itu yang memanggil namanya dirinya seperti melantunkan doa.

Haris bergegas duduk di kursi yang terletak di samping kiri Janet.

"Hai..?" suara Haris serak menyapa Janet.

Janet tersenyum bingung. Lelaki disampingnya ini terlihat agak kusut. Tiba-tiba mata Janet sudah berkaca-kaca. Perasaannya campur aduk.

"Shhh.. Princess.. Don't cry.. " ujar Haris parau.

Ehh.. Janet malah menangis tersedu-sedu. Haris tanpa basa-basi langsung berdiri dan menarik bahu Janet untuk menenangkan wanita itu.

Janet menerima uluran lengan yang kuat memeluk dirinya. Ia menumpahkan semuanya di dada kekar lelaki itu. Ia tidak peduli di angkap wanita genit lagi. Ia hanya ingin berbagi rasa takut karena habis kecelakaan.

"Akang.. mobil truk itu.. dia.. dia... " Janet tergagap sambil menangis mau menjelaskan pada Haris.

"Shh.. tenanglah dulu princess.." gumam Haris di dekat telinga Janet. Lalu, Haris mendonggakkan wajah cantik tirus milik Janet itu dan menghapus semua air mata yang tumpah.

Janet menarik baju kaos Haris dan menghembuskan hidungnya di sana. Haris shock bercampur takjub, lalu akhirnya terkekeh pelan karena Janet ternyata agak 'unik' ketika tidak mendapatkan tisu untuk membersihkan hidungnya.

CATCH ME, MR. POLICE! {Geng Rempong : 5}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang