Sidang

2.7K 151 0
                                    

Haris bekerja sudah lebih dari sebulan dan sekarang masih menyesuaikan dirinya karena team di Bogor masih belum terbiasa menghadapi dirinya yang berwajah datar dan dingin. Ia bahkan mendengar selitingan bahwa dirinya pindah karena permintaan pribadi kepada Kapolres langsung.

Hmm.. ia tidak pernah mau minta pindah ke Bogor, hanya surat tugas dari pusat saja yang meminta dirinya mengganti pak Ahmad Syafii selaku AKP Sat Reskrim sebelumnya. Ia tidak terlalu peduli dengan anggapan orang lain. Ia disini hanya untuk bekerja mengabdi kepada negara.

Haris juga mendapatkan omongan dalam bentuk sindiran tapi tidak kasar, hanya celetukan di kala makan siang seperti yang terjadi sekarang.

"Ris, kamu ini masih muda, uang banyak, jabatan oke, wajah tampan. Apa lagi Ris yang mau di perjuangkan. Dengar-dengar ayah kamu itu pengusaha sukses ya di Bogor?" suara AKP Mahmud bagian Sat Narkoba terdengar menyelidik.

Haris hanya tersenyum masam saja. Ia tidak mengometari omongan itu.

"Iya nih bro Haris, uang sudah segudang lagi, saya dengar mah bro Haris ini punya perusahaan sendiri yang di kelola orang lain." kali ini dari bagian INTEL yang ikutan nimbrung.

Haris menjawab dengan nada jelas.

"Itu mah untuk menciptakan lapangan pekerajaan bagi orang banyak. Kakekku meninggalkan perusahan itu untuk di lanjutkan saja."

Semua ber'oo' ria. Haris sih tidak tersinggung dengan ucapan nyinyir atau menyelidik. Itu semua milikny dengan legal. Tidak ada orang yang bisa menggugatnya.

***

Janet datang ke sidang lagi. Ia sudah memberikan saksi bahwa, rekan kerjanya itu mengatakan bahwa perusahannya telah menipu dengan mengirikan orderan tidak sesuai dengan permintaan. Janet juga membeberkan bukti bahwa ada semua kwitansi berserta nota lengkap dengan detail barang apa saja yang di kirim.

Rekan kerjanya ini dari perusahaan penyalur yang mengatakan bahwa barang yang tiba tidak sesuai dengan permintaan dengan membeberkan bukti dari hitungan barang yang masuk.

Disinilah letak janggalnya, Janet yakin staffnya sudah mengirim sesuai dengan permintaan. Sedangkan, rekannya ini yakin juga staffnya menerima barang di hitung terlebi dahulu.

Janet geram, otaknya berputar dengan sangat keras. Ia bisa saja berbicara langsung kepada pak jaksa dan pak hakim bahwa mungkin saja staff rekannya ini yang berbohong. Tapi, ia tidak bisa bicara sembarangan tanpa bukti. Ia juga bisa di serang balik dengan tuduhan yang sama.

Staff Janet yang mengurus barang dan mengirim orderan sudah bersanksi bahwa mereka melakukan tugas sesuai dengan SOP yang berlaku di perusahaan Janet. Mereka juga mau di cek memakai tes kebohongan atau pun melalui kamera di ruagan mereka jika mereka berbuat curang.

"Aduh pak hakim, kami mencari rezeki halal saja. Tidak mau dengan cara yang instan, nanti cepat terbakar dalam neraka." tutur salah satu sopir pengantar barang di perusahaan Janet. Ucapan itu membuat suasana ricuh.

Hakim mengetuk palu dan menyatakan sidang di tunda sampai ada bukti lagi.

***

Janet berjalan lunglai menuju mobilnya. Ia tadi tegar di depan rombongan penantang kasusnya ini. Sekarang, bahunya seolah tidak bisa menahan beban lagi, ia mengambil kaca mata hitam agar orang tidak bisa membaca ekspresi dari matanya itu.

Janet mau masuk ke dalam mobil ketika suara datar seorang lelaki memanggil dengan sebutan 'princess'. Well, cuma satu orang yang memanggil dirinya seperti itu.

Janet menoleh dan melihat lelaki itu ternyata sudah berada dibelakang mobilnya, berdiri dengan berkacak pinggang. Lelaki itu memakai seragam tugasnya dengan rapi sehingga para wanita yang lewat menoleh ke arah lelaki keren tersebut.

CATCH ME, MR. POLICE! {Geng Rempong : 5}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang