Aku pernah membaca sebuah kisah tentang seorang gadis yang mengikuti pujaan hatinya diam-diam hingga ke belahan dunia selama bertahun-tahun. Kisah yang berakhir happy ending karena si gadis mendapatkan balasan cinta sang pangeran setelah sekian lama. Namun dalam kisahku akan berbeda, mungkin juga berbalikan seperti kisah buku yang kupeluk setiap malam menjelang malam ketika tidur itu.Mungkin Kisahku akan mengambang dan berjalan pada haluan tak jelas. Alur yang rumit namun membosankan. Seperti cerita negeri asing yang di bisikkan di telinga menjelang malam pada gadis-gadis kesepian yang tidak punya Orang Tua. Simon Kakakku, teman kecilku, dan cinta pertamaku kini melupakan semua kenangan kami. Bahkan adegan yang tidak seharusnya ada, kecurigaan pembawa petaka hingga nama sang Adik yang mencintainya.
Setelah kami bertemu lagi di jembatan Brooklin, aku benar-benar datang ke rumahnya meskipun mengendap-ngendap dan membiarkan orang lewat melihatku dengan heran karena tingkahku yang terlihat mencurigakan. Setiap hari aku mengintip Rumahnya di Manhattan, rumah beratap biru dengan tema Scandavia dan metal pada tiap sisinya. Rumah Kakakku bukan rumah seperti istana yang ditinggalkan untukku, tapi sejenis rumah berlantai 2 yang bisa menggambarkan sesosok lajang dengan jiwa muda di dalamnya.
Rumah yang tidak menggambarkan karakternya yang aneh seperti dulu-dulu. Seakan pemilik rumah adalah 2 orang yang berbeda. Simon penggemar warna gelap beralih menjadi Simon penggemar berat warna cerah. Bahkan dekorasi gorden, warna pagar, hingga pakaian sehari-hari yang di gunakan mencolok dengan warna segar.
Dia berubah 180 derjat.
Lalu hari ini dia menggunakan jaket merah dengan kaos putih di dalamnya. Sepatu sport putih juga aerphone di telinga seperti hari-hari sebelumnya. Setiap hari dia akan keluar pagar dan melewati gang menuju Toko roti di penghujung jalan. Kurasa dia bukan pemiliknya, hanya sekedar nongkrong untuk menghabiskan waktu.
Kakakku akan berkutat dengan laptop dan menghabiskan beberapa cangkir Caramel Machiato bersama roti tanpa isi. Aku tidak tau pekerjaannya sekarang, namun gadis berkepang 2 penjaga toko membuatku cemburu setengah mati. Setiap hari gadis berkulit seputih susu itu membawanya roti berulang-ulang dan duduk disampingnya, melihat laptop yang sedang di kotak-katik Kakakku.
Membuat darahku berdesir dengan cepat tatkala tatapan mereka beradu sesekali. Itu sakit, tapi lebih sakit jika tidak bisa melihatnya lagi.
Lalu di hari selanjutnya dia akan membuka kotak berisi buah Mangga yang di impor dan memotong untuk di makan sendirian di toko, sesekali gadis berkepang ikut memakannya seakan itu memang sudah biasa mereka lakukan. Dan Kakakku akan tertawa karena wajah gadis itu belepotan saat memakan buah.
Tau bagaimana rasanya? Tidak sanggup kujelaskan.
Yang pasti, gadis itu lebih baik juga lebih cantik dariku, dengan wajah manis dan kesan polos pada senyumnya. Dia terlihat seperti diriku yang lain disana, menggantikan posisi yang seharusnya kutempati.
“Yang warna gelap ini terlihat lucu untuk di koleksi sepertinya Will.”
Will? Benar, namanya William sekarang. Dengan marga Young di belakang . Will dan Simon adalah dua karakter yang berbeda dalam satu raga. Simon pemilik sifat dingin dan aneh, sementara Will adalah karakter murah senyum dan cerah, secerah musim semi sesudah salju turun.
Saat tanganku membuka pintu Toko, suara mereka berbicara terdengar jelas di telinga. Hari ini seperti hariku yang lain, aku menggunakan jaket bertopi bulu yang menutup hampir semua rambut hitam yang tergerai.
Ini penghujung musim gugur, di luar hujan, memaksaku masuk kesini.
“Yakin? Bukankah warna cerah lebih baik?
![](https://img.wattpad.com/cover/157208075-288-k842112.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER IS PSYCHOPATH
Mystery / ThrillerSelena Morry, menemukan kecurigaan aneh terhadap kakak tirinya Simon abigail, si playboy dingin yang handal. Ketika satu persatu wanita yang dibawa pulang kakaknya menghilang entah kemana dan bercak darah di dinding seperti orang terseret membuat Se...