Marah

2.6K 142 0
                                    

Hari Minggu.

Haris latihan di ruangan gym,  Syarif datang dan langsung mencari Haris yang kata mbok Susi berada di gym.

Syarif datang karena istrinya sudah khawatir lagi kakaknya itu depresi. Syarif sangat mengerti akan hal itu. Ia ingin kakak iparnya bersikap sedikit hangat pada Amel ataupun dirinya. Semenjak tidak ada lagi Janet, lelaki itu semakin tak terusik dalam hal hati. Tidak ada lagi orang yang bisa membuat Haris tertawa ataupun tersenyum. Atau boro-boro untuk kedua hal itu. Bicara saja sangat dingin.

"Bro..?"

Syarif mendekati Haris yang sedang latihan tinju.

Haris diam saja sambil terus meninju samsak.

"Bro..?!" Syarif sedikit kuat memanggil Haris.

Haris menoleh pada Syarif, matanya terlihat sangat marah. Haris mengambil sarung tinju dan melemparkan kepada Syarif.

"Pakai itu Rif, dan bersiaplah untuk menerima pukulan." ujar Haris dingin sambil menunggu Syarif memakai sarung tinju.

Syarif memakai sarung itu dengan cepat. Ia akan melandeni Haris jika bisa membuat lelaki itu lebih bernyawa.

Keduanya lalu terlibat baku hantam yang selayaknya orang berkelahi. Haris meluapkan semuanya pada Syarif.

Syarif menerima serangan Haris yang dahsyat itu. Seolah lelaki itu adalah gunung yang meledak dan memuntahkan laharnya.

Haris puas memukuli Syarif.  Adik iparnya itu ngos-ngosan karena kewalahan dengan sikap dirinya yang seperti kesetanan itu.

"Bro.. stop.. jangan memukuli wajahku terus.. " ujar Syarif ketika Haris mau melepaskan pukulan ke arah wajahnya.

Haris stop. Ia melihat wajah Syarif yang sudah mulai memar karena bekas tinjunya. Wajahnya juga perih dan tidak karuan karena tinjuan Syarif.

"Kamu ini Rif.. sebegitu saja mau stop.."  ujar Haris dengan pelan.

Syarif langsung terkejut mendengar nada agak lembut dari Haris itu, ia menatap kakak iparnya dengan lebih teliti. Apa Haris sudah sembuh total? pikir Syarif senang.

Haris juga terkejut dengan sikap dirinya ini. Apa karena energi negatif dalam dirinya sudah keluar semua atau ada sesuatu yang terjadi. Kenapa jantung berdebar-debar dengan sangat kencang. Ia tahu bahwa ia sedang bertinju, tapi debaran ini berbeda.

Haris dan Syarif mendengar suara gaduh di lantai bawah,  Amel berteriak kencang memanggil suaminya membuat Syarif melesat cepat dan tentu saja Haris ikutan berlari.

Syarif melonggo melihat di ruang keluarga ada seorang wanita dengan perut yang terlihat membuncit sedikit berdiri dengan wajah pucat dan mata yang sangat sedih sekali. Mata wanita itu mengeluarkan air mata dalam diam melihat ke arah atas mencari sosok seseorang.

Haris menabrak Syarif yang berhenti di ujung tangga atas, ia ikutan melihat ke arah pandangan Syarif dan kakinya seketika gemetaran.

"No.. ini pasti mimpi.. Syarif.. itu tidak mungkin..?"

Haris hampir terjatuh di tangga ketika mau melihat lebih jelas mimpinya itu. Ia turun melewati Syarif yang terbenggong.

"Iya.. kamu memang sangat mirip dengan istriku."

"Tapi, istriku itu langsing tidak perutnya terlihat punya lemak seperti itu."

"Dan,wajah istriku itu tirus cantik, kamu tirus pucat dan kurang tidur."

"Princessku itu.. dia... dia.. "

Haris tidak bisa melanjutkan lagi kata-katanya ketika sudah sampai di depan wanita yang mirip dengan istrinya.

CATCH ME, MR. POLICE! {Geng Rempong : 5}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang