Part: 6

396 33 0
                                        

Aku ingin mempercayainya, dia baik meskipun perhatian dengan cara yang aneh. Kebiasanku ketika berada di rumah adalah memangkas ranting mawar dan sekedar membersihkan kamar tidur sendiri. Aku tidak mengerjakan hal lain karena Lauren, pembantu kami selalu datang sehari sekali. Kakakku tidak menyewa pembantu rumah yang bisa tinggal 24 jam di rumah, dia membayar Lauren sebagai jasa panggilan pagi dan sore tanpa tempat tinggal. Lauren biasanya akan datang agak siang dan Kakakku memaklumi dengan sangat itu semua. Dia memasak sendiri, terkadang membersihkan ruang tamu hingga membersihkan kebun seperti yang kadang-kadang kulakukan sendiri. Dia melakukan semuanya.

Lalu Lauren hanya mengerjakan sisa yang tidak dia kerjakan. Dan aku tidak mengerjakan apapun karena menyisakan pekerjaan untuk Lauren, agar dia tidak merasa makan gaji buta dari Kakakku.

Hari ini aku mendapat jemputan dari Jennie seperti biasa, lalu kami harus pulang agak malam karena membuat kliping koran tentang pembunuhan terencana dengan kode-kode rumit yang harus di pecahkan. Aku tidak tau kenapa Dosen Killer Adofl memberikan tugas seperti itu namun kau tau kami harus berkeliling stasiun kereta api bawah tanah demi mencari koran-koran keluaran minggu yang lalu, dan memangkas semua kasus pembunuhan untuk di tempelkan kembali di kertas kosong.

Tugas itu membuat kami benar-benar telat sampai rumah hingga matahari telah tenggelam dan jalanan telah padat dengan mobil-mobil yang menyalakan lampu depan juga bar penuh lampu neon yang membuat pusing jika menabrak mata terlalu lama.

Aku sampai di pintu dengan kaki menyeret lelah. Kesalahanku karena tidak mengijinkan Jennie mengantar hingga ke pagar, aku takut Kakakku akan bangun dan melempariku dengan berbagai pertanyaan penuh intimidasi seperti biasa ketika aku pulang terlalu larut.

Rumah juga terlalu sepi saat pintu kubuka. Terkunci namun tidak susah untukku karena aku punya 2 kunci cadangan sekaligus, depan dan belakang. Dan malam ini aku memilih pintu belakang karena takut ketahuan. Kakiku masuk dengan langkah pelan, penutup pintu kembali, melewati ruang tamu, dapur hingga atas tangga. Tidak ada keberadaan Kakakku masih terjaga, mungkin dia sudah tidur di kamarnya atau bisa jadi kelayapan dengan Dona pacar hot nya itu atau si gadis pemalu pemberontak yang kupikir akan menjadi targetnya hari ini.

Aku berhasil naik tangga, targetku hanya kamar tidur milikku yang letakkan bisa dijangkau 10 langkah dari sini. Aku berharap memang aku tiba disana tanpa halangan atau apapun yang bisa membuatku melupakannya begitu saja. Aku salah, kakiku berhenti sekarang, seperti di tekan mendadak saat telingaku menangkap suara desahan di ujung kamar pojok kiri.

Bukan, bukan desahan, namun ini sesuatu yang berbeda. Seperti suara tenggorokan yang tersekat dan orang yang sekarat.

Dengan pelan aku memberanikan diri mendekat. Sejenak terdiam namun terakhir menempelkan telinga di pintu berukir Dadu yang mengeluarkan suara dari dalam. Napasku tidak bersuara, suara sekarat yang memecah botol dan meminta tolong dengan lirih terdengar miris. Aku menelan ludah.

"Tolong..."

Mataku melebar, pintu tak terkunci kudorong paksa dan berhenti.

Aku melihat Kakakku sedang menusukkan pisau tajam ke perut wanita berambut blonde dengan dalam. Darah menetes hingga lantai, mataku ngeri menatap tangan Kakakku yang memerah karena darah dan wanita itu yang kini terjatuh ke lantai saat tangannya menarik pisau dari perut. Membuat hatiku berteriak ngilu.

"Kau.." Aku mundur refleks. Wajah tadi pagi yang penuh tawa itu sekarang berubah horror di mata. Dia terlihat seperti patung mati yang pucat, berusaha meraihku yang menepiskan tangannya kasar.

"Selena, dengarkanku dulu.."

Aku tidak sempat mendengar kata apapun lagi dari mulutnya, juga wanita yang kupikir sudah mati karena kakiku lebih dulu berlari keluar dengan ketakutan dan mati rasa. Ingin mencari pelindung, seperti pemukul bisbol yang kuingat kuletakkan di samping tempat tidur kemaren malam. Suara sepatu memekakkan telinga di koridor. Aku berlari, benar-benar berlari dengan sungguh-sungguh seolah kematian sedang mengejar dan menjerat paksa di belakang. Benar, aku memang akan mati jika terlambat satu detik saja meraihnya.

MY BROTHER IS PSYCHOPATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang