Setelah pesta malam itu aku hampir setiap hari kembali datang ke toko Angel. Nick tiap hari ada disisi Kakakku dan itu membuatku tidak merasa aman.
Nyawa Kakakku terancam!
"Selena..Kurasa tanganmu cocok untuk membungkus roti." Aku tersentak dari lamunan panjang. Kakakku yang berada di tempat pamanggangan tertawa karena berhasil membuat tubuhku hampir bangun refleks dengan sendirinya.
"Tentu saja bisa." Aku mendekat, mengambil sarung tangan di atas meja. Angela sedang melayani pembeli, seperti biasa orang2 yang datang dengan muka masam bisa langsung ceria saat melihat wajahnya.
"Ini pembungkusnya., Nona." Kakakku menyerahkan. Aku menyambut dengan senyum kikuk.
"Terima kasih" ujarku.
Dia tertawa. Taplon penampung roti hampir jatuh dari tangan.
"Selalu begitu. Terlalu formal." Gelengan kepalanya berhenti. Dia melempar kaos bersablon roti terbelah padaku.
"Mulai sekarang kau karyawan kami. Jadi pakek ini."
Kaos sablon yang lucu. Aku melihatnya tak berkedip.
"Nah kan. Tatapanmu begitu lagi."
"Memangnya tatapan seperti apakah itu?" tanyaku.
"Seperti aku baru saja membuatmu melayang dan jatuh kembali ke tanah." tawanya.
Yah, itu memang benar.
Aku membungkus roti, satu-satu hingga tak terasa hampir habis. Ada beberapa pelayan lain yang melihat ke arah kami, namun yang paling kentara adalah tatapan Angela. Aku harap dia tidak salah paham.
"Mau bermain?"
"Bermain apa?" Aku melihat ke arahnya.
Dia mengulum senyum. "Bermain tebak-tebakan. Siapa menang dia harus jujur."
Rasanya seperti permainan anak-anak. Aku akan melempar kain lap meja disamping jika dia tidak lupa ingatan sekarang.
"Aku akan mengajak keponakan Jennie untuk bermain. Aku yakin dia akan mau." Keponakan Jennie berumur 10 Tahun, kami pernah bertemu di restoran Vee saat aku dan Kakakku mengorder makanan untuk karyawan Toko 2 hari lalu. Anak itu menjambak rambut Kakakku pada jumpa pertama karena dia mengganggu bocah itu setiap waktu.
Kakakku suka sekali bercanda.
"Itu juga permainan yang dimainkan orang dewasa. Siapa tau kau bisa mendapatkan pengakuan cinta karena memainkannya."
Aku melempar roti padanya.
"Makan saja ini dulu. Aku yakin kau lapar," kataku menyipitkan mata. Dia tergelak.
"Oke, meskipun aku sudah bosan dengan roti. Akan kumakan demi kau."
Itu benar-benar terdengar seperti bualan.
Untuk sekarang, disaat keselamatannya terancam aku tidak bisa memikirkan adegan romance yang dulu sering kuharapkan. Ibarat ketimbang mati karena racun lebih baik tidak meminumnya..Namun aku bahagia. Setidaknya aku bisa melihat tawa dan mata abu-abu coklat pucat yang kini terlihat lebih cerah.
Benar kata orang, wajah orang tergantung pembawaan yang ditunjukkan. Saat Kakakku adalah lelaki yang misterius, wajahnya hampir terasa aneh bahkan saat tersenyum, namun sekarang Simon lama telah kembali. Seperti dirinya dulu saat umur 15 Tahun. Cerah seperti daun baru tumbuh.
Mungkin jika Orang Tua kami tidak menikah beginilah sosoknya akan tumbuh.
Aku melihat Kakakku, lalu mengalihkan wajah saat dia berpaling ke arahku.
![](https://img.wattpad.com/cover/157208075-288-k842112.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER IS PSYCHOPATH
Misteri / ThrillerSelena Morry, menemukan kecurigaan aneh terhadap kakak tirinya Simon abigail, si playboy dingin yang handal. Ketika satu persatu wanita yang dibawa pulang kakaknya menghilang entah kemana dan bercak darah di dinding seperti orang terseret membuat Se...